Oleh : Nurul hidayah Istiqomah*)
Gunung Marapi dikenal sebagai gunung berapi aktif yang terletak di Sumatera Barat, Indonesia, terletak di kabupaten Agam dan kabupaten Tanah Datar. Gunung Marapi memiliki ketinggian 2.891 Mdpl.
Gunung Marapi terletak di dua wilayah, yaitu kabupaten Agam dan kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Gunung ini berjarak sekitar 24 kilometer dari kota Bukittinggi ke arah tenggara.
Gunung Marapi sudah mengalami erupsi beberapa kali. Meskipun begitu sebagian besar erupsi gunung Marapi hanya terjadi di dalam skala kecil hingga sedang.
Memasuki penghujung tahun di bulan Desember 2025 gunung Marapi mengalami erupsi pada Selasa, 2 Desember 2025 pukul 10.34 WIB. Letusan Marapi ini telah terekam di seismogram dengan amplitudo maksimal mencapai 30,3 MM dengan durasi sekitar 51 detik.
Catatan Aktivitas Terkini (2024–2025)
Krisis Vulkanik 2024: Setelah letusan besar pada Desember 2023, Marapi memasuki fase erupsi berkepanjangan sepanjang tahun 2024 yang mengakibatkan perubahan morfologi kawah.
Aktivitas 2025: Hingga Desember 2025, Marapi masih menunjukkan fluktuasi tinggi. Pada Oktober hingga Desember 2025, tercatat rentetan letusan dengan tinggi kolom abu mencapai 1.500 meter di atas puncak. [1, 4]
Status Tingkat Aktivitas: Berada pada Level II (Waspada), dengan rekomendasi zona bahaya radius 3 km dari pusat kawah. [4]
Akibat erupsi ini mengakibatkan hujan abu vulkanik cukup tebal yang berdampak di berbagai wilayah termasuk di kabupaten Agam.
Hingga Desember 2025, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan status gunung Marapi pada level II (waspada).
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) secara konsisten menetapkan radius aman 3 kilometer dari puncak kawah. Namun, pesona wisata pendakian dan kebutuhan lahan pertanian sering kali membuat batas-batas aman ini dilanggar.
Warga yang tinggal disepanjang hulu sungai di gunung Marapi diminta untuk waspada terhadap potensi banjir lahar dingin saat curah hujan tinggi.
Di musim penghujan, material vulkanik yang menumpuk di puncak bisa hanyut terbawa air menuju sungai-sungai yang berhulu di gunung tersebut, mengancam permukiman di bawahnya.
Secara ilmiah, manusia tidak bisa menghentikan atau mencegah terjadinya erupsi gunung berapi karena proses tersebut adalah aktivitas alami tektonik bumi.
Namun, kita bisa melakukan langkah-langkah mitigasi agar dampak erupsi tidak semakin parah terhadap manusia, lingkungan, dan ekonomi.
1. Kepatuhan Ketat pada Zona Larangan (Radius Aman)
2. Normalisasi dan Pengerukan Aliran Sungai (Cegah Lahar Dingin)
3. Pemasangan dan Pemeliharaan Sistem Peringatan Dini (EWS)
4. Perlindungan Ekosistem Lereng Gunung
5. Literasi dan Edukasi Masyarakat
6. Pemantauan Real-Time dan Akurasi Informasi
Inti dari solusi ini bukanlah melawan erupsinya, melainkan menjauh dari jalur bahayanya dan menyiapkan infrastruktur penunjang agar alam bisa “membuang” energinya tanpa harus merusak kehidupan manusia.
Bagi masyarakat Minangkabau Marapi adalah simbol kemakmuran sekaligus pengingat abadi akan kekuatan alam yang tak terduga. Gunung Marapi adalah pengingat bahwa alam memiliki ritme-nya sendiri.
Bagi masyarakat Minangkabau Marapi adalah memberi kehidupan dan kearifan manusia untuk tahu kapan kita harus menjauh dan memberikan ruang bagi alam untuk menunaikan siklusnya. []
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang*)
