Oleh; Ustad Islami Azmam S.H*
DISADARI atau tidak, perjalanan kehidupan ini adalah merupkan ujian. Sebagaimana ujian pada umumnya, maka ada yang lulus dan atau sebaliknya, yaitu gagal. Penentuan lulus atau tidak, sebenarnya bukan di sini, atau ketika masih sedang ujian, tetapi adalah nanti ketika ujian atau kehidupan ini selesai.
Sedangkan yang menentukan, seseorang lulus atau tidak, adalah bukan orang tuanya, saudaranya, teman-temannya, atau juga bukan mereka yang berposisi sebagai musuh, melainkan Dzat Yang Maha Menguasai jagat raya, ialah Allah swt.
Allah swt di dalam alquran sudah mengingatkan kepada kita mengenai ujian ini ,
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan” (QS. Al-Anbiya’: 35).
Dan di dalam sabdanya Rasulullah saw juga mengingatkan mepada kita, “Disunnahkan membaca doa berikut ketika mendapat pujian : “Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku karena apa yang mereka katakan. Ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui. Dan jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka perkirakan.” (HR. Bukhari).
Di dalam surat al ankabut ayat 2 Allah juga menjelaskan :
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS : Al Ankabut : 2).
Juga di dalam surat albaqarah ayat 214 Allah mengingatkan :
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS : Al Baqarah : 214).
Di dalam surat at taubah ayat 16 Allah juga mengingatkan :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS : At-Taubah: 16)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap orang yang mengaku beriman tidak akan mencapai hakikat iman yang sebenarnya sebelum ia menempuh berbagai macam ujian. Ujian itu bisa berupa kewajiban seperti kewajiban dalam memanfaatkan harta benda, hijrah, jihad di jalan Allah, membayar zakat kepada fakir miskin, menolong orang yang sedang mengalami kesusahan dan kesulitan, bisa juga ujiannya berupa musibah.
Semua cobaan atau ujian itu dimaksudkan untuk menguji siapakah di antara mereka yang sungguh-sungguh beriman dengan ikhlas dan siapa pula yang berjiwa munafik. Juga bertujuan untuk mengetahui apakah mereka termasuk orang yang kokoh pendiriannya atau orang yang masih bimbang dan ragu sehingga iman mereka masih rapuh.
Jadi intinya ujian itu bisa berupa kebaikan seperti dg kekayaan, jabatan, ilmu dll (apakah kita bisa mensyukuri atau malah menjadi sombong dan zhalim, dan bisa juga berupa musibah, apakah kita bersabar atau malah menjadi berubah keimanan serta menyalahkan lingkungan dst.
Kesimpulan
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kamiz terhadap kaum yang kafir”. (QS : Al Baqarah : 286).
Selamat mentafakuri dan mentadaburinya, semoga dapat diambil hikmahnya.
*) Instruktur Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Provinsi Sumatera Barat