PADANG, FOKUSSUMBAR.COM – Muhammadiyah berdiri pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan pada tanggal 18 November 1912 di Kauman, kota Yogyakarta. Pendirian Muhammadiyah diawali oleh keberadaan Sekolah Rakyat bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikan KH. Ahmad Dahlan pada awal tahun 1912.
Wakil Ketua DPW Mumammadiah Sumbar, Marhadi Effendi dalam bincang santainya dengan fokussumbar.com mengatakan, muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia “Gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid bersumber pada Alqur’an dan Sunnah”.
Dijelaskan oleh mantan anggota DPRD Sumbar ini ketika memberikan Kartu Tanda Anggota (KTA) Muhammadiyah kepada wartawan, Zulkifli Rahman, Rabu (21/5/2025), pada masa awal pendirian Muhammadiyah, aturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Hindia-Belanda membatasi ruang dan gerak Muhammadiyah.
Namun dalam Kongres Boedi Oetomo yang diselenggarakan di rumah KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1917, pendiri Muhammadiyah ini menyatakan bahwa organisasi ini perlu berdiri tidak saja di Yogyakarta, tapi juga di seluruh Jawa, dan bahkan di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, serta berbagai tempat di Nusantara.
Meskipun gagasan dan usulan untuk mendirikan Muhammadiyah banyak didorong oleh beberapa orang santri dan muridnya, namun atas dasar aturan yang berlaku hanya nama-nama yang telah cukup usia yang dapat dimasukkan sebagai pendiri. Dalam statuten atau Anggaran Dasar Muhammadiyah yang diajukan kepada Pemerintah Hindia-Belanda disebutkan bahwa tanggal berdiri organisasi ini adalah 18 November 1912.
Setelah melewati proses pengajuan yang sulit dan memakan waktu lama, maka dengan terbitnya Besluit pada 22 Agustus 1914 No.81, akhirnya Muhammadiyah sebagai Badan Hukum diakui oleh Pemerintah Hindia-Belanda.
Setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah Hindia-Belanda, KH. Ahmad Dahlan menjadi leluasa dalam memperluas misi dakwahnya. KH. Ahmad Dahlan pergi berceramah ke berbagai tempat dan mengajak kaum muslimin untuk mengamalkan Islam yang membebaskan umatnya dari kejumudan, kebodohan, dan berorientasi pada amal saleh.
KH Ahmad Dahlan memimpin Muhammadiyah sejak tahun 1912 dan berakhir ketika wafat pada 1923. Dari awal hingga setengah abad berikutnya, kepemimpinan di Muhammadiyah dilanjutkan oleh Kyai Haji Ibrahim pada tahun 1923 hingga 1931. Kemudian Kyai Haji Hisyam pada 1931 hingga 1936, Kyai Haji Mas Mansyur pada 1936 hingga 1942, dan Ki Bagus Hadikusuma pada tahun 1942 hingga 1953.
“Seiring berjalannya waktu Muhammadiyah berkembang pesat, baik di bidang pendidikan Islam, rumah sakit, universitas di seluruh nusantara, dan satu satunya organisasi Islam terkaya dunia,” pungkas Marhadi Effendi. (Zul)