Kasih Sayang Allah versus Keserakahan Manusia

Oleh : H. Abdel Haq, S.Ag, MA.*)

Allah Swt telah menciptakan alam semesta beserta isinya adalah bukti kasih sayang dan cinta-Nya kepada semua makhluk, terutama untuk makhluk terbaik yang bernama manusia.

Akan tetapi, amat disayangkan sekali sebahagian manusia lupa, lalai. Malah melupakan, melalaikan dan tidak mau tahu, bahwa Allah Swt telah menjadikan semua yang ada di bumi dan di langit untuk kepentingan, kebutuhan dan kehidupan manusia beserta dengan makhluk lainnya.

Bukankah Allah Swt telah menyatakan dalam firman-Nya surah Al-Baqarah ayat 29 :

“Huwal ladziy khalaqakum maa fil ardhi jamii’an, tsummas tawaa ilas samaa-i fasawwaa hunna sab’a samaawaatin.wa huwas bikulli syai-in “aliimin “. ( Q.S.2.29 ).

Artinya : ” Dialah ( Allah ) yang menciptakan segala apa yang ada, yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu ” ( Q.S.2.29 ).

Secara tegas dan gamblang Allah Swt menjelaskan bahwa Dialah yang telah menciptakan apa saja yang ada, apakah yang ada di bumi, mau pun yang ada di luar bumi. Termasuk apa yang ada di langit yang tujuh lapis, matahari dan planet lain, meskipun belum tersentuh semuanya oleh kemampuan manusia.

Masya Allah wa Tabaarakallaah, luar biasa kasih sayang dan cinta-Nya Allah Swt kepada umat manusia di mana saja berada di jagad raya ini.

Semua kebutuhan, hajat, keperluan dasar, asasi manusia untuk hidup berkembang biak, melestarikan keturunan, menyiapkan pembekalan untuk diri dan keturunannya, semuanya telah disediakan oleh Allah Swt.

Bahkan Allah Swt pun menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya penciptaan. Melebihi penciptaan apa pun yang telah diciptakan oleh Allah Swt di alam ini.

Termasuklah mengatasi piranti, instrumen dan onderdil dari penciptaan para malaikat, jin dan setan. Malaikat tidak memiliki keinginan, kemauan dan hawa nafsu. Malaikat merupakan hamba Allah yang patuh, taat melaksanakan perintah sampai akhir zaman.

Sedangkan jin dan setan memiliki hawa nafsu yang luar biasa. Memiliki sifat pembangkang, tidak mau patuh kepada Allah Swt setelah Allah Swt menciptakan manusia pertama Adam AS. Bahkan, mereka bersumpah di hadapan Allah Swt untuk menyesatkan umat manusia sampai akhir zaman.

Dengan berbagai macam strategi dan trik-trik yang dirancang, dimodifikasi secara aktual dan faktual dilancarkan setan untuk melumpuhkan keimanan dan ketaqwaan manusia.

Dengan tujuan dahsyat agar manusia keluar dari jalan yang diridhai Allah Swt, yang tidak terbendung daya rusaknya oleh manusia, kecuali bagi manusia yang istiqamah, memiliki komitmen yang baik dengan Tuhan-Nya. Itulah mereka yang selalu menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah Swt.

Allah Swt memfasilitasi kebutuhan manusia

Allah Swt Yang Maha Pencipta, Maha Penyayang, Maha Pengatur dan Maha Segalanya, benar-benar telah memfasilitasi segala macam yang dibutuhkan oleh umat manusia, tanpa batas dan tanpa diskriminatif.

Allah Swt memastikan rezeki buat umat manusia. Apakah manusia itu, termasuk komunitas beriman dan bertakwa atau sebaliknya; bagi mereka yang tidak beriman, kafaruu dan tidak percaya kepada adanya Allah Swt sebagai Tuhannya pun, diberikan fasilitas yang sama oleh Allah Swt. Sama-sama diberikan udara, oksigen yang sama, air, tanah dan hak hidup yang layak selaku manusia.

Hal ini dinukilkan Allah Swt dalam Al-Quran surah Yunus ayat 31 :

” Qul may yarzuqukum minas samaa-i wal ardhi ammay yamlikus sam’a wal abshaara wa may yukhrijul hayya minal mayyiti wa yukhrijul mayyita minal hayyi wa may yudabbirul amra, fasataquuluunallaaha. Faqul afalaa tattaquuna “. ( Q.S.10.31 ).

Artinya : ” Katakanlah ( Muhammad ),

” Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? ” Maka mereka akan menjawab, “Allah “. Maka katakanlah,  ” Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”. (Q.S.10.31).

Dalam ayat lain Allah Swt menjelaskan lagi dengan lebih rinci :

” Allaahul ladziy khalaqas samaawaati wal ardha wa anzala minas samaa-i maa-an faakhraja bihii minats tsamaraati rizqal lakum. Wa sakh-khara lakumul fulka litajriya fil bahri bi amrihii. Wa sakh-khara lakumul anhaara “. ( Q.S.14.32 ).

Artinya : ” Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menurunkan air ( hujan ) dari langit, kemudian dengan ( air hujan ) itu Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan kapal bagimu agar berlayar di lautan dengan kehendak-Nya,  dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu”. ( Q.S. 14.32 ).

Berdasarkan ayat-ayat di atas yang telah penulis kemukakan kiranya mampu menyadarkan manusia, tentang keberadaan Allah Swt atas diri mereka sendiri. Allah Swt sangat sayang, sangat peduli dan sangat cinta kepada umat manusia.

Pantaskah manusia melupakan Allah Swt?

Allah Swt telah memastikan apa pun yang ada di bumi dan jagad raya ini, diperuntukkan-Nya untuk kemaslahatan umat manusia, termasuk makhluk hidup lainnya, yang tidak bisa melepaskan diri dari aktivitas, kegiatan dan perlakuan manusia terhadap alam dan lingkungannya.  

Bukankah Allah Swt disamping memberikan fasilitas yang istimewa kepada manusia, bahkan menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi. Ini merupakan sebuah penghargaan, apresiasi yang luar biasa dari Allah Swt kepada manusia.

Yaitu sebagai wakil Allah Swt, sebagai perpanjangan tangan Sang Pencipta di muka bumi. Untuk mengatur, memelihara, memanfaatkan dan melestarikan alam semesta beserta isinya.

Amanah ini tidak sanggup dipikul oleh makhluk lain, kecuali oleh manusia. Karena manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dari semua makhluk hidup yang ada.

Justeru itu, tidak ada alasan apapun bagi manusia untuk berkilah, mencari pembenaran sendiri untuk tidak taat, tidak patuh dan melupakan Allah Swt barang sesaat. Karena Allah Swt telah memberikan apresiasi, penghargaan dan fasilitas yang istimewa hanya kepada manusia saja, bukan kepada makhluk lainnya, seperti malaikat, jin atau alam sekitarnya.

Dengan demikian, semakin jelaslah bagi umat manusia keberadaannya sebagai khalifah di muka bumi adalah untuk mewakili Sang Pencipta, Sang Penguasa Allah Swt untuk memelihara, mengolah, memanfaatkan dan melestarikan alam semesta yang telah diciptakan oleh Allah Swt secara sempurna.

Manusia bukanlah penguasa alam semesta!

Manusia yang berakal sehat, beriman dan bertakwa kepada Allah Swt dipastikan akan menyadari posisinya sebagai khalifah di muka bumi, yang diberikan kebebasan, wewenang, amanah oleh Allah Swt untuk mengelola sumber daya alam dengan penuh tanggung jawab dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat luas dan bernilai ibadah di sisi Allah Swt.

Meski pun manusia diberikan kebebasan dalam mengelola, memanfaatkan kekayaan sumber daya alam. Bukan berarti manusia dibolehkan berlaku semena-mena terhadap alam dan lingkungan sekitarnya. Karena alam semesta beserta isinya memiliki hak yang sama, untuk hidup dan berkembang sesuai dengan specis dan habitatnya.

Justeru itu, dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk kemaslahatan manusia, bukan berarti manusia dibolehkan bertindak semaunya, bagaikan sang penguasa, dengan arogannya menguras sumber daya alam tanpa batas.

Bagaimana pun, kebebasan yang diberikan oleh Allah Swt kepada manusia dalam mengolah, memanfaatkan sumber daya alam, tidak lain hanyalah untuk kemaslahatan bersama. Bukan untuk kepentingan segelintir manusia dan tidak

pula untuk menimbulkan kerusakan, kekacauan dan merugikan manusia lainnya, termasuk berdampak negatif terhadap pelestarian alam dan lingkungan. Begitulah, maksud dan tujuan Allah Swt memberikan apresiasi, penghargaan, amanah kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi. Yang perlu diingat, manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi ini, dalam artian sebagai pengatur, pemelihara dan pengelola.

Tegasnya, manusia bukanlah penguasa, yang bisa sewenang-wenang merampas mahkota sumber daya alam, berupa hasil tambang, emas, perak, biji besi, nikel dan berupa aneka ragam aset tambang lainnya.

Manusia pun dilarang keras melakukan penebangan pohon secara liar, walaupun dengan dalih dan iming-iming untuk membuka lahan perkebunan nasional.

Apa pun alasannya untuk kemaslahatan manusia, dengan cara membuka dan membabat hutan belantara, sehingga hutan perawan menjadi gundul. Termasuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya alam secara bebas, dipastikan lambat laun, akan membawa dampak negatif terhadap ekologi, ekosistim dan ketidakseimbangan terhadap alam sekitarnya.

Apabila ekologi, ekosistim dan ketidakseimbangan alam dan lingkungan telah terjadi, maka akan berakibat fatal terhadap semua kehidupan makhluk hidup. Bukan saja merugikan manusia, tetapi akan merusak berbagai fasilitas yang telah diberikan Allah Swt kepada manusia dan makhluk lainnya.

Boleh jadi apa yang terjadi saatnya ini, di sana sini terjadi banjir bandang, tanah longsor dan beragam musibah yang silih

berganti. Semuanya itu, tidak luput dari ulah, perangai dan perlakuan manusia terhadap alam dan lingkungan, yang tanpa batas, semena-mena melakukan penyerobotan hutan, eksploitasi lahan tambang, penggerukan pasir laut, mengambil secara bebas terumbu karang dan sejenisnya.

Semua perbuatan, perlakuan yang tidak terkontrol dan terkendali inilah yang memicu terjadinya berbagai macam kerusakan di muka bumi, ibu pertiwi ini.

Hal ini pun tidak luput dari pantauan dan perhatian Allah Swt, seperti terdapat dalam surah Ar-Rum ayat 41 :

” Zaharal fasaadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aydinnaasi liyudziiqahum bakdhal ladziy ‘amiluu la’allahum yarji’uuna “. (Q.S.30.41).

Artinya : ” Telah tampak kerusakan di darat dan laut, disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S.30.41).

Berdasarkan ayat di atas, semakin jelaslah bagi manusia yang berakal sehat, beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.

 Bahwa pemicu terjadinya berbagai kerusakan di darat dan di laut, tidak lain dan tidak bukan, kecuali oleh tindakan, perbuatan tangan manusia secara keseluruhannya.

Baik tangan dalam pengertian sebenarnya, maupun tangan dalam pengertian majazi,  yaitu mereka yang merasa berkuasa, memiliki power, potensi untuk mengeruk keuntungan dengan membabi buta, tanpa menghiraukan keselamatan orang lain.

Menjauhi Keserakahan dalam kehidupan!

Keserakahan adalah salah satu sifat tercela yang sangat dibenci oleh Allah Swt dan Rasul-Nya serta oleh manusia pada umumnya. Karena sifat serakah akan bisa membawa manusia ke jurang kehancuran, kehilangan akal sehat, tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimiliki dan merusak silaturahmi.

Bahkan untuk mencapai tujuannya mereka yang serakah akan melakukan berbagai cara, tanpa mempertimbangkan halal dan haram, lebih mementingkan kepentingan pribadi, keluarga dari pada kepentingan masyarakat banyak.

Juga tidak akan melalui prosedur yang berlaku, semuanya diterabas, tidak memperhatikan nilai-nilai, norma yang berlaku, yang penting bagi mereka yang tujuannya tercapai, meskipun merusak tatanan yang telah baik.

 Bagi mereka yang serakah itu, sebenarnya mereka telah kehilangan harga diri, perasaan malunya sudah melayang, urat malunya sudah putus. Mereka tidak risih lagi melanggar regulasi, ketentuan yang berlaku.

Tepatnya, bagi mereka yang serakah dan tamak itu, yang pada akhirnya mereka telah kehilangan keimanan, keyakinan kepada Allah Swt. Pantas sekali Rasulullah Muhammad SAW mensinyalir dalam sebuah sabdanya :

” Al- hayaa-u minal iimaani “.

Artinya : ” Malu itu sebahagian dari keimanan “. ( H.R. Bukhari ).

Bahkan dalam hadis lain dikatakan Rasulullah Muhammad SAW :

” Jika kamu tidak punya rasa malu, berbuatlah sesuka hatimu, niscaya suatu saat semuanya akan kamu pertanggung jawabkan “.

Dalam kesempatan lain Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda, bagi mereka yang serakah, rakus dan tamak itu tidak akan pernah merasa puas dalam mengumpulkan dan mengoleksi aneka ragam harta kekayaan, emas, perak, hasil tambang, perkebunan dan aset berharga lainnya.

” Law kaana li ibni Aadama wadiyaani min maali, labtaghaa tsaali-tsan wa laa yamla-u jaufa ibni Aadama illat turaabu, wa yatuubullaahu ‘alaa man taaba “.

Artinya : ” Jikalau ada bagi anak cucu Adam memiliki dua lembah yang berisi harta, niscaya akan mencari lembah yang ketiga. Dan tidaklah akan memenuhi perut anak cucu Adam kecuali tanah. Dan Allah menerima tobat bagi siapa yang bertobat “.

Siapakah mereka yang serakah?

Mereka yang serakah adalah mereka yang menginginkan menguasai dunia, mencintai harta benda dan mendambakan berusia panjang, hidup seribu tahun, berlaku sombong, membanggakan diri, kikir, bersifat zhalim, pendengki, tidak menaati Allah dan Rasul-Nya.

Seperti diisyaratkan oleh Allah Swt dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 96 :

” Walatajidannahum ahrashannaasi ‘alaa hayaatin, wa minalladziina asyrakuu, ayawaddu ahaduhum law yu’ammaru alfa sanatin, wa maa huwa bimuzahzihihi minal ‘adzaabi ayyu’ammara. Wallaahu bashiirum bimaa yakmaluuna “. (Q.S.2.96).

Artinya : ” Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik.  Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun,  padahal umur yang panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan “. ( Q.S.2.96 ).

Berdasarkan ayat di atas mereka yang serakah, tamak itu adalah mereka yang mewarisi sifat-sifat Bani Israil, keturunan Yahudi, yang berwatak keras kepala, penentang kebenaran, berlaku kikir, mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, suka berbuat zalim, berlaku sombong, banyak pertanyaan yang tidak berguna. Bagi mereka itu Allah Swt mengancam mereka dengan azab yang pedih.

Seperti dijelaskan Allah Swt dalam Al-Quran surah Asy-Syuura ayat 42 :

” Innamas sabiilu ‘alalladziina yazhlimuunan naasa wa yabghuuna fil ardhi bighairil haqqi, ulaa-ika lahum ‘adzaabun aliimun “. (Q.S.42.42).

Artinya : ” Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di bumi tanpa ( mengindahkan ) kebenaran. Mereka itu mendapat siksa yang pedih”. (Q.S.42.42)

Demikianlah kasih sayang Allah Swt yang tak terkirakan terhadap umat manusia, tanpa memandang latar belakang, mukmin atau kafir, tidak ada perbedaan, diskriminasi bagi Allah Swt. Semuanya diberikan aneka fasilitas yang dibutuhkan,  disediakan pula instrumen untuk mengembangkan diri, diberikan juga pilihan, opsi ingin menjadi hamba Allah Swt yang beriman sejati. Atau ingin mengingkari-Nya, bergabung dengan komunitas kafirun, Fir’aun, Qarun dan Hamman.

Boleh jadi ingin bergabung dengan komunitas Yahudi, Bani Israil yang serakah, rakus, pendusta, menzalimi manusia. Atau tetap di jalan Allah bersama para pilihan-Nya bersama para Nabi, para pejuang kebenaran, syuhada’ dan komunitas shaalihiin.

Penulis adalah Jurnalis, aktivis Dakwah Pendidikan Sosial dan terakhir Kakankemenag Dharmasraya*)

Exit mobile version