Dakwah  

Zakat Fitrah Penyempurna Puasa Ramadhan

Oleh : H. Abdel Haq, S.Ag., MA.,*

SETELAH berpuasa sebulan penuh di bulan suci Ramadhan, umat Islam diwajibkan oleh Allah Swt untuk menunaikan zakat fitrah. Zakat fitrah merupakan kewajiban diri bagi setiap muslim, untuk menyucikan diri setelah berjuang, berlatih dalam mengendalikan hawa nafsu, selama sebulan Ramadhan, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

Meski pun berjuang dengan sepenuh hati, dengan penuh keikhlasan dan perhitungan yang matang. Namun, selaku manusia biasa dipastikan disana sini, ada saja hal yang akan merusak atau mengurangi nilai ibadah puasa tersebut.

Justeru itulah, Allah Swt melalui Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan kepada umat Islam untuk mengeluarkan zakat fitrahnya.

Zakat fitrah, adalah zakat individu untuk menyucikan yang berpuasa dari perkataan berbau syahwat dan perkataan keji yang tidak berguna serta memberi makan orang miskin. Seperti Sabda Rasulullah Muhammad SAW :

” Faradha Rasulullah Muhammad SAW zakaatul fithri thuhratal lish shaa-imiini minar rafatsi wal laghwi wa thu’matal lil masaakini, man ad-dahaa qablash shalaati fahiya zakaatun maqbuulatun, wa man ad-dahaa bakdash shalaati, fahiya shadaqatun minash shadaqaati “.

Artinya : ” telah mewajibkan Rasulullah Muhammad SAW kepada umatnya untuk membayarkan zakat fitrah, untuk menyucikan yang berpuasa dari tindakan yang berbau syahwat, dari perkataan yang sia-sia, serta memberi makan buat komunitas miskin. Siapa yang menunaikan sebelum shalat Idul Fitri, maka zakat fitrahnya diterima. Apabila diserahkan setelah shalat Idul Fitri, maka itu adalah termasuk shadaqah dari beragam bentuk shadaqah.

Dengan demikian, jelaslah bahwa masa untuk mengeluarkan zakat fitrah itu dimulai sejak masuk bulan suci Ramadhan dan berakhirnya menjelang pelaksanaan shalat Idul Fitri. Apabila penyerahan zakat fitrah dilakukan setelah shalat Idul Fitri, maka berubah fungsinya. Tidak lagi bernilai zakat fitrah, tetapi termasuk dari salah satu shadaqah dari shadaqah-shadaqah lainnya.

Berapa takaran zakat fitrah itu …?

Zakat Fitrah itu takaran dan besarannya sama dengan satu sha’ tamar dan satu sha’ kurma. Telah dikonversi menjadi 2,5 Kg beras, diwajibkan kepada hamba sahaya dan orang merdeka, bagi lelaki dan perempuan yang muslim.

Diperintahkan Nabi menunaikan zakat fitrah, sebelum kaum muslimin keluar menuju masjid untuk menunaikan shalat Idul Fitri.

Agar kaum muslimin lebih mudah dalam pembayaran zakat fitrah, pemerintah dalam hal ini, diwakili Kementerian Agama Kabupaten/Kota bersama BAZNAS dan pihak terkait mengadakan rapat khusus, untuk menetapkan berapa nilai zakat fitrah setiap tahunnya.

Setelah melihat dan mempertimbangkan harga beras setempat yang tengah mencuat, termasuk kategori beras yang dikonsumsi oleh mereka yang berpuasa.

Untuk lebih jelasnya, zakat fitrah merupakan, zakat individu, yang diwajibkan kepada mereka yang beragama Islam, mengeluarkan zakat diri sekali dalam setahun di bulan suci Ramadhan. Tidak mengenal tua atau muda, lelaki atau perempuan.

Bahkan bagi mereka yang miskin pun, kalau di rumahnya sudah ada kelebihan untuk makan minumnya di hari raya Idul Fitri, makanya wajib baginya untuk mengeluarkan zakat fitrah. Meski pun di satu sisi komunitas fakir dan miskin dipihak yang menerima zakat fitrah. Karena zakat fitrah merupakan kewajiban diri secara individual, bagi mereka yang berhak menerima zakat fitrah pun, diwajibkan untuk membayarkan zakat fitrahnya.

Kepada siapa zakat fitrah diberikan …?

Sebagaimana diketahui ada 8 asnaf yang berhak menerima zakat dalam Islam.
Yaitu : 1. Fakir 2. Miskin 3. Panitia/ ‘Amil 4. Muallaf 5. Hamba sahaya 6. Garimin/Terutang 7. Fisabilillah 8. Ibnu Sabil. Inilah kategori mereka yang berhak mendapatkan zakat secara umum.

Namun dalam hal ini, khusus dalam pemberian zakat fitrah agama Islam menegaskan kepada umatnya, bahwa zakat fitrah lebih baik dan diprioritaskan pemberiannya kepada mereka yang fakir dan miskin, dari kalangan karib kerabat sendiri.

Dengan memberikan zakat fitrah kepada karib kerabat yang masih ada hubungan keluarga atau nasab, mempunyai dua keistimewaan. Pertama berfungsi untuk meningkatkan silaturahmi dan yang kedua keistimewaannya bernilai shadaqah.

Sebagaimana Sabda Rasulullah Muhammad SAW :

” Innashadaqata ‘alal miskini shadaqatun, wa hiya dzirrahmi itsnaani, shadaqatun wa shilatun “. Yang artinya : ” Sesungguhnya fitrah/shadaqah kepada orang miskin merupakan sebuah shadaqah. Sedangkan berfitrah, bershadaqah kepada yang berhubungan saudara. Mempunyai dua nilai, yaitu nilai shadaqah/fitrah dan nilai hubungan silaturahmi.

Justru itu, ajaran Islam lebih memilih dan mengutamakan memperhatikan saudara sendiri, karib kerabat dari pada mereka yang berjauhan. Hal ini untuk lebih meningkatkan kepedulian dan peningkatan silaturahmi di antara sesama bersaudara.

Semoga dengan membayarkan zakat fitrah kepada yang berhak menerimanya, diharapkan mampu menyempurnakan nilai ibadah puasa yang telah dilakukan. Kiranya, rangkaian ibadah di bulan suci Ramadhan penuh keberkahan, maghfirah dan keistimewaan ini, berbekas dan mampu meningkatkan kualitas hidup, menjadi hamba Allah Swt yang bertaqwa dalam pengertian yang sesungguhnya.

Kemudian pasca bulan suci Ramadhan umat Islam, mampu pula mengembangkan dan melipatgandakan amal kebaikan. Karena telah mendapatkan pembekalan yang luar biasa sebulan penuh. Bagaikan seseorang yang baru saja selesai mengikuti Pusat Pendidikan dan Pelatihan, tentu akan berusaha maksimal menerapkan materi yang didapatkan selama menjalani pendidikan dan pelatihan.

Wallaahu a’lam bishshawaab.

*) Penulis Aktivis Dakwah, Jurnalis, terakhir Kepala Kakankemenag Dharmasraya

Exit mobile version