Puisi : Hendra Idris *
di sebuah negeri, angka-angka hanya berbariskan doa-doa
tentang mimpi indah akan oktan nan melambung dan membusur namun suatu keyakinan ternyata terjerembab ke titik paling nadir
di spanduk kautuliskan janji tanpa jelaga
: seakan lebih suci, lebih orisinal, tanpa noktah!
tapi siapa yang mampu mengukur ketulusan bahan bakar?
dalam tabung besi kau seolah berzikir
sambil tertawa keci lantas membakarkan dirimu dalam doa mesin purba
mengapa tidak kautuangkan tangki dengan kepercayaan hakiki?
kaunafikan antara selang dan nozzle
tatkala itu ada tangan entah milik siapa, yang invisible
mencampurkan sebuah zat, dengan asa imitasi
membaurkan janji-janji jelanta tentang harga diri dan surga lalu bergumam “dari nol” tapi penuh kebimbangan
di dashboard jarum tampak menari-nari dan membual-bual menunjukkan jarak seakan benar telah menempuh
perjalanan panjang di sejumput sejarah kuno
di mana pertamax telah menyelonjorkan tentang api kejujuranmu, sesungguhnya
: tapi lihatlah! di balik ketampananmu itu sekadar kaujual balutan oplosan tanpa berdosa : mengapa?
2025
*) Telah menulis puisi, cerpen, artikel opini, sejak 1992, di Haluan, Singgalang, Analisa, Waspada, Republika, berprofesi sebagai Notaris PPAT sejak 2002, serta sejak 2021 juga telah mengabdikan diri sebagai Trainer, Public Speaker, Narasumber di pelbagai Seminar, Webinar, dan sejumlah Pelatihan