Oleh : Yunardi M.Pd*
KEMAJUAN teknologi informasi mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan, terutama bidang pendidikan. Dampak positif dan negatif teknologi ini menjadi polemik yang menarik untuk didiskusikan.
Secara umum, teknologi sangat membantu di dunia pendidikan. Namun demikian, orang tua dan guru cemas dengan akibat negatif teknologi ini.
Penggunaaan teknologi informasi di dunia pendidikan seperti memakan buah simalakama. Teknologi sangat membantu dalam proses pendidikan di sekolah, sementara itu penggunaan teknologi Informasi bisa merusak mental dan karakter siswa.
Dengan demikian, Kemahiran literasi di dunia pendidikan menjadi sangat penting. Literasi terkait dengan kemampuan menulis dan membaca.
Literasi sangat erat kaitannya dengan mengolah informasi. Jadi, terkait dengan kemampuan mengolah informasi, inilah yang menjadi penting terutama tentang informasi apa saja yang perlu digunakan dalam pembelajaran, terus bagaimana informasi itu diolah sehingga tidak berdampak negatif bagi siswa.
Literasi Membaca (Bahan Bacaan)
Bahan bacaan banyak bisa kita dapat, bukan hanya lewat buku, koran, majalah, tabloid, jurnal ilmiah, tetapi juga bisa kita dapat dari media sosial di FB, WA, Googlee, Intagram.
Begitu banyaknya media yang bisa mengakses bahan bacaan membuat para guru dan orang tua perlu mengolah bahan bacaan ini dengan teliti.
Guru tidak bisa memberikan kebebasan begitu leluasa untuk anak didiknya. Guru harus mengolah dan mengontrol anak dan memberikan rambu-rambu yang tegas dalam menugaskan anak untuk mencari bahan bahan bacaan. Agar guru dan orang tua tidak kecolongan dalam mengontrol bacaan siswa.
Oleh sebab itu, siswa perlu dikontrol secara ketat. Situs-situs, aplikasi, grup grup media sosial apa saja yang boleh diekses oleh siswa. Otomatis guru dan orang tua perlu mengetahui aplikasi, konten, dan media bacaan yang tidak sesuai atau yang akan merusak mental anak, terutama bahan bacaan yang tidak bermoral, porno, stensilan, dan bacaan vulgar lainnya.
Literasi Menulis
Berdasarkan observasi sebagai seorang guru dan pengawas guru di sekolah masih banyak focus ke membaca. Melatihkan kemampuan menulis masih kurang. Pada hal kemampuan membaca dan menulis ini satu paket.
Seseorang yang sudah mahir atau trampil membaca, idealnya diiringi dengan kemahiran menulis.
Dalam dunia akademis kemampuan menulis sangat penting juga. Kenapa?
Sampai saat ini untuk menyelesaikan jenjang pendidikan seperti S1, S2, S3 tertentu masih mewajibkan membuat karya ilmiah. Oleh karena itu, agar setelah jadi mahasiswa tidak meng- copypaste karya ilmiah orang lain, ketika SD, SMP, dan SMA mereka perlu dibekali keterampilan menulis.
Apapun pelajarannnya guru perlu menerapkan keterampilan menulis. Babaimana menulis kritikan, menuliskan usulan, menuliskan gagasan, menuliskan saran dan lain-lain.
Literasi adalah keterampilan komunikasi. Membaca dan menulis merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan dimana saja kita berada. Yang lebih penting lagi dalam menulis perlu pilihan kata yang tepat, dan beretika.
Banyak wadah sekarang untuk menularkan bakat menulis, tapi sayang sangat sedikit siswa kita yang trampil menulis.
Untuk keterampilan menulis siswa perlu dilatih dan membiasakan topik-topik yang sesuai dengan dunianya dan tingkat perkembangannya.
Selama ini, di sekolah terutama dalam pelajaran Bahasa Indonesia, guru telah mengajarkan menulis catatan harian, menulis pengalaman pribadi, menulis surat izin dll. Untuk mata pelajaran lain sejatinya perlu dikembangkan literasi menulis dengan melatih membuat kesimpulan bacaan yang dibaca, melaporkan isi bacaan, mengkritik, menyampaikan gagasan dll. Tentu saja ini disesuaikan dengan pelajaran yang diajarkan oleh guru.
Membaca, menulis, mengelola bacaan dan tulisan sangat penting dalam pembelajaran di sekolah.
Guru perlu jadi penjaga gawang yang baik terhadap dampak negatif teknologi bagi siswa melalui pengontrolan bahan dan topik tulisan siswa. Jika sudah dikawal sedemikian rupa, kemungkinan jebolnya penyalahgunaan informasi di kalangan anak didik bakal bisa diatasi. Semoga. []
*) Penulis adalah mantan Pengawas SMP Kota Padang
Tehnologi, Literasi, bahan bacaan, yang bersumber dari sokongan tehnologi semisal FB, Instagram dan media online lainnya yang diambil/dibaca sebagian besar (mungkin semua) bukanlah yang dibutuhkan atau sesuatu yang diperlukan oleh siswa atau guru itu sendiri melainkan sesuatu yang berdasarkan KEPENTINGAN, yang pada umumnya bersifat sesaat. Misal anak membuka, sejarah Islam di Indonesia, karena anaksaat itu mau menjawab soal yang menjadi tugas dari guru tetang materi tersebut, demikian pula si guru, ketika gur mencari bahan bacaan dengan bantuan tehnologi, itu bukan karena si guru ingin mengembangkan atau menambah wawasannya, akan si guru berkepentingan bahwa besuk pagi mau mengajar dengan bahan yang dimaksud, sementara guru tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Jadi ketika tehnologi dikaitkan dengan pendidikan mungkisaya lebih cenderung banyak mudaradnya daripada manfaat. karena memahani/menghafal sesuatu dengan dengan media online hasilnya sangat kurang ketika kita membaca melalui buku. Bahkan kita telah meyaksikan ada banyak negara maju seperti Jepang dan Swedia yang strata pendidikannya jauh lebih tinggi dibanding negera-negara lain telah memerintahkan untuk meninggalkan media online (HP serta perangkat lain) untuk embali ke buku. Jadi menurut saya tehnologi memang bagus tetapi tidak semuanya harus diselesaikan dngan tehnologi. Oh ya pak satu hal yang luap ..BAHWA TIDAK ADA MEDIA/tehnologi secanggih apapun yang bisa menggantikan/mengisi pendidikan karakter…. ini yang harus kita pahami bersama … Wallahu bishowab …
begitulah pak Silis!
mantap ulasannya ustadz!