Catatan Yurnaldi Bin Muhammad Yunus Paduka Raja : Peroleh Dua Jumat Saat Umroh (1)

Penulis bersama jamaah umroh ketika menunaikan ibadah sholat Jumat di Makkah. (foto; yurnaldi)

KOTA Makkah, Jumat (21/11/2025), cerah dan bikin semangat beribadah. Jemaah berdatangan dari segala arah penjuru mata angin, seperti tak kenal lelah. Allah SWT seperti menumpahkan seluruh berkah. HambaNya bergeduru mendatangi Kota Makkah untuk salat Jumat di depan Kabah dan sekitarnya, selain ibadah umroh.

Sejak pukul 09.00 waktu setempat, jemaah sudah memadati jalan jalan menuju Masjidil Haram, lelaki dan perempuan. Anak anak dan yang sudah uzur usia, didorong di atas kursi roda.

Berjalan kaki 2-5 kilometer dari penginapan merupakan hal biasa. Setiap langkah kaki ke Masjidil Haram adalah pahala di sisiNya. Ingin merasakan pengalaman batin dan spiritual salat Jumat di Masjidil Haram, Makkah, adalah sesuatu yang luar biasa.

Kabah dipadati jamaah sholat Jumat. (foto; yurnaldi)

Ada keutamaan dan nilai-nilai salat Jumat di Masjidil Haram, Makkah, dibanding tempat lainnya di dunia.

Pertama, Salat Jumat di Masjidil Haram bukan hanya ibadah mingguan, tetapi sebuah momentum spiritual yang memadukan sejarah, keagungan syariat, hingga pengalaman batin yang sulit dicari tandingannya. Dari sisi pahala, suasana, hingga kesadaran tauhid, semua menyatu menjadi napas kesempurnaan ibadah.

Kita pasti sudah membaca dan tahu, soal pahala yang Dilipatgandakan Tanpa Batas.

Masjidil Haram memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki masjid lain: salat di Masjidil Haram bernilai 100.000 kali lipat salat di masjid biasa.

Ini mencakup seluruh bentuk salat—wajib, sunnah, termasuk salat Jumat. Artinya: satu kali Jumat di Masjidil Haram setara 100.000 Jumat di tempat lain. MasyaAllah.

Jika di tempat biasa Anda perlu hampir 2.000 tahun untuk mendapatkan pahala Jumat sebanyak itu, di Masjidil Haram cukup sekali hadir.

Ini menunjukkan betapa bergengsinya kesempatan menghadiri Jumat di sana.

Kedua, Kemurnian Tauhid di hadapan Kabah. Tidak ada tempat yang lebih kuat pengaruh tauhidnya selain Makkah.

Jamaah umroh dari berbagai bangsa bersemangat sekali menunaikan ibadah sholat Jumat. (foto; yurnaldi)

Saat khutbah dikumandangkan: jemaah duduk menghadap Kabah, di tempat yang menjadi poros arah salat seluruh dunia, mengingatkan bahwa hidup, ibadah, dan tujuan manusia bermuara pada Allah Yang Satu.

Khutbah dan salat Jumat di Masjidil Haram melahirkan sense of submission yang maksimal:
aku kecil, Allah Maha Besar.

Ketiga, Menghadiri Majelis Ilmu yang Paling Agung.

Khutbah Jumat di Masjidil Haram disampaikan oleh ulama-ulama kelas dunia. Isi khutbahnya bersih dari politik, sarat tauhid, penuh nasihat, dalilnya kuat, bahasannya menyentuh realitas umat.

Mendengar khutbah Jumat di sana adalah seperti ikut duduk di halaqah ilmu terbesar dalam dunia Islam.

Keempat, Merasakan Kebersamaan Umat Islam Sedunia. Salat Jumat di Masjidil Haram selalu dipadati jamaah dari lebih 150 negara.

Pengalaman ini menumbuhkan: ukhuwah global, kesadaran bahwa Islam itu ummah, bukan sekadar komunitas lokal, toleransi lintas budaya, bahasa, warna kulit.

Kesadaran umat menjadi bulat: kita berbeda-beda, tapi sujud kepada Tuhan Yang Sama.

Kelima, Momentum Doa Mustajab. Ada banyak momen mustajab dalam Jumat, terutama di waktu:
antara azan dan khutbah, saat imam duduk di antara dua khutbah, di akhir sore hari Jumat.

Di Masjidil Haram, kesempatan ini semakin kuat karena: posisinya mulia, jemaahnya banyak, hadirnya malaikat, tawaf dan ibadah lain yang terus berjalan, doa jamaah dari berbagai penjuru dunia saling meng-aminkan.

Gabungan ini menjadikan Jumat di Masjidil Haram sebagai jam-jam emas untuk meminta apa saja kepada Allah.

Keenam, Melatih Kesabaran, Adab, dan Ketundukan Total. Untuk bisa Jumat di Masjidil Haram, jamaah biasanya harus: datang lebih awal, duduk berjam-jam, bertemu kerumunan besar, menjaga kebersihan niat dan emosi.

Di sinilah nilai ibadahnya: kesabaran, kelembutan hati, menjaga adab, memuliakan orang lain, menahan amarah.

Semua itu adalah bagian dari ketakwaan—inti dari khutbah Jumat dalam Al-Quran: “Agar kalian bertakwa.”

Ketujuh, Merasakan Kedekatan Spiritual yang sulit Digambarkan. Setiap jamaah punya cerita sendiri:
ada yang menangis saat sujud, ada yang merasa dilapangkan dadanya, ada yang merasakan ketenangan tak tertanding, ada yang tiba-tiba kuat untuk berhijrah, ada pula yang merasa “diundang Allah” untuk datang.

Jumat di Masjidil Haram sering menjadi titik balik hidup seseorang.

Kedelapan, Menjadi Saksi Kekokohan Tradisi Ibadah Muslim Sepanjang Masa. Selama lebih dari 1.400 tahun, khutbah Jumat terus berkumandang di sini.

Setiap kali kita duduk dan mendengarkan khutbah, kita sedang: menyambung mata rantai ibadah para sahabat, mengikuti jejak orang-orang shaleh, menjadi bagian dari sejarah peradaban Islam yang tidak pernah terputus.

Rasa haru ini saja sudah merupakan nikmat besar.

Kesimpulan: Mengapa Jumat di Masjidil Haram Begitu Agung? Karena ia memadukan tiga hal sekaligus: (1) Tempat paling mulia, pahala berlipat 100.000. (2) Waktu paling mulia (hari Jumat) → doa mustajab, keberkahan. (3) Ibadah yang paling mulia: salat Jumat berjamaah dan khutbah

Tidak ada tempat lain di bumi yang menggabungkan ketiga kemuliaan ini sekaligus.

Mekkah, 21/4/2025.

Wartawan Utama, Penulis Esai, Penulis Buku, Seniman dan Sastrawan.*)

Exit mobile version