Dakwah  

Hidup Penuh dengan Ujian dan Cobaan

Oleh : H. Abdel Haq, S.Ag, MA*

Dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini, manusia tidak akan terlepas dari berbagai ujian dan cobaan. Siapa pun orangnya, berpangkat atau rakyat jelata, orang kaya atau mereka yang miskin merana. Orang berilmu atau orang biasa, pemimpin, penguasa, konglomerat atau politikus, termasuk orang tua, juga tokoh agama dan tokoh masyarakat di mana saja berada. Semuanya, tidak akan pernah sepi dan luput dari ujian dan cobaan dari Allah Swt.

Begitulah kehidupan, sebuah kesempatan, waktu, masa, era dengan berbagai potensi, kekuatan, segala perniknya, termasuk kesehatan dan keimanan yang diberikan oleh Allah Swt, sebagai Sang Pencipta kepada umat manusia.

Sehubungan dengan hal ini Allah Swt dalam Al-Quran Surah Al-Mulk ayat 2 menyatakan, bahwa kematian, kehidupan itu, sengaja dibuat, diciptakan Allah Swt untuk menguji manusia, siapa yang terbaik amal dan aktivitasnya.  

“Alladziy khalaqal mauta wal hayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amalaa, wahuwal ‘Aziizul Ghafuur”.

Artinya : “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun”.

Jangankan kehidupan yang beraneka ragam coraknya, yang telah diciptakan oleh Allah Swt. Bahkan adanya peristiwa mati dan kematian pun diciptakan oleh Allah Swt untuk menguji kamu, mana yang terbaik amalan dan aktivitasnya.

Justeru itu, manusia sebagai hamba Allah, makhluk sosial, yang selalu ingin bersama dengan manusia lainnya, berinteraksi dan ingin selalu bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Dalam rangka mencapai suatu tujuan itu pun, manusia tidak bisa mewujudkannya, tanpa melibatkan orang lain.

Apa pun yang dikerjakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupan ini, pada dasarnya adalah pertanda adanya kehidupan itu sendiri. Bukankah manusia yang hidup itu ditandai dengan pergerakan, aktivitas, dinamika, yang ingin selalu  berkembang, maju untuk meraih capaian yang telah ditetapkan.

Dalam mewujudkan pencapaian dan tujuan tersebut, manusia akan dihadapkan dengan berbagai tantangan, rintangan dan ujian. Boleh jadi, rintangan, tantangan, ujian dan cobaan itu, berasal dari faktor internal, dari diri sendiri, pengaruh hawa nafsu dan keterbatasan yang dimiliki.

Sedangkan tantangan dan ujian dari faktor eksternal, di antaranya lingkungan yang tidak mendukung dan faktor dari luar diri manusia itu sendiri.

Bagaimana pun juga selagi ada kehidupan, manusia tidak bisa mengelak, tidak bisa lari dari ujian dan cobaan. Karena ujian dan cobaan itu sudah merupakan pakaian dalam kehidupan umat manusia.

Dalam hal ini Allah Swt telah memberikan informasi kepada hamba-Nya, bahwa kamu akan diuji dengan keburukan dan kebaikan. Q.S 21 ayat 35 :

“kullu nafsin dzaa-iqatul mauti, wa nabluukum bisy-syarri wal khairi fitnatan, wa ilainaa turja’uun”.

Artinya : ” Setiap yang bernyawa akan merasakan mati, dan Kami uji kamu dengan keburukan dan kebaikan. Dan hanya kepada kami kamu dikembalikan “.

Ada 2 macam ujian Allah Swt untuk manusia.

Secara tegas Allah Swt menyatakan bahwa semua yang bernyawa dipastikan akan mati. Manusia akan diuji Allah Swt berupa keburukan dan kebaikan. Berarti dalam kehidupan ini setidaknya ada dua bentuk ujian, yang akan dirasakan dan wajib dilalui oleh umat manusia.

1. Ujian keburukan, yaitu segala hal yang tidak disukai oleh manusia, akan tetapi harus dilaluinya.  Baik suka atau tidak suka, senang dan tidak senang. Karena ujian itu, sudah ditetapkan oleh Allah Swt sejak alam azali di Lauh Mahfuzh.

Adapun ujian berupa keburukan itu diinformsilan pula oleh Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 155 :

“Wa lanabluwannakum bisyai-im minal khaufi waljuu-‘i, wa naqshim minal amwaali wal anfusi wats tsamaraati, wa basy-syrirish shaabiriin”.

Artinya : ” dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”. Q.S 2 ayat 155.

Allah Swt dengan tegas menyatakan ujian berupa keburukan itu, bisa berupa antara lain :

a. Rasa takut, khawatir, resah dan gelisah yang dirasakan oleh manusia. Apakah ujian ini, bisa dilalui dengan baik dengan penuh kesabaran atau sebaliknya putus asa. Malah ada yang mengambil jalan

pintas dengan membunuh diri. Padahal, Allah Swt itu menguji manusia itu, sesuai dengan kadar, kemampuannya. Tidak lebih dari kesanggupan manusia itu sendiri.  Hal ini pun dijelaskan Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 286 :

“Laa yukallifullaahahu nafsan illaa wus’ahaa “. Yang artinya : Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.

Begitulah Allah Swt sangat sayang kepada hamba-Nya. Allah tidak mau memberatkan, menyusahkan manusia, akan tetapi manusialah yang membuat dirinya susah.

b. Sedikit kelaparan, kekurangan makanan yang akan dikonsumsi, terjadi musim paceklik, panen gagal total disebabkan serangan hama yang tidak terkendali. Sanggupkah manusia bertahan dalam kondisi yang tidak diinginkan ini, atau malah berpaling dari mengingat Allah Swt.

c. Kehilangan jiwa, meninggalnya orang yang dicintai, orang-orang terdekat. Seperti meninggalnya Ayah, Ibu, isteri dan anak-anak. Boleh jadi meninggalnya pemimpin yang dicintai, tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh dalam kehidupannya. Apakah dengan kehilangan beberapa orang yang dianggap istimewa itu, mampu membuat jiwa semakin kuat atau semakin rapuh.

d. Kekurangan buah-buahan, hilangnya dari peredaran buah-buahan yang dibutuhkan oleh manusia. Apakah disebabkan gagal panen atau tidak disebabkan oleh hal lain yang tak terduga. Seperti pada zaman Covid 19 hampir semua buah-buahan tidak bisa dipetik hasilnya, disebabkan udara tercemar oleh virus Covid. Begitu juga oleh faktor-faktor yang tidak terdeteksi oleh para ilmuwan.

Termasuk juga ujian berupa keburukan, yaitu usaha yang dilakukan belum berhasil. Perdagangan mengalami kerugian, usaha kandas di tengah jalan. Keluarga yang diharapkan mampu mencarikan solusi dalam setiap permasalahan, malahan keluarga dan rumah tangga menjadi berantakan. Karena ketidakmampuan mengelola dan memenej sesuai dengan ajaran agama Islam.

2. Ujian dan cobaan yang termasuk kebaikan itu, antara lain adalah :

a. Kesuksesan, apakah kesuksesan dan keberhasilan yang didapatkan oleh seseorang itu, mampu disyukurinya dengan jalan mengagungkan dan membesarkan Allah Swt. Hal ini akan terlihat dari prilaku, aktivitasnya yang semakin dekat kepada Allah Swt. Ibadahnya semakin rapi, kepeduliannya terhadap kaum dhu’afa semakin meningkat. Begitu juga dengan semakin bagus hubungan silaturahmi dengan berbagai pihak. Terjauh dari sifat sombong dan melecehkan orang lain.

b. Kekayaan melimpah yang diberikan Allah Swt kepada seseorang itu, juga bagian dari ujian berupa kebaikan. Apakah dengan kekayaan tersebut, membuat sikaya semakin membaik Ibadahnya, semakin matang kejiwaannya atau malah sebaliknya, ibadahnya semakin menurun. Kalau kekayaan yang dimilikinya itu, seolah-olah hasil usaha  sendiri, tanpa adanya bantuan orang lain. Bahkan tidak merasakan adanya campur tangan Khaliq dan izin Allah Swt atas segala kekayaan yang dimiliki. Kondisi seperti inilah yang dinamakan istidraj.

c. Ilmu pengