8 Dai Muda Jebolan Ponpes Darul Ikhlas Diberi Penghormatan Kaji dan Gelar Tuanku

Buya Tuanku Kuniang Raisman ditengah delapan Dai Muda alumni 2025 Ponpes Darul Ikhlas, saat memberi sambutan Penghormatan Kaji dan Pemberian Gelar Tuanku . (foto; YanE)

PADANG PARIAMAN, FOKUSSUMBAR.COM – Prosesi Penghormatan Kaji dan Pemberian Gelar Tuanku kepada delapan orang dai muda dilaksanakan di Surau Lubuak, Komplek Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ikhlas, Pakandangan, Padang Pariaman, Rabu siang (3/12/2025). Acara di pimpin oleh Buya Tuanku Kuniang Raisman, salah seorang pengasuh dan guru senior Darul Ikhlas, disaksikan oleh Buya H. Tuanku Suhaili, Pimpinan Ponpes Darul Ikhlas dan para ninik mamak dari 8 Nagari, serta ratusan masyarakat dan keluarga dari kedelapan dai muda tersebut.

Kepala Humas Ponpes Darul Ikhlas Buya Tuanku Sidi Kambarli kepada media ini, Jumat (5/12/2025), menyampaikan, penghormatan kaji dan pemberian gelar Tuanku rutin dilaksanakan sekali dalam tiga tahun. Kedelapan tuanku muda ini telah menambah jumlah para dai hasil didikan Darul Ikhlas.

Menurutnya, alumni Darul Ikhlas mengajar dan berdakwah tidak saja ditingkat lokal Padang Pariaman dan Sumatera Barat saja, bahkan sudah tersebar hingga Kalimantan dan Papua.

“Sejak berdiri tahun 1971, alhamdulillah Darul Ikhlas telah melahirkan dai-dai profesional. Jumlahnya sekitar 400 orang. Termasuk alumni 2025, 8 orang yang kita beri penghormatan kaji ini,” jelas Kambarli.

Dijelaskannya lagi, alumni per tiga tahun ponpes ini memang sedikit, karena proses belajar kitab kuning itu membutuhkan waktu ekstra, dibanding dengan sekolah formal atau pondok pesantren terpadu lainnya.

“Memang lama, bahkan ada yang 10 tahun hingga 12 tahun belajar disini, tergantung santri juga. Kita ajari mengaji kitab secara mendalam, kita didik hingga memiliki berkat ilmu, untuk mengajar dan berdakwah nantinya di tengah ke tengah umat,” imbuhnya.

Berikut 8 dai muda yang diberi Penghormatan Kaji dan Gelar oleh Ponpes Darul Ikhlas angkatan 2025, berasal dari tiga kabupaten; Padang Pariaman, Pesisir Selatan dan Agam.

Mereka adalah; Tuanku Bagindo M. Luthfi Anwar, Tuanku Basa Abdul Karim, Tuanku Sutan Sati Ulil Anshar dan Tuanku Bandaro Kuniang (Padang Pariaman), Tuanku Saleh Muhammad Haris dan Tuanku Bagindo Zulva Hafis (Lunang, Pesisir Selatan), Tuanku Bandaro Muhammad Izham dan Tuanku Bagindo Sabirin (Agam).

Terkait istilah Penghormatan Kaji, Buya Tuanku Kuniang Raisman menjelaskan, para santri yang telah tiba masanya dinilai bisa mengajar mengaji dan berdakwah di tengah-tengah masyarakat, diberi Penghormatan Kaji terlebih dulu oleh para guru, mereka tidak dianggap menamatkan kaji, tapi diberi penghormatan karena sudah diberkati ilmu.

“Ilmu atau kaji itu harus dituntut terus, sesuai anjuran Rasulullah. Jadi, tidak ada istilah menamatkan kaji, atau tamat sekolahnya atau wisuda. Tuanku nan salapan ini, tetap tersambung dengan para gurunya, suatu saat atau boleh berkonsultasi dan menambah ilmu lagi nanti. Kami yang sudah senior, tetap secara berkala mendatangi pondok, mendatangi para guru kembali. Ilmu tetap harus dituntut selama kita masih hidup.” ujarnya.

Buya Raisman berpesan kepada Tuanku Nansalapan, kiranya dalam mengajar dan berdakwah ditengah masyarakat nanti, hendaknya para tuanku lebih menonjolkan keikhlasan, jangan pamrih dan menjawab pertanyaan masyarakat dengan baik dan bijak.

“Tugas tuanku itu utamanya tiga hal; Mengajar mengaji berdakwah, mengimami shalat berjamaah. Dalam pelaksanaannya nanti, jangan mudah tersinggung, jawab pertanyaan masyarakat kita dengan bijak dan jangan mematok harga, jangan meminta-minta, tapi kalau diberi, terima.” tegas Buya Rais, disambut tawa para hadirin.

Sebaliknya, kepada jamaah dan masyarakat umumnya, Buya Rais berharap, kiranya dalam pemanggilan terhadap dai muda ini, utamakan memanggil dengan gelarnya, walau memanggil nama sebenarnya tidak masalah. Dan, jika tuanku nan salapan di letakkan di surau-surau ( mengajar dan berdakwah tetap dan menetap di surau atau mesjid), hendaknya masyarakat membantu kebutuhan mereka.

Buya Raisman juga meminta para ninik mamak dalam Nagari, kiranya bisa memantau, mengingatkan, menyemangati dan menyelesaikan hal-hal yang sifatnya akan menjadi fitnah bagi para dai muda ini.

“Maklumlah tuanku nan salapan masih mudo matah, saya berharap kepada ninik mamak; kok sipi bisa di pataguah, kok senteang bisa dibilah. Mari kita jaga guru, yang juga anak kemenakan kita ini dalam mengajar dan berdakwah nanti di nagari masing,” harapnya. (YanE)

Exit mobile version