Platform Toko Digital, Jangkauan Media Sosial, dan Kreatifitas Bikin Konten: Sinergi Terkini Meningkatkan Pendapatan Pedagang

Oleh : Robby Jannatan, M.Si.,*)

Perubahan perilaku konsumen dalam satu dekade terakhir menunjukkan pergeseran yang semakin jelas menuju transaksi digital. Kemudahan akses, efisiensi waktu, serta ragam pilihan yang ditawarkan oleh platform online menjadikan belanja digital sebagai preferensi utama dibandingkan kunjungan langsung ke toko fisik.

Di Indonesia, tren ini tercermin dalam meningkatnya aktivitas e-commerce yang kini menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Setelah sempat mengalami fluktuasi, transaksi digital kembali menunjukkan penguatan, menandakan bahwa perdagangan daring bukan sekadar fenomena sementara, melainkan telah bertransformasi menjadi arus utama dalam ekosistem ekonomi nasional.

Indonesia memiliki basis pengguna internet dan media sosial yang sangat besar, menjadikan pasar digital yang luas dan terukur bagi pelaku usaha. Jangkauan ini membuka peluang signifikan bagi pedagang untuk menjangkau konsumen secara langsung melalui berbagai kanal online.

Pola konsumsi konten turut mendorong pertumbuhan belanja digital. Live shopping sebagai salah satu bentuk video commerce juga telah tumbuh pesat dan kini menjadi “etalase” baru yang efektif secara online.

Konten video dan siaran langsung tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga mampu mengubah penonton menjadi pembeli secara instan, memperkuat peran media digital sebagai penggerak utama transaksi e-commerce.

Transformasi digital membawa dampak positif yang luas. Mayoritas usaha yang sebelumnya beroperasi secara offline mengalami peningkatan omzet setelah membuat toko online, bahkan sebagian di antaranya mencatat lonjakan signifikan.

Selain itu, digitalisasi turut menciptakan lapangan kerja baru, mulai dari layanan pelanggan hingga logistik. Kajian Bank Dunia mengungkap bahwa pelaku usaha yang lebih awal mengadopsi kanal digital terbukti lebih tangguh dan mampu pulih lebih cepat dari guncangan pandemi dibandingkan mereka yang hanya mengandalkan penjualan offline. Hal ini menegaskan bahwa transformasi digital bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan strategis.

Namun, keberhasilan pemasaran digital tidak hanya bergantung pada keberadaan toko online, tetapi juga pada strategi yang tepat. Pemilihan kanal pemasaran harus disesuaikan dengan segmen pelanggan.

Media sosial seperti Instagram dan TikTok efektif untuk konten visual dan video, Facebook unggul dalam membangun komunitas lokal, sementara WhatsApp Business ideal untuk menjaga hubungan pelanggan dan memfasilitasi pemesanan ulang.

Keberhasilan juga ditentukan oleh kualitas dan konsistensi konten. Format seperti video singkat berisi tips, proses produksi, atau testimoni, serta live shopping dan konten buatan pengguna, terbukti mampu meningkatkan engagement dan penjualan. Selain itu, membangun kepercayaan menjadi faktor kunci melalui transparansi informasi, kebijakan pengembalian, dan ulasan pelanggan.

Contoh nyata implementasi strategi ini terlihat dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Tim BIMA 2025 yang diorganisir oleh Robby Jannatan dan Dr. Resti Rahayu dari Departemen Biologi serta Dr. Fadjar Goembira dari Departemen Teknik Lingkungan Universitas Andalas. Pada 13 September 2025.

Mereka menyelenggarakan workshop “Penjualan dan Pemasaran Produk Secara Daring” di Minagot Sumbar, Kuranji, yang menargetkan praktisi budidaya maggot BSF (Black Soldier Fly) dan mahasiswa, kegiatan tersebut mengundang praktisi toko digital Mustika Wulan Dari sebagai narasumber.

Workshop ini membedah strategi penjualan di marketplace seperti Shopee, mulai dari pembuatan akun, manajemen stok, hingga optimasi produk melalui foto menarik, deskripsi tepat, dan harga kompetitif.

Peserta juga diperkenalkan pada fitur promosi seperti Shopee Live, Flash Sale, dan Shopee Ads, serta strategi pemasaran melalui media sosial populer seperti TikTok dan Instagram. Pendekatan ini membekali pelaku usaha dengan keterampilan praktis untuk memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan nilai ekonomi produk mereka.

Peningkatan literasi digital menjadi kunci agar pelaku usaha dapat memanfaatkan kanal online secara optimal. Banyak pedagang masih belum terbiasa membuat konten, mengatur katalog, atau mengelola iklan. Solusinya dapat berupa pelatihan berjenjang, penyediaan template konten, serta pendampingan melalui komunitas penjual dan program pemerintah.

Dari sisi infrastruktur, langkah awal dapat dimulai dengan memanfaatkan fitur gratis seperti reels, siaran langsung, dan katalog WhatsApp, serta mengoptimalkan penggunaan QRIS untuk memudahkan pembayaran. Skala promosi kemudian dapat ditingkatkan secara bertahap ke iklan berbayar setelah arus kas usaha lebih stabil.

Pada akhirnya, arus belanja masyarakat telah bergeser ke kanal digital, menjadikan e-commerce dan media sosial sebagai pasar utama. Dengan sosialisasi yang tepat, pelatihan yang terarah, dan pemanfaatan teknologi yang konsisten, pelaku usaha tidak hanya mampu mengikuti perubahan ini, tetapi juga dapat meningkatkan kapasitas usahanya.

Sinergi antara toko digital, media sosial, dan kreativitas konten menjadi fondasi penting untuk mendorong pertumbuhan pendapatan secara berkelanjutan. []

Dosen Biologi pada Universitas Andalas*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *