Puisi : Nurul Jannah*)
Ada luka yang pernah membelah sejarah,
luka yang merobek langit dan membuat manusia kehilangan bahasa untuk berharap,
sebuah luka yang tak hanya membakar tanah,
tetapi juga mengguncang arah peradaban.
Ketika Hiroshima berubah menjadi bayang paling kelam,
ketika kota itu remuk menjadi debu panas yang bahkan angin pun ragu menyentuh,
ada satu pertanyaan yang pertama kali pecah dari bibir manusia:
“Di mana guru-guru kita?”
Bukan tentara.
Bukan pemimpin.
Bukan bangunan megah.
Tetapi guru.
Sebab manusia tahu,
jika guru masih hidup,
maka harapan belum ikut musnah.
Dari puing-puing yang belum dingin,
dari jalanan yang kehilangan nama,
orang-orang berlari mencari sosok sederhana
yang setiap hari berdiri di depan papan tulis,
menyalakan terang di tengah gelap,
dengan kapur yang mudah patah,
dan suara yang ia paksa tetap tegar
meski hatinya berkali-kali dihantam kepiluan.
Guru adalah tiang terakhir ketika dunia hampir roboh.
Mereka tidak membawa senjata,
tetapi keberanian yang tidak pernah mereka umumkan.
Mereka tidak memiliki pangkat,
tetapi keteguhan yang tak bisa dibeli.
Mereka tidak memerintah dengan kekuasaan,
tetapi dengan cinta yang bekerja dalam diam
dan tetap setia meski tak pernah dipuji siapa pun.
Di negeri kami, Indonesia,
merekalah penjaga peradaban,
di ruang kelas yang bocor,
di desa-desa yang jauh dari peta,
di sekolah yang berdiri di antara sawah, hutan, dan gunung,
dengan gaji yang tak selalu cukup,
tetapi dengan jiwa yang terus mengalir seperti mata air,
memberi, memberi, dan terus memberi.
Guru,
Engkaulah yang mengajari kami mengeja percaya,
ketika hidup menumpukkan keraguan.
Engkaulah yang mengajari kami berdiri,
ketika dunia lebih sering memilih menjatuhkan.
Engkaulah yang membentuk kami tanpa pernah bertanya,
apakah namamu akan ditulis di tugu mana pun.
Hari ini,
ijinkan kami mengucapkan terima kasih,
dengan suara yang nyaris pecah,
sebab kami tahu kata itu terlalu kecil,
untuk menampung seluruh pengorbananmu.
Terima kasih, Guru.
Untuk setiap mimpi yang kau sisipkan dalam diri kami,
untuk setiap luka yang kau jahit dengan kesabaran,
untuk setiap masa depan yang kau bangun,
dengan pekerjaan sunyi yang tak pernah dicatat kamera.
Dan kini kami mengerti:
Jika suatu hari dunia kembali runtuh,
bangsa ini tetap akan mencari para guru.
Karena selama guru masih ada, tidak akan pernah ada masa depan yang benar-benar padam. ❤️🔥🌹🌷
Bogor, 25 November 2025
Nurul Jannah adalah seorang dosen lingkungan di IPB University, lulusan doktor lingkungan dari Hiroshima University, penulis produktif, dan penggerak literasi*)
