RIV, Jalan Cinta Menuju Cita-cita

Regi Indra Vomi, foto bersama keluarga tercinta. (foto; ist)

Oleh ; Yendi*

PRAKTISI kehumasan di jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan ini tiba-tiba menjadi trending topik di websiteku pagi ini.

“Sang Fotografer Yang Humanis Itu Akhirnya Meraih Sarjana”, tulis penulis di website tersebut.

Selintas tidak ada yang istimewa dari seorang fotofrafer ini. Begitu juga ia memahami tentang jalan berliku yang dilakoninya dalam menggapai cita-cita.

Regi Indra Vomi, atau yang akrab disapa Egi. Ia lahir di sebuah desa di Kecamatan Lengayang (Desa Kambang Harapan dulunya) di Kabupaten Pesisir Selatan pada 2 September 1990. Egi tumbuh menjadi sosok yang ramah, rendah hati, dan pantang menyerah.

Sejak kecil, Egi menunjukkan ketekunan dan semangat belajar yang luar biasa. Di balik kehidupan sederhana yang dijalaninya, Egi menyimpan ambisi besar untuk belajar dan mengembangkan diri. Namun, ia selalu percaya bahwa segala perjuangannya tak lepas dari pertolongan Allah SWT.

Ketika beranjak dewasa, Egi memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di bidang yang sangat ia minati, yaitu Ilmu Komunikasi. Pada tahun 2024, ia berhasil meraih gelar sarjana dari Universitas Ekasakti Padang.

Namun, perjalanan Egi dalam meraih gelar sarjana penuh tantangan. Sebagai mahasiswa sekaligus pekerja, Egi harus mengatur waktu dengan ketat antara kuliah dan bekerja. Tugas kuliah yang menumpuk sering kali harus diselesaikan di sela-sela tanggung jawabnya sebagai staf di Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Pesisir Selatan.

Dalam pekerjaannya, Egi dipercaya sebagai juru foto dalam berbagai acara resmi pemerintah daerah. Ini adalah tanggung jawab besar yang menuntutnya untuk selalu sigap, teliti, dan profesional. Meski jadwal yang padat sering membuatnya kelelahan, Egi tidak pernah menyerah.

Ia justru menjadikan tantangan tersebut sebagai bagian dari proses belajar dan bentuk ibadah. Ia percaya bahwa Allah selalu melihat setiap usaha yang dilakukannya dengan sungguh-sungguh dan akan membalasnya dengan kebaikan.

Salah satu prinsip yang selalu dipegang teguh oleh Egi adalah, “Setiap orang adalah guru, dan setiap pengalaman adalah pelajaran.” Bagi Egi, setiap orang yang ditemuinya dan setiap kejadian yang dialaminya membawa hikmah tersendiri. Keyakinan ini membentuk cara pandangnya dalam menghadapi hidup. Baginya, setiap kesulitan adalah sarana untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman hidup.

Sebagai seorang muslim, keimanan Egi kepada Tuhan menjadi landasan dalam menghadapi berbagai tantangan. Setiap ujian yang ia hadapi dianggapnya sebagai bagian dari cara Allah menguatkannya. Di saat banyak orang mungkin mengeluh menghadapi cobaan, Egi justru menjadikannya sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan doa dan kekuatan spiritual, ia menghadapi setiap rintangan dengan penuh keyakinan.

Selain ketekunan, Egi juga memiliki impian besar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia ingin terus mengembangkan diri agar bisa memberikan kontribusi lebih besar kepada masyarakat.

Namun, ambisinya bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi. Bagi Egi, keberhasilan adalah amanah yang harus ia gunakan untuk membantu dan menginspirasi orang lain, terutama generasi muda yang tengah berjuang menggapai impian mereka.

Di tengah kesibukan bekerja dan belajar, Egi tetap menyempatkan diri untuk terlibat dalam berbagai kegiatan sosial. Dengan minatnya dalam fotografi dan komunikasi, Egi aktif dalam komunitas, berbagi ilmu, dan membangun jaringan dengan banyak orang. Bagi Egi, berbagi ilmu dan kebaikan adalah bentuk syukur atas nikmat yang ia terima, sekaligus cara untuk mendapatkan ridha Allah dan keberkahan dalam hidupnya.

Kehidupan Egi semakin lengkap setelah menikah dengan Nike Fausiska, S.Kep., seorang perawat yang setia mendampinginya. Pernikahan bagi Egi bukan hanya tentang kebahagiaan.

*) Penulis adalah Jurnalis di kabupaten Pesisir Selatan

Exit mobile version