Oleh : Mr. Dedi Vitra Johor*
“The best investment you can make is in yourself.”
— Warren Buffett
DALAM dunia bisnis yang penuh persaingan, perubahan teknologi, dan dinamika pasar yang tak menentu, sesuatu hal yang tidak bisa dimungkiri. Anda tentu melihat kenyataan yang telah terjadi hari ini. Dulu orang beli barang langsung ke toko sekarang orang scroll Shopee, tokopedia, tiktok-semua cukup dari HP. Toko elektronik yang dulu ramai, sesak di pusat kota, sekarang sepi karena masyarakat memilih membeli secara online- banyak pilihan, diantar ke rumah, praktis dan banyak promo.
Tidak bisa ditolak juga perubahan persaingan, dulu persaingan hanya di satu kota, sekarang dari Negara lain, bisnis tas kulit lokal bersaing langsung dengan produk import dari Cina yang lebih murah dan tersedia di e-commerce.
Apa lagi, perubahan teknologi yang sangat cepat dan massif. Dulu semua serba manual. Sekarang Ada AI, otomasi, dan software untuk efisiensi- Pebisnis yang masih menggunakan akuntansi yang masih pakai buku tulis akan kalah dengan yang menggunakan software seperti Zahir dan sejenisnya. Uang bisa hilang. Mitra bisa pergi. Pasar bisa runtuh. Tapi kemampuan, pengetahuan, karakter, dan intuisi yang Anda miliki—itulah aset yang sesungguhnya.
“Ilmu yang terus di-upgrade adalah tameng terbaik melawan perubahan.”
— Dedi Vitra Johor
Dunia bisnis hari ini bukan lagi soal siapa yang besar, tapi siapa yang paling adaptif. Lihat fakta banyak bisnis yang besar di masa lalu, hari ini ?. Anda bisa menilai dan siapa yang bisa bertahan?. Apa yang dulu berhasil, belum tentu relevan hari ini.
Dalam situasi seperti ini, satu-satunya tameng paling kuat yang bisa kita miliki adalah diri kita sendiri—yang terus di-upgrade. Ketika teknologi berubah, hanya orang yang terus belajar yang tidak tergantikan. Selanjutnya, Ketika tren pasar berubah, hanya pengusaha yang terus berpikir terbuka yang bisa bertahan.
Apa lagi, Ketika cara lama tak lagi berhasil, hanya mereka yang mau beradaptasi yang akan tetap relevan. Belajar berpikir lebih luas, mengambil keputusan dengan hati dan data, memperluas jaringan, memperkuat mentalitas, hingga belajar dari kegagalan. Inilah tameng sejati kita hari ini. Tentu bagi mereka yang terus belajar akan menyediakan peluang yang sangat besar.
Ini contoh nyata yang sudah sama-sama kita lewati beberapa waktu yang lalu. Saat pandemi COVID-19, banyak bisnis tutup. Tapi pengusaha yang cepat belajar digital marketing, e-commerce, dan manajemen keuangan justru tumbuh. Teknologi AI berkembang pesat. Mereka yang belajar AI dan data kini menjadi pionir, bukan korban. Dulu, bisnis hanya soal jual-beli. Sekarang tidak sebatas itu, bisnis menuntut storytelling, branding, automation, dan empati pelanggan.
Lalu, mengapa Diri Sendiri Adalah Aset Terbaik?. Paling tidak ada beberap alasan yang perlu anda ketahui. Diri Anda adalah sang pengendali Arah Bisnis. Sebagus apa pun ide bisnis atau bisnis yang anda jalankan hari ini, bila Anda tidak siap memimpinnya, maka bisnis itu akan tersendat atau bahkan hancur.
Pengusaha masih sedikit yang tahu terkecuali yang sukses: bisnis adalah cerminan kualitas diri. Semakin Anda berkembang sebagai pribadi, semakin kuat pula fondasi bisnis Anda.
