Teknologi Pembibitan untuk Budidaya Rotan Mandiri di Hutan Pedalaman Desa Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung

Melalui kerja sama program GIZ dan Vivere, perusahaan furniture multinasional, kelompok masyarakat Desa Sumpur Kudus menerima bantuan melalui program Rattan Ranger. Dalam program ini, biji rotan dikumpulkan dan dikecambahkan di instalasi pembibitan sederhana menggunakan media tanam berbasis kompos yang dibuat oleh penduduk desa. (foto; ist)

BANDUNG, FOKUSSUMBAR.COM – Sebagian besar desa di Indonesia berada di sekitar kawasan hutan, menjadikannya sebagai sumber daya penting bagi kehidupan masyarakat. Untuk memastikan pengelolaan yang berkelanjutan, banyak dari kawasan ini ditetapkan sebagai hutan adat, termasuk Desa Sumpur Kudus di Sumatera Barat.

Desa Sumpur Kudus dikenal sebagai salah satu desa yang paling aktif melestarikan kawasan hutan adatnya, dengan luasan 4.862 hektar. Kawasan ini memiliki potensi hasil hutan bukan kayu (HHBK) serta keanekaragaman hayati yang luar biasa.

Masyarakat setempat memahami pentingnya hutan sebagai sumber air dan kehidupan, sehingga mereka secara aktif menjaga kelestarian hutan melalui peraturan adat dan pembentukan kelompok penjaga hutan adat.

Sejak 2018, masyarakat Desa Sumpur Kudus telah melaksanakan berbagai kegiatan konservasi, seperti pemantauan hutan, inventarisasi potensi hutan, dan pencegahan penebangan liar. Untuk mendanai kegiatan ini sekaligus mencegah kerusakan hutan, mereka mengembangkan pemanenan rotan secara lestari yang disertai dengan program penanaman kembali rotan yang telah dipanen. Namun, untuk keberhasilan program ini, fasilitas pembibitan yang memadai menjadi kebutuhan mendesak.

Dukungan Teknologi Pembibitan Rotan

Melalui kerja sama dengan program GIZ dan Vivere, perusahaan furniture multinasional, kelompok masyarakat Desa Sumpur Kudus menerima bantuan melalui program Rattan Ranger. Dalam program ini, biji rotan dikumpulkan dan dikecambahkan di instalasi pembibitan sederhana menggunakan media tanam berbasis kompos yang dibuat oleh penduduk desa. Meski demikian, tingkat keberhasilan perkecambahan biji rotan yang hanya mencapai 10–20% serta waktu yang dibutuhkan hingga dua bulan menjadi tantangan besar.

Pada 2024, Desa Sumpur Kudus mengajukan permohonan bantuan pengembangan pembibitan rotan melalui aplikasi Desanesha. Institut Teknologi Bandung (ITB) merespons dengan menginisiasi proyek pengabdian kepada masyarakat yang dipimpin oleh Dr. Ahmad Faizal dari Kelompok Keahlian Sains dan Bioteknologi Tumbuhan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB. Proyek ini berjudul “Pengembangan Teknologi Pembibitan dan Kultur Jaringan Rotan untuk Pengelolaan Berkelanjutan di Desa Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.”

Proyek ini melibatkan pengembangan rumah perkecambahan rotan dengan dua pendekatan utama: kultur jaringan dan sistem pertanian presisi. Pendekatan kultur jaringan memungkinkan biji rotan ditanam dalam larutan kultur untuk menghasilkan plantlet, bibit unggul yang siap ditanam. Sementara itu, pendekatan klasik menggunakan media tanam dengan kondisi menyerupai lingkungan alami hutan.

Teknologi Inovatif Berbasis Lokal

Sistem perkecambahan klasik yang diinstalasi dilengkapi dengan irigasi berbasis pengabutan, menghasilkan kelembaban udara >80% yang sesuai dengan kondisi alami hutan adat. Sistem pencahayaan didesain menyerupai intensitas cahaya di hutan, dengan durasi pencahayaan 9 jam dan kegelapan 15 jam. Seluruh instalasi ini dirancang menggunakan bahan lokal dan dibuat dalam bentuk knock-down di bengkel Jawa Barat, sebelum dirakit di lokasi oleh penduduk setempat.

Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan efisiensi perkecambahan rotan, tetapi juga memastikan keberlanjutan operasionalnya melalui pemberdayaan masyarakat lokal. Penduduk desa dilibatkan dalam instalasi sistem irigasi dan energi, sehingga mampu melakukan perawatan dan pengembangan sistem secara mandiri.

Membangun Sinergi Pengetahuan dan Teknologi

Melalui program ini, ITB tidak hanya membantu masyarakat Desa Sumpur Kudus mengatasi tantangan budidaya rotan, tetapi juga membuka peluang riset terkait biodiversitas tumbuhan Indonesia. Sinergi antara penelitian dan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat mempercepat diseminasi pengetahuan dan teknologi berbasis sumber daya lokal.

Langkah ini menjadi fondasi kuat bagi kemajuan bangsa melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berbasis teknologi. Desa Sumpur Kudus kini berdiri sebagai model bagi desa lain di Indonesia yang ingin mengintegrasikan konservasi lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat dan teknologi modern. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *