Oleh : H. Abdel Haq, S.Ag, M.A.,*
LAILATUL qadar adalah salah satu malam istimewa yang dipilih Allah Swt untuk umat Islam. Siapa di antara umat Islam yang beriman, beramal shaleh dengan penuh keikhlasan, Allah Swt sediakan gebyar bonus setara dan sebanding dengan beramal seribu bulan.
Seperti diisyaratkan oleh Allah Swt dalam surah Al-qadr ayat 3 :
” Lailatul qadri khairum min alfi syahrin “.
Yang artinya : malam kemuliaan itu lebih baik dari pada seribu bulan “.
Alangkah senang dan gembiranya hamba Allah yang beriman, tatkala mendapatkan malam qadar. Kalau dikalkulasikan nilai ibadah pada malam itu sama dengan beribadah selama 83 tahun. Sebuah usia relatif tua untuk ukuran manusia akhir zaman.
Kemuliaan yang luar biasa tersebut, sebenarnya merupakan berkah dari turunnya Al-Quran pada malam qadar. Hal ini pun dijelaskan oleh Allah Swt dalam surah Ad-Dukhan ayat 3 – 5 :
” innaa anzalnaahu fii lailatim mubaarakatin innaa kunnaa mundziriin. Fiihaa yufraqu kullu amrin hakiim. Amram min ‘indinaa innaa kunnaa mursiliin “.
Artinya : ” Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. Yaitu urusan dari sisi Kami. Sungguh, Kamilah yang mengutus para rasul “.
Al-Quran diturunkan oleh Allah Swt kepada Rasulullah Muhammad SAW di Gua Hira’ melalui Malaikat Jibril AS untuk pertama kalinya, dalam dua tahap. Tahapan pertama secara keseluruhan dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah langit dunia.
Lalu tahap kedua secara berangsur-angsur dari Baitul ‘Izzah langit dunia, melalui Malaikat Jibril AS kepada Rasulullah Muhammad SAW untuk menjawab aneka pertanyaan dan kebutuhan di kala itu. Hal ini durasinya berlangsung selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari.
Seandainya Al-Quran tidak diturunkan oleh Allah Swt kepada Rasulullah Muhammad SAW pada malam qadar, malam penuh kemuliaan. Boleh jadi seluruh dunia akan gelap, terjauh dari hidayah dan petunjuk Allah Swt.
Malam yang mulia itu dinamakan lailatul qadar, adalah malam tatkala Allah Swt membeberkan tentang rezeki, ajal dan hal-hal penting lainnya yang akan terjadi pada tahun itu kepada para Malaikat.
Kapan terjadinya malam qadar itu?
Sebenarnya Rasulullah Muhammad SAW dalam sebuah riwayat telah mengetahui malam qadar tersebut. Bahkan ingin keluar untuk memberitahu para sahabat. Namun, tatkala keluar didapatinya dua orang di antara kaum muslimin bertengkar dan berselisih serta saling mengutuk.
” Sungguh, aku keluar untuk mengabarkan datangnya Lailatul qadar kepada kalian. Akan tetapi ternyata Fulan dan Fulan saling mengutuk, sehingga kabar tersebut ditarik kembali oleh Allah Swt. Boleh jadi, hal ini lebih baik bagi kalian semua, begitu kata Rasulullah Muhammad SAW. Karena itu songsonglah malam qadar tersebut pada malam kesembilan, malam ketujuh dan malam kelima pada sepuluh hari terakhir “. ( H.R. Imam Bukhari ).
Hadis di atas memberikan sebuah pembelajaran bagi umat Islam. Bahwa kejahatan yang diakibatkan oleh salah paham, perselisihan dan pertengkaran, akan menghilangkan kebaikan.
Faktor inilah penyebab gagalnya malam qadar itu, kita ketahui secara pasti. Karena dipicu oleh permusuhan yang dimotori oleh setan.
Sedangkan dalam hadis lain dari ‘Aisyah RA Rasulullah Muhammad SAW bersabda :
” Carilah Lailatul qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan “. Adapun malam ganjil tersebut adalah malam ke dua puluh satu, dua puluh tiga, dua lima, dua puluh tujuh dan dua puluh sembilan.
Hikmahnya, boleh jadi agar umat Islam selalu mendirikan qiyamul lail setiap malam di bulan suci Ramadhan.
Bagaimana menjemput dan meraih Lailatul qadar itu?
Untuk menjemput dan meraih lailatul qadar, yang sangat istimewa itu, tidaklah semudah dan seenteng membicarakannya.
Akan tetapi, melalui proses yang alot dan persiapan yang matang. Sedangkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan saja Rasulullah Muhammad SAW sejak bulan Rajab sudah mulai menyiapkan diri, dengan berdo’a agar Allah Swt :
” Ya Allah berkatilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami dengan bulan Ramadhan “.
Justeru itu umat Islam beriman setelah masuk bulan Ramadhan, setidaknya melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Meluruskan niatnya dalam melakukan rangkaian ibadah hanya untuk mencari ridha Allah Swt.
- Berupaya maksimal agar ibadah puasa Ramadhannya sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah Swt dan Rasulullah Muhammad SAW. Dengan menyempurnakan syarat, rukun, dan menghindari segala macam yang akan merusak nilai ibadah.
- Selama bulan Ramadhan lebih banyak berintegrasi dengan Al-Quran. Karena bulan Ramadhan adalah syahrul Quran, bulan di mana Al-Quran diturunkan oleh Allah Swt. Berupaya keras untuk berkali-kali menamatkan bacaan Al-Quran, mentadabbur Al-Quran, mempelajari, memperdalam pengetahuan dan wawasan tentang isi kandungan Al-Quran.
- Memperbanyak shadaqah, infaq dan peduli terhadap kaum dhu’afa, masakin serta peduli kepada anak yang yatim dan mereka yang terlantar.
- Melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir, dengan berdiam diri di masjid melakukan ibadah, shalat tahajjud, taqarrub ilallaahi, beristighfar sebanyak-banyaknya, minta ampunan Allah Swt dan berdo’a untuk kebahagiaan dunia akhirat. Dengan melafazkan do’a yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW :
Allaahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anniy, ” Ya Allah Engkaulah Zat Maha Pengampun, suka memaafkan hamba-Nya, ampunilah dosa dan kesalahanku “.
Allaahumma innaa nas-aluka ridhaaka wal jannah, wa na’uudzubika min sakhaathika wan naar, wa adkhilnal jannata ma’al abraar, Ya ‘Aziiz Ya Ghaffaar Ya Rabbal ‘Aalamiin.
” Ya Allah kami memohon keridhaan-Mu dan surga-Mu, dan kami berlindung kepada-Mu dari murka-Mu dan neraka, dan masukkanlah kami ke dalam surga bersama hamba-hamba-Mu terbaik, Wahai Yang Maha Mulia, Wahai Yang Maha Pengampun “.
Dengan demikian, pada malam-malam ganjil sepuluh malam terakhir, lebih banyak berdo’a, beristighfar, minta ampunan Allah Swt sambil mohon rezeki yang berkah, keselamatan, kesejahteraan di dunia akhirat. Ditempatkan Allah Swt dalam surga bersama para pilihan-Nya dan terjauh dari siksaan api neraka. Semoga umat Islam beriman pada bulan suci Ramadhan 1446 H ini, mampu meraih lailatul qadar, malam qadar, malam penuh kemuliaan, yang lebih baik dari seribu bulan. Wallaahu a’lam bishshawaab. []
*) Penulis Aktivis Dakwah, Jurnalis, mantan Kakankemenag Pasaman, Pasaman Barat dan terakhir Kakankemenag Dharmasraya