Banner Bupati Siak
Dakwah  

Bulan Sya’ban dan Keutamaannya

Oleh : H. Abdel Haq, S.Ag, MA*

BULAN Sya’ban adalah bulan yang ke delapan dari kalender hijriyah. Bulan ini dinamakan Sya’ban berarti terpisah, berpencar, karena pada waktu itu orang Arab berpisah dan berpencar untuk mendapatkan air. Bulan Sya’ban posisinya berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan.

Begitu dekat dan eratnya antara ketiga bulan ini Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda :
“Allaahumma baariklanaa fi Rajaba wa Sya’bana wa ballighnaa Ramadhan”. Artinya, Ya Allah berkatilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami dengan bulan Ramadhan.

Ketiga bulan ini, memiliki keistimewaan dan kelebihan masing-masing dalam kajian Sejarah Kebudayaan Islam.

Bulan Rajab yang baru saja berlalu merupakan bulan yang sangat istimewa bagi peradaban umat Islam, bahkan dunia pada umumnya.

Pada bulan Rajab inilah Rasulullah Muhammad SAW diperjalankan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram di Makkatul Mukarramah menuju Masjid Aqsha di Baitil Maqdis, Palestina. Bahkan Rasulullah Muhammad SAW sampai melanglang buana, mengitari antariksa. Bahkan sampai ke Sidratil Muntaha, suatu tempat tertinggi yang belum pernah manusia menjejakkan kakinya di sana. Itulah, peristiwa Isra’ dan Mi’raj yang pernah dialami Nabi kita Rasulullah Muhammad SAW dalam waktu relatif singkat, hanya sepertiga malam saja.

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj inilah yang memotivasi dan menginspirasi umat manusia untuk menjelajahi seantero dunia, mengharungi angkasa raya beserta planet lainnya.

Dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj inilah yang mengukuhkan manusia pertama yang menjelajahi angkasa raya, dunia antariksa beserta planetnya adalah Rasulullah Muhammad SAW. Justeru itu umat Islam tidak boleh skeptis dengan ilmu pengetahuan alam, eksakta dan ilmu pengetahuan lainnya. Karena Rasulullah Muhammad SAW telah terlebih dahulu diberikan fasilitas oleh Allah Swt untuk tourney, traveling mengitari angkasa raya.

Kejadian inilah, yang membuat manusia termotivasi, menginspirasi untuk menggali lebih dalam tentang ilmu pengetahuan yang akan mampu membawa manusia terbang menjelajahi angkasa. Sehingga muncullah para pakar di bidang antariksa, pakar teknokrat bidang pesawat terbang, perkapalan dsb.

Sesudah berakhirnya bulan Rajab, maka muncullah bulan Sya’ban, yang memiliki keistimewaan dan Keutamaannya diantaranya :

1. Bulan Sya’ban adalah bulannya Rasulullah Muhammad SAW, karena pada bulan ini Nabi Muhammad SAW paling bersemangat dan paling banyak melakukan rangkaian ibadah. Terutama dalam melakukan puasa, selain bulan Ramadhan. Sehingga Rasulullah Muhammad SAW dalam sebuah percakapan menyatakan : “tatkala saya berbuka puasa, saya merasa senang dilihat oleh Allah Swt saya berpuasa”. Justeru itu, umat Islam harus mampu ittiba’, mengikuti Rasulullah Muhammad SAW dalam melakukan ibadah puasa sunah di bulan Sya’ban ini.

2. Bulan Sya’ban dikenal dengan bulan di mana seluruh amal ibadah anak cucu Adam AS diangkat ke langit. Pada bulan Sya’ban ini, disebut juga bulan penutupan buku. Menurut riwayat pada bulan ini pulalah Allah Swt mengalokasikan bagi manusia berapa jatahnya untuk setahun yang akan datang.

Apakah masih ada kesempatan bagi anak manusia untuk melanjutkan programnya di dunia atau hanya sampai beberapa bulan saja. Atau boleh jadi tidak sampai usianya bertemu dengan bulan Ramadhan 1446 H yang akan segera menghampiri. Inilah salah satu rahasia do’anya Rasulullah Muhammad SAW tatkala datang bulan Rajab beliau berdo’a : “Ya Allah berkatilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami dengan bulan Ramadhan”.

    3. Puasa nishfu Sya’ban, yaitu berpuasa di pertengahan bulan Sya’ban, yang cukup viral setiap tahun, meskipun dalam hal ini menurut para Ulama, nash, landasan dalilnya tidak shahih. Namun, puasa pada nishfu Sya’ban ini tetap diperbolehkan, dengan didahului melakukan puasa ayyaamul bidh, puasa hari-hari putih jernih yaitu tanggal 13, 14 yang selalu dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW setiap bulannya. Kemudian dilanjutkan dengan puasa nishfu Sya’ban yaitu puasa pada tanggal 15 Sya’ban. Ibadah puasa sunah ini dilakukan untuk menambah pundi-pundi amal ibadah di sisi Allah SWT.

    4. Pada bulan Sya’ban inilah turunnya perintah untuk bershalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW, seperti dijelaskan Allah Swt dalam Al-Quran :

    “innallaaha wa malaa-ikatahuu yushalluuna ‘alan nabiyyi, Yaa ayyuhal ladziina aamanuu shalluu ‘alaihi wa sallimuu tasliima”, Artinya : sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkan salam penuh kehormatan kepadanya”. (Al-Ahzab 56).

    5. Pada bulan Sya’ban terjadinya conversi, perubahan arah qiblat. Hal ini dijelaskan Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 144 : “qad naraa taqalluba wajhika fis samaa-i, falanuwalliyannaka qiblatan tardhaahaa. Fawalli wajhaka syathral Masjidil Haram. Wa haitsu maa kuntum fa walluu wujuuhakum syathrahu, wa innal ladziina uutul kitaaba laya’lamuuna annahul haqqu mirrabbihim. Wamallaahu bighaafilin ‘ammaa ya’maluuna”.

      Yang artinya : ” Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke qiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab ( Taurat dan Injil ) tahu, bahwa (pemindahan qiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.

      Berdasarkan surah ini, arah qiblat umat Islam yang semula menghadap Masjidil Aqsha di Baitil Maqdis, Palestina. Dengan serta merta, otomatis, terjadi conversi berubah menghadap Masjidil Haram di Makkatul Mukarramah. Arah qiblat ini Insya Allah akan tetap berlaku sampai akhir zaman.

      6. Pada bulan Sya’ban para sahabat banyak membaca Al-Al-Quran. Hal ini diakui oleh Anas Bin Malik RA :
      “ketika kaum muslimin memasuki bulan Sya’ban, mereka sibuk membaca Al-Quran dan mengeluarkan zakat mal, untuk membantu faqir miskin yang berpuasa”.

      Bahkan para salafush shaleh, komunitas salaf shaleh menyatakan : ” Sya’ban adalah bulan para pembaca Al-Quran “. Justeru itu, mumpung kita berada di bulan Sya’ban marilah kita memperbanyak membaca Al-Quran, melakukan amal kebaikan, membantu dan menyantuni kaum dhu’afa’. Mudah-mudahan kebiasaan baik ini, akan menjadi kebiasaan dilakukan dibulan suci Ramadhan, seterusnya menjadi pakaian sehari-hari dalam melakukan amal kebaikan di luar bulan Ramadhan.

      7. Bulan Sya’ban dijadikan sebagai bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadhan. Adapun persiapan yang harus dilakukan menjelang bulan suci Ramadhan antara lain :

      Persiapan hati dan jiwa dengan tazkiyyatun nafsi, membersihkan hati dari segala hal yang merusak nilai ibadah. Menjauhi sifat sombong, hasad, iri hati, dengki, su-uzh zhan dan sifat tercela lainnya, dengan bertaubat kepada Allah SWT.

      Memperbaiki hubungan antar sesama manusia, dengan saling memaafkan. Hal ini, tentu dimulai dari keluarga terdekat. Suami isteri beserta anak-anak dan keluarga lainnya. Di samping itu juga dilakukan operasi thaharah, membersihkan lingkungan, memperindah, mempercantik masjid dan mushalla, sehingga menjadi menarik dan memotivasi masyarakat dalam meramaikan rumah ibadah di bulan Ramadhan khususnya dan di luar bulan suci Ramadhan pada umumnya.

      Merasa gembira, senang dan optimis dengan datangnya bulan suci Ramadhan. Seperti Sabda Rasulullah Muhammad SAW :

      “man fariha bidukhuuli Ramadhaana, harramallaahu jasadahu ‘alan niiraan “. Artinya : ” barang siapa yang merasa gembira dengan kedatangan bulan suci Ramadhan, diharamkan tubuhnya dijilat api neraka”.

      Begitulah sikap umat Islam beriman, dengan kedatangan bulan suci Ramadhan. Semoga di bulan Sya’ban yang penuh dengan keutamaan ini, dapat kita maksimalkan untuk meningkatkan amal ibadah, agar di bulan suci Ramadhan nanti kita lebih fokus, mampu secara optimal melakukan ibadah puasa. Di samping ibadah lainnya, seperti membaca Al-Quran, memperbanyak infaq, shadaqah dan amal kebaikan lainnya. Dengan harapan kita mampu menjadi orang yang bertaqwa dalam pengertian yang sebenarnya.

      Pulau Punjung, Kamis, 13 Januari 2025, 14 Sya’ban 1446 H

        *) Penulis terakhir menjabat Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Dharmasraya

        Tinggalkan Balasan

        Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *