PADANG PANJANG, FOKUSSUMBAR.COM – Buku Antologi Puisi “Negeri Bencana” terbit sebagai buah kepedulian dan keprihatinan mendalam terhadap beragam bencana yang melanda Indonesia. Karya ini lahir dengan dukungan penuh dari Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang dan Majalah Digital Elipsis.
Antologi ini merupakan hasil seleksi dari ratusan naskah puisi yang diterima dalam penerimaan karya bertema “Bencana”. Sebanyak 100 penyair dari seluruh Indonesia merangkai kata-kata yang mampu merepresentasikan beragam emosi, pengalaman, dan pandangan mereka mengenai bencana alam yang kerap mengguncang Indonesia. Seperti tsunami yang menerjang pantai-pantai, erupsi gunung api yang menyisakan abu dan trauma, banjir bandang yang mengubah wajah kota, hingga tanah longsor yang merenggut banyak nyawa.
Sejak peluncuran pertamanya pada Oktober 2024, buku ini pun tidak hanya melahirkan kesadaran, tetapi juga memberikan ruang bagi kita untuk merenungkan kembali hubungan kita dengan alam.
Dr. Sulaiman Juned S.Sn., M.Sn , yang lebih akrab disapa Adun, sang kurator, mengantar “Negeri Bencana” kepada Kepala Dinas Kominfo Padang Panjang, Drs. Ampera Salim, S.H, M.Si di ruang kerjanya, Selasa (7/1/2025).
Dalam pertemuan tersebut, Adun menceritakan bagaimana setiap puisi dalam Negeri Bencana lebih dari sekadar menggambarkan tragedi alam. Puisi-puisi ini menyuarakan perasaan ketidakberdayaan manusia ketika berhadapan dengan alam, yang sering kali memberikan balasan atas tindakan kita yang tak bijak.
“Puisi-puisi ini adalah ungkapan jiwa para penyair yang tergerak oleh penderitaan dan kerugian akibat bencana. Pembaca diajak untuk merenungkan kembali bagaimana kita dapat hidup berdampingan dengan alam secara bijak,” ujar Adun.
Dua kurator lainnya, Riri Satria dari Jakarta dan Muhammad Subhan dari Padang Panjang, turut andil dalam mengarahkan karya-karya puisi ini, memperkaya perspektif dari sudut pandang sastra yang beragam.
Dalam pertemuannya dengan Adun, Ampera menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap kontribusi nyata komunitas seni dan media digital yang telah menghadirkan karya sastra yang menyentuh hati ini.
“Tak hanya menyentuh hati, puisi ini juga memberikan refleksi bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan sesama. Saya berterima kasih kepada teman saya Adun, yang setiap kali menulis buku baru pasti mengantar kemari. Kami juga menyambut baik para penulis-penulis buku lain yang giat mendukung literasi untuk masyarakat kita,” ujar Ampera.
Melalui antologi puisi ini, setidaknya puisi-puisi tersebut bisa menjadi catatan pengingat bagi generasi masa depan. Sebuah gambaran dari kacamata sastra bahwa alam tak bisa diperlakukan sembarangan. (aisyah)