PORSEROSI Menguatkan Batu Busuk: Langkah Kecil, Dampak yang Menghangatkan

DI Batu Busuk, Kelurahan Lambuang Bukik, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Selasa, 9 Desember siang, terasa berbeda dalam beberapa hari terakhir. Langit memang cerah, tetapi wajah-wajah warga masih menyimpan bayang-bayang cemas.

Bencana pekan lalu yang menerjang kawasan itu telah merenggut banyak hal, rumah, kenyamanan, serta ketenangan hati yang dulu begitu sederhana.

Namun di balik duka yang menggantung, ada kehangatan baru yang datang pelan-pelan. Ia hadir melalui langkah-langkah kecil yang masuk ke pemukiman, membawa paket bantuan, tetapi juga membawa sesuatu yang lebih penting, rasa peduli.

Salah satu kehadiran itu datang dari keluarga besar Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (PORSEROSI). Tanpa banyak seremoni, mereka hadir untuk memastikan bahwa masyarakat Batu Busuk tahu satu hal, mereka tidak sendirian.

Dalam momen yang penuh keprihatinan itu, perwakilan PORSEROSI Indonesia menyampaikan ungkapan yang terasa menyentuh.

“Bencana ini bukan hanya meninggalkan kerusakan fisik, tetapi juga luka emosional yang tidak mudah dilalui. Kami hadir bukan hanya untuk menunjukkan kepedulian, tetapi juga untuk menegaskan bahwa solidaritas adalah fondasi yang terus kami junjung tinggi,” ujar Wakil Ketua Umum I Demisioner PB PERSEROSI Dr. Alfroki Martha, M.Pd dengan penuh empati.

Kata-kata itu bukan sekadar seremoni, tetapi benar-benar terasa hidup saat para pengurus berjalan menyusuri area terdampak, berinteraksi dengan warga, dan membantu menyalurkan bantuan.

Bagi sebagian orang, bantuan itu mungkin terlihat sederhana. Namun bagi warga yang kehilangan hampir segalanya, perhatian seperti ini dapat menjadi penyemangat besar, sebuah dorongan kecil yang membantu mereka kembali berdiri.

Dukungan yang mengalir ke Batu Busuk bukan hanya datang dari rombongan yang hadir, tetapi juga dari seluruh Pengprov PORSEROSI se-Indonesia dan PB PERSEROSI yang ikut mengirimkan donasi.

Alfroki yang saat itu diwakili Ketua Harian Pengprov PERSEROSI Sumbar, Arfan Rosyda, menegaskan bahwa organisasi olahraga bukanlah entitas yang terpisah dari masyarakat.

“PORSEROSI bukan hanya bicara tentang medali dan prestasi. Kami juga belajar tentang empati, tentang berbagi, tentang hadir bagi mereka yang membutuhkan. Ketika saudara-saudara kita mengalami musibah, maka di situlah peran sosial PORSEROSI harus bergerak,” ujarnya lembut.

“Kami ingin masyarakat Batu Busuk merasakan bahwa ada banyak hati yang ikut bergetar untuk mereka. Semoga kepedulian ini menjadi energi bagi warga untuk bangkit, dan semoga Allah SWT menguatkan mereka di masa pemulihan ini,” lanjutnya.

Kata-kata itu seolah menjembatani jarak antara dunia olahraga dan ruang-ruang kemanusiaan. Bahwa prestasi bukan hanya soal kecepatan di lintasan, tetapi juga tentang kepekaan hati di tengah masyarakat.

Di lokasi bencana, suasana berubah hangat ketika warga dan rombongan PORSEROSI saling berbicara. Ada yang bercerita tentang barang-barang yang hilang, tentang anak-anak yang ketakutan, tentang malam-malam yang masih sulit tidur. Tetapi ada pula tawa kecil yang mulai muncul, tanda bahwa perlahan, harapan kembali menemukan jalannya.

“Ada banyak tangan yang ingin membantu, banyak hati yang ingin menguatkan. Semoga langkah kecil ini membawa manfaat besar,” ujar Ketua Harian Pengprov PORSEROSI Sumbar, Arfan Rosyda.

Jika dilihat sekilas, apa yang dilakukan mungkin tampak sebagai agenda biasa. Namun nyatanya, kehadiran semacam ini mampu memberi ruang napas bagi warga, bahwa mereka tidak dibiarkan tenggelam dalam kesedihan sendiri.

Kunjungan itu akhirnya berakhir, tetapi kehangatan yang tertinggal masih terasa. Dalam setiap paket bantuan, dalam setiap kata penguatan, tersimpan pesan sederhana namun kuat, kebersamaan adalah kekuatan terbesar yang dimiliki manusia.

Dan di Batu Busuk, yang sempat dirundung duka, pesan itu terasa seperti pelukan hangat. Bahwa meski musibah datang tanpa permisi, selalu ada tangan-tangan baik yang siap membantu membangun kembali harapan.

Harapan yang kini mulai tumbuh, pelan, tetapi pasti. (hendri parjiga)

Exit mobile version