Pernah anda mendengar dengan ungkapan ini : “Generasi pertama membangun, generasi kedua menikmati, dan generasi ketiga menghancurkan”? Sekilas terdengar klise, tapi jika direnungkan lebih dalam, ini adalah cermin dari realita yang sering terjadi terhadap kualitas diri, walapun banyak factor yang menentukan
Jawaban berikutnya kenapa diri sendiri adalah asset terbaik. Pengetahuan Menghindarkan dari Kebodohan. Berapa banyak pengusaha yang merugi bukan karena pasar, tapi karena keputusan yang keliru? Keputusan yang diambil tanpa wawasan, pengalaman, atau pembelajaran cukup bisa menguras tabungan bertahun-tahun dalam sekejap.
“Kalau Anda pikir belajar itu mahal, coba bandingkan dengan kebodohan.”
— Robert Kiyosaki
Saya sendiri pernah mengalaminya. Bertahun-tahun menjalankan bisnis tanpa pengetahuan, mentor atau bimbingan yang tepat membuat saya kehilangan milyaran rupiah dan menumpuk utang hingga nyaris menyeret aset orang tua. Itu adalah masa-masa pahit yang tidak akan saya ulangi. Sejak itu, saya berjanji: diri saya harus menjadi versi terbaik setiap saat.
Mungkin Anda pernah dengar pepatah ini:
“Kalau Anda pikir belajar itu mahal, coba rasakan sendiri harga dari kebodohan.”
Kalimat itu memang terdengar tajam. Tapi jujur saja, itu bukan sekadar kata-kata. Itu adalah peringatan yang sering datang belakangan—saat semuanya sudah terjadi, dan penyesalan mulai terasa.
Mari saya ajak Anda merenung sejenak…
Berapa banyak orang yang rugi karena ikut-ikutan investasi tanpa tahu risikonya?
Berapa banyak yang bangkrut karena membuka usaha tanpa ilmu dasar tentang keuangan?
Berapa banyak yang tertipu karena tidak tahu cara membaca kontrak atau perjanjian?
Jawabannya: banyak sekali.
Dan ironisnya, semua itu bisa dihindari jika mereka tahu lebih dulu. Di era sekarang, Anda bisa dengan mudah mencari informasi. Tapi pengetahuan yang benar dan tepat bukan sekadar googling atau baca status media sosial.
Pengetahuan sejati lahir dari:
• Belajar dari pengalaman orang lain (biar Anda tak perlu jatuh di lubang yang sama)
• Belajar dari mentor, pelatihan, atau buku yang berkualitas
• Dan yang terpenting: kesediaan Anda untuk terus bertumbuh
Pengetahuan yang Anda miliki hari ini, adalah benteng terbaik dari keputusan-keputusan salah yang bisa berujung pada kerugian besar.
Kebodohan dalam bisnis bisa membuat Anda kehilangan uang, reputasi, dan kepercayaan.
Kebodohan dalam relasi bisa membuat Anda kehilangan orang-orang terbaik.
Kebodohan dalam kepemimpinan bisa membuat tim Anda bubar atau berhenti berkembang.
Dan dalam banyak kasus, semua itu tidak bisa diperbaiki dengan cepat.
Jangan pernah ragu untuk menginvestasikan waktu, tenaga, dan uang untuk belajar. Karena ilmu yang Anda miliki hari ini, bisa menyelamatkan Anda dari:
• Keputusan gegabah
• Kerugian besar
• Penyesalan yang menyakitkan
Belajar itu bukan soal “mau jadi pintar” semata.
Belajar itu soal ingin melindungi masa depan Anda.
Saat Anda terus belajar, Anda sedang membangun perisai. Anda sedang menjaga keluarga, bisnis, karier, dan semua hal yang Anda perjuangkan.
Jadi, jika suatu hari Anda merasa malas belajar atau merasa cukup dengan yang Anda tahu sekarang, ingatlah ini:
“Pengetahuan mungkin butuh biaya. Tapi kebodohan… sering kali bayar dengan harga yang tak terbayangkan.”
Jika Anda ingin bisnis Anda naik kelas, diri Anda harus naik level lebih dulu. Karena pada akhirnya, kesuksesan bukan soal peluang atau keberuntungan semata—tapi tentang siapa diri Anda saat peluang itu datang.
“Bisnis adalah cerminan dari siapa pemimpinnya. Jika Anda ingin bisnis yang luar biasa, bangunlah diri yang luar biasa.”
— Dedi Vitra Johor
Salam Dahzyat,
*) Mr. Dedi Vitra Johor, Pengusaha dan Motivator