Kolom  

Walikota Padang Terpilih Undang Pendekar Pariwisata

Oleh; Sam Salam*

SEORANG pemimpin dalam mengambil keputusan dan kebijakan perlu mendengarkan suara dari berbagai pihak. Jika ini berhasil dilakukan, niscaya kepercayaan publik akan semakin meningkat.

Pemimpin “bak kato hati surang” tanpa merajut aspirasi dan merasa hebat sendiri; “trus” para yang hebat lainnya mau “dikirim” kemana hah ?; tentu sulit berkembang.

Memenuhi undangan pasangan terpilih Walikota Padang untuk “merajut aspirasi” kelompok penggiat dan pelaku pariwisata Kota Padang agar kota Padang lebih baik dalam pengelolaan pariwisata ke depan.

Gagasan konkrit dari peserta yang hadir dengan beragam kemampuan dalam pengelolaan pariwisata menjadi catatan prioritas bagi pasangan walikota terpilih; Fadly Amran dan Maigus Nasir.

Sebelum kebijakan dalam pengelolaan pariwisata dibuat untuk kota Padang informasi dan saran dari peserta akan menjadi mudah untuk direalisasikan dan Walikota tidak “jalan sendiri” dalam mengambil kebijakan, kata Fadly Amran.

Sebagai decision maker; pembuat kebijakan, data dan aspirasi dari penggiat dan pelaku pariwisata berbagai pihak akan menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan arah pariwisata yang mulai “tenggelam” dan “terseok” sejak beberapa tahun belakangan ini.

Kota Padang harus mampu berkolaborasi untuk menjadikan suatu destinasi yang kuat dan besar untuk dijadikan tempat, “bersandar” bagi destinasi lain.

Pada tahun 1980-an destinasi “Toba Lake” menjadi destinasi terkuat di Pulau Sumatera, sehingga Sumatera Barat “bersandar” pada kekuatan Toba Lake; setelah berkunjung ke Toba Lake dilanjutkan ke Sumatera Barat.

Sesungguhnya kota Padang atau Sumatera Barat harus mampu menciptakan destinasi kuat sendiri, agar bisa diikuti oleh destinasi kecil lainnya di seluruh wilayah Sumatera Barat; untuk itu dibutuhkan para OPD pariwisata yang “smart” dan mampu bekerjasama dengan penggiat swasta. “Jangan bak kato hati sorang se”.

Pendekar pariwisata yang hadir dengan berbagai gagasan telah menjadi catatan “sang Wako dan Wawako”

Satu hal yang luput bahwa pariwisata olah raga menjadi hal yang sangat penting untuk digagas bagi pariwisata Sumbar.

Pariwisata olah raga rakyat dengan investasi minim akan mampu meningkatkan kunjungan.

Sewaktu saya menyaksikan volly pantai yang dipertandingan tingkat dunia di pantai Copacobana Rio De Jeneiro, yang dihadiri ribuan penoton dari berbagai benua yang membuat semua hotel full menjadikan Brasil suatu destinasi olah-raga dengan kehebatan volly ball pantai dan sepakbolanya.

Bisa jadi pantai Muara Lasak Padang, dengan merekayasa pantai tersebut untuk dijadikan lapangan volly pantai dan futsal seperti di di Brasil, diyakini akan mampu menghadirkan pengunjung yang signifikan, apabila diadakan kompetisi berkelanjutan (konsisten) di tingkat se-kota Padang, se-Sumbar, tingkat nasional ataupun internasional, dengan fasilitas dan biaya infra-struktur rendah namun akan lebih mengenalkan kota Padang secara luas.

Hal ini bisa diserahkan ke pihak swasta/mice dan tak perlu “menguras” APBD dengan “ocehan
klasik” bahwa dana/anggaran terbatas. Mengurangi beban “koni-konian” yang dahulunya memakai dana “toto-koni” (yang dianggap perjudian) dengan ikut menyerap dana APBD sebagai induk organisasi di Republik ini.

Kolaborasi antara pelaku penggiat olahraga dan pemerintah kota Padang perlu ditingkatkan. Di luar sana hampir semua olahraga dibawah federasi yang orang-orangnya adalah para pembisnis; seperti
sepakbola.

Bersandar semua aktifitas ke APBD bukan masanya lagi. Emangnya Republik ini banyak uang.

Ayo pak Wali, selamat berjuang untuk Kota Padang.

*) Ketua Umum Enterprenuer Indonesia KEIND Sumatera Barat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *