Oleh: Agus Wiranata
Kondisi global:
Di tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat, menjadikan banyaknya masyarakat yang tidak memperhatikan isu tentang ketahanan pangan.
Dalam Laporan Global tentang Krisis Pangan (GRFC, 2024) menegaskan betapa besarnya tantangan untuk mengakhiri kelaparan pada tahun 2030.
Pada tahun 2023, hampir 282 juta orang atau 21,5 persen dari populasi yang berada di 59 negara/wilayah menghadapi tingkat kerawanan pangan yang memerlukan bantuan pangan dan mata pencaharian yang mendesak.
Ditambah lagi anomali cuaca seperti hujan dan kekeringan ekstrem yang meyebabkan gagal panen sehingga menurunkan produksi bahan baku pangan di dunia.
Selain itu, konflik geopolitik dan ketidakstabilan politik dapat mengganggu produksi dan distribusi pangan. Dilain sisi, peningkatan populasi manusia di dunia juga menjadi kekhawatiran penyebab krisis pangan.
Saat ini, pertumbuhan populasi dunia tidak diiringi dengan peningkatan produktivitas pangan. Diperkirakan pada tahun 2050, populasi global akan mencapai 10 miliar orang, dan membutuhkan peningkatan produksi pangan sebesar 60%.
Permasalahan pangan di Indonesia:
Di Indonesia sendiri, penyediaan pangan terhambat dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan pemanfaatan makanan.
Menurut BAPPENAS (2021), sisa makanan terbuang atau food loss and waste di Indonesia mencapai 23 hingga 48 juta ton per tahunnya.
Jumlah sisa makanan terbuang tersebut menyebabkan kerugian bagi Indonesia sebesar Rp213 triliun sampai sampai Rp551 triliun per tahun, atau setara dengan 4 persen sampai 5 persen Produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Bagi masyarakat Indonesia, pangan itu di identikan dengan beras karena merupakan makanan pokok. Kebutuhan konsumsi beras di Indonesia sesuai dengan data yang ada dari Badan Pusat Statistik Indonesia (2023) sekitar 35,37 juta ton per tahun dengan produksi sebesar 30,34 juta ton pada tahun 2024 yang mengalami penurunan sekitar 760 ribu ton dari tahun 2023.
Penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya lahan panen dan produksi gabah kering. Hal ini perlu perhatian khusus dari pemerintah karena berdampak terhadap ketahanan pangan.
Tawaran atas permasalahan:
Dengan kondisi pangan yang saat ini tergambar dari data diatas, mengakibatkan Indonesia terus melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan nasional dan menjaga stabilitas harga pasar.
Untuk itu membangun rantai pasok beras yang tangguh sangat diperlukan oleh negara Indonesia, Pada masalah yang kita hadapin ini perlunya Solusi yang di tawarkan.
1. Sosialisasi kebijakan
Pada permasalahan ini perlunya sosialisasi dengan tema Gerakan Menanam Nasional yang berfokus terhadap penanaman padi.
Hal ini juga digaungkan oleh Ustad Hadi Hidayat, dengan adanya sosok yang di dengar oleh masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran penduduk untuk fokus pada ketahanan pangan.
Dengan gerakan ini, saya juga berharap pemerintah ikut ambil bagian dalam menyukseskan program ini. Peran pemerintah dalam hal ini yang harus dilakukan adalah penyaluran barang berupa pupuk yang harus tepat sasaran dan harga yang tidak merugikan petani.
Selain itu, diharapkan sistem penyaluran berjalan dengan baik dan tidak berdasarkan periode sebelumnya.
Karena banyaknya pihak swasta yang terlibat dalam pendistribusian pupuk, maka diyakini bahwa salah satu permasalahan terpenting di antaranya adalah harga produk.
Saya juga memberi apresiasi pemerintahan yang sudah fokus terhadap pendistribusian pupuk dengan membuat sebuah aturan baru, yang mana sekarang ini untuk pendistribusian pupuk langsung dikelola oleh gabungan kelompok tani.
Selanjutnya, dengan Solusi yang ditawarkan dapat berdampak pada peningkatan produksi beras yang mengalami penurunan setiap tahunnya dan menurunkan angka impor pangan yang dilakukan oleh pemerintah.
2. Pembelian dan penyaluran
Koperasi merah putih baru diluncurkan merupakan program yang dikeluarkan oleh pemerintah. Koperasi ini fokus bergerak di setiap desa, ini dapat di manfaatkan untuk menjaga harga pasar dan pembiayaan.
Proses yang dilakukan bisa dengan system kerja sama dengan petani. Yang mana koperasi merah putih memberikan bantuan dana ke petani dan membeli hasil panen.
Hal ini dapat membantu petani yang tidak memiliki modal untuk mengelola pertanian, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi ketahanan pangan yang berfokus terhadap beras dan memutuskan praktik menjatuhkan harga barang para petani yang dilakukan oleh para tangkulak. (*)
Penulis adalah kader HMI Bukittinggi