PAYAKUMBUH, FOKUSSUMBAR.COM – Di balik dinding sederhana sebuah rumah berukuran 7×9 di perumnas Kubang Gajah, kelurahan Limbukan, tersimpan kisah keteladanan luar biasa.
Di sana tinggal Aiptu Mulia Raja, S.I.P. (54), seorang personel Polsek Situjuah Limo Nagari (Polres Payakumbuh), yang berhasil mendidik empat putranya menembus gerbang lembaga pendidikan kedinasan paling elite di negeri ini.
Dari keringat yang mengucur di ladang jagung, bukan di balik meja mewah, lahir para calon pemimpin bangsa yakni Tegar Mulia Nst (Tegar): Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 2023, Guntur Mulia Nst (Guntur): Purna Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) 2024.
Kemudian Parlindungan Mulia Nst (Lindung): Taruna Tingkat 2 Akpol dan Hatorangan Mulia Nst (Torang): Taruna Tingkat 2 Akademi Militer (Akmil).
Kunci keberhasilan Mulia Raja bukan pada harta atau jabatan, melainkan pada keteladanan hidup yang membumi. Di luar jam dinasnya sebagai abdi negara, ia adalah seorang petani tulen. Tanpa rasa malu, ia mengolah kotoran sapi dan ayam menjadi pupuk kompos di ladangnya, menanam jagung dan pisang untuk menopang ekonomi keluarga.
“Saya ingin anak-anak melihat bahwa tidak ada keberhasilan tanpa keringat dan perjuangan. Kerja keras di ladang adalah laboratorium mental terbaik bagi mereka,” tutur Mulia Raja, didampingi sang istri, Ninta Arika, S.Pd. AUD, seorang guru TK di Payakumbuh, Minggu (28/12/2025).
Pasangan bersahaja ini menjadikan rumah kecil mereka sebagai “kawah candradimuka” yang penuh kasih sayang, tempat karakter dan integritas putra-putra mereka ditempa.
Mulia Raja menerapkan disiplin ketat yang terangkum dalam “aturan rumah” yang wajib dipatuhi seperti :
Olahraga Renang: Keempat putranya diarahkan fokus pada renang sejak dini, mengukir prestasi hingga tingkat nasional.
Larangan HP: Penggunaan ponsel dilarang keras saat kecil. Izin baru diberikan dengan batasan waktu ketat setelah dewasa.
Wajib SIM: Aturan ketat berlaku untuk kendaraan tidak ada sepeda motor sebelum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) yang sah.
Tradisi Makan Bersama: Waktu maghrib adalah batas suci untuk wajib berada di rumah. Makan malam bersama setelahnya menjadi ritual wajib untuk menjaga keharmonisan.
Keluarga ini jarang berlibur untuk bersenang-senang. Momen libur mereka adalah mendampingi anak-anak bertanding di berbagai kejuaraan.
Mulia Raja menanamkan nilai-nilai luhur seperti empati, pengendalian diri, integritas, optimisme, dan iman yang kuat sebagai pondasi agar anak-anaknya tetap membumi meski kelak menyandang pangkat tinggi.
Di penghujung wawancara, Mulia Raja berharap anak-anaknya dapat menjadi pribadi yang tangguh, beriman, dan bermanfaat bagi masyarakat.
“Semoga mereka menjadi abdi negara yang tulus melayani rakyat,” harapnya penuh haru. (cz)
