Ketua Komisi IV DPR RI Titik Soeharto Minta Teknik SPM Diujicoba di Setiap Desa Secara Nasional

Ketua Komisi IV DPR RI, Titik Soeharto minta Kementrian Pertanian agar menjadikan teknik SPM sebagai pilot project dan diujicobakan di setiap desa secara nasional.(foto; ist)

AGAM, FOKUSSUMBAR.COM – Ketua Komisi IV DPR RI, Titik Soeharto meminta Kementrian Pertanian agar menjadikan teknik Sawah Pokok Murah (SPM) sebagai pilot project, kemudian diujicobakan di setiap desa secara nasional.

“Budidaya tanaman padi dengan sistem Sawah Pokok Murah (SPM) segera ditindaklanjuti Kementrian Pertanian,” kata Titik Soeharto di Nagari Ampang Gadang, Kecamatan IV Angkek, Kabupaten Agam, Sabtu (21/6/2025).

Hal itu disampaikan Titik Soeharto pada kegiatan panen perdana padi dengan sistem SPM bersama Wagub Sumbar, Vasko Ruseimy, Benny Warlis (Bupati Agam), Alex Indra Lukman (Wakil Ketua Komisi IV), jajaran anggota Komisi IV, Dirjen Kementrian Pertanian, Kepala Bapanas, PT Pupuk, ID Food dan mitra kerja Komisi IV lainnya.

Titik Soeharto juga meminta untuk segera dilakukan penelitian secara komprehensif.

“Saya simak paparannya tadi, uji cobanya telah dilakukan di banyak lokasi di Sumatera Barat. Hasilnya juga terbukti bagus. Segera saja diteliti secara lebih komprehensif. Jangan lama-lama,” pintanya.

Penemu sistem Sawah Pokok Murah, Ir Djoni mengungkapkan, uji coba pola bertanam SPM ini telah dimulainya sejak 2020.

“Pada 2023, mulai dikembangkan ke berbagai kelompok tani di Sumatera Barat. Alhamdulillah, sekarang ini, pegiat petani Sawah Pokok Murah di Sumatera Barat lebih dari 2.000 orang,” tuturnya.

Untuk hasil panen, Djoni menggaransi, tidak kurang dari hasil panen sebelumnya — tidak pakai sistem SPM— tidak kalah dengan sawah sistem metode konvensional.

“Untuk hasil panen setelah 3 kali menanam, saya garansi hasilnya meningkat signifikan. Istimewanya, belut juga berkembang biak karena jerami merupakan habitatnya,” ungkapnya.

Berapa angka peningkatan hasil panen? Djoni menyebut, petani tak begitu paham dengan angka-angka.

“Yang pasti, jika musim panen kali ini menghasilkan 20 karung, maka di musim tanam selanjutnya, bertambah 3 sampai 5 karung lagi,” sebut Djoni.

Djoni menegaskan, dengan fakta ini, pola SPM sangat cocok dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto pada angka 6.

Disampaikan, SPM mendukung ekonomi hijau. Belut yang kaya protein, juga bisa mengatasi stunting.

“SPM ini juga membuat petani juga harus bertanam padi secara berkelanjutan. Jika tidak, jerami sebagai bahan baku utama teknik SPM ini jadi tak tersedia,” jelasnya.

Agar teknik SPM ini bisa jadi pembelajaran petani secara nasional, Djoni menyarankan, Mentri Desa melahirkan regulasi pemanfaatan Dana Desa untuk Sekolah Lapangan (SL) SPM.

“Dengan pemanfatan Dana Desa, teknik SPM ini bisa dimassalkan secara lebih cepat,” terangnya.

Sementara itu, Bupati Agam, Benny Warlis menerangkan, murah dalam terminologi Bahasa Minang berarti mudah dikerjakan. Juga dapat dimaknai sebagai berbiaya rendah.

“Alhamdulillah, kedua makna kata itu terwakili dalam bertanam pola SPM ini. Biayanya murah sekaligus mudah dikerjakan,” tegasnya. (*/adi)

Exit mobile version