BARU saja mengibarkan nama Indonesia dengan medali perak di lintasan 3.000 meter, Wilna Selvi tak punya waktu merayakan. Belum sempat menarik napas panjang, ia harus sudah duduk di ruang ujian TKA, mengerjakan soal demi soal, seolah lomba barusan hanyalah pemanasan.
Ya, di lintasan 3.000 meter putri SEA U18 & U20 Athletics Championships 2025, Senin pagi cuaca cerah di Stadion Madya Atletik Sena, Batang Kuis, langkah seorang gadis asal Cupak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat kembali mengirimkan kebanggaan ke Ranah Minang.
Wilna Selvi, siswa kelas XII SMA Negeri 4 Kota Solok, kembali menunjukkan bahwa tekad bisa mengalahkan apa pun, termasuk rasa lelah yang tak sempat disadari.
Turun di nomor 3.000 meter putri, Wilna mengamankan medali perak lewat catatan waktu 10.42.26, hanya kalah dari pelari Vietnam, Khan Luong Thi (10.19.52). Perunggu diraih pelari Singapura, Thabitha NG.
Dengan raihan ini, atlet muda asal Sumbar telah menyumbang dua perak bagi Timnas Indonesia, setelah sehari sebelumnya Allyne Imanda Suci juga mempersembahkan perak di nomor 100 meter gawang.
Jejak Prestasi dari Popnas hingga SEA Youth
Keberhasilan Wilna di SEA Youth bukan datang tiba-tiba. Perjalanan menuju podium berawal dari penampilan gemilangnya di Popnas 2025 di Jakarta. Di sana, Wilna turun pada dua nomor sekaligus: 5.000 meter dan 1.500 meter, dan keduanya berbuah medali perak.
Di nomor 5.000 meter, Wilna mencatat waktu 18.41.26, hanya berselisih detik dari juara pertama yang finish dengan 18.39.72. Sementara di nomor 1.500 meter, catatan waktunya 4.52.63 juga sangat tajam, hanya kalah tipis dari pelari pelatnas asal DKI Jakarta (4.49.89).
Kedua catatan tajam inilah yang membuat Wilna terpilih memperkuat Indonesia di dua ajang bergengsi: SEA Youth Championships dan Asian School Championships.
Prestasinya stabil, grafiknya terus naik, dan tekadnya terlihat nyaris tak ada jedanya.
Dukungan Tak Putus dari Sekolah dan Guru
Di balik kerja keras di lintasan, Wilna punya “benteng” kuat di belakangnya: dukungan luar biasa dari Kepala SMA Negeri 4 Kota Solok, Yuldi Arwinto.
Yuldi bukan hanya memberi izin bagi Wilna untuk bertanding ke berbagai daerah. Ia menyediakan ruang dan cara agar Wilna tetap bisa mengimbangi dunia akademik.
Ketika Wilna harus mengikuti Popnas dan SEA Youth secara beruntun, sekolah memastikan semua proses belajar dan administrasi pendidikan tetap berjalan. Koordinasi dilakukan agar ia bisa mengikuti ujian susulan, termasuk TKA (Tes Kemampuan Akademik) yang harus ia kejar sesaat setelah turun podium SEA Youth.
“Prestasi Wilna adalah kebanggaan sekolah dan daerah. Tugas kami memastikan ia tidak kehilangan hak pendidikannya,” begitu kira-kira dukungan yang terus ia terima dari sang kepala sekolah.
Wilna pun tidak mengecewakan. Selesai lomba, ia langsung menuju SMK Tunas Karya Deliserdang untuk mengikuti ujian, sebuah gambaran sederhana betapa seriusnya ia menjaga dua dunia: akademik dan olahraga.
Namun muncul kendala baru. Setelah duduk di ruangan labor ujian di SMK Tunas Karya, Wilna tidak bisa mengakses aplikasi. Sementara siswa asli sekolah itu ujian sesuai jadwal.
Belakangan diperoleh informasi, ujian TKA untuk Wilna diundur pada gelombang kedua hari Rabu-Kamis (19-20/11).
Masalahnya, 19 November Wilna sudah harus bergabung ke TC Timnas di Jakarta, dan 22 November ia terbang ke Brunei Darussalam untuk Kejuaraan Pelajar Asia.
Coach Anwar, sang pelatih sekaligus pengurus administrasi Wilna, sempat dibuat kalang kabut.
“Padahal sebelumnya, empat sekolah yang direkomendasikan semua menolak. Siswanya sudah selesai ujian,” ulas pelatih bertangan dingin itu.
SMK Tunas Karya Deliserdang akhirnya bersedia menampung Wilna, karena kebetulan ada siswanya yang ikut ujian susulan juga.
Namun masalah tak berhenti di situ. Melihat jadwal bentrokan dengan TC Timnas, Anwar bergerak cepat: Menghubungi Dinas Pendidikan Sumbar, termasuk berkomunikasi dengan Komandan Pelatnas PB PASI, Mustara. Hingga akhirnya, kabar lega datang.
“Kami baru tenang setelah dapat kepastian bahwa Wilna dapat ujian dengan perlakuan khusus. Ia bisa ujian di mana dan kapan saja, sedangkan operatornya langsung di koordinir dari Pusat. Sementara Wilna cukup menyediakan laptop. Alhamdulillah laptop juga sudah dijanjikan oleh PB PASI,” ulas Coach Anwar.
Sebuah kepastian yang sangat berarti bagi atlet yang hidup di dua dunia sekaligus: prestasi dan pendidikan.
Anak Cupak yang Terus Berlari
Wilna bukan hanya pelari. Ia adalah simbol ketekunan. Sejak mulai berlatih saat kelas 2 SD di bawah bimbingan pelatih Anwar, M.Pd di Belibis Club Solok, ia tumbuh menjadi atlet muda yang tak pernah berhenti membuktikan diri.
Wilna bukanlah berasal dari keluarga berada. Orang tuanya, Tuti Masyenti dan Delvi Adri adalah keluarga sederhana dari desa. Namun dukungan penuh kedua orang tua yang ingin anaknya pembangkit “batang tarandam” menjadi penopang semangat bagi anak kedua dari tiga bersaudara itu setiap hari.
Usianya memang baru 17 tahun. Tapi ritme hidupnya adalah ritme atlet besar yang sedang ditempa.
Kini, Sumbar punya alasan baru untuk percaya pada masa depan atletiknya. Wilna membawa pesan sederhana: prestasi lahir dari kerja keras, dukungan yang tepat, dan keberanian mengejar mimpi.
Ia berlari dengan ringan, tapi membawa beban tanggung jawab yang tidak kecil. Ia belajar dengan tekun, meski waktunya nyaris habis oleh latihan. Ia terus melangkah tanpa mengeluh, karena mungkin, bagi Wilna Selvi, hidup memang tentang terus bergerak maju.
Dan di setiap garis finish yang ia lewati, ada satu hal yang selalu ia buktikan: gadis Cupak ini memang ditakdirkan untuk berlari jauh. (hendri parjiga)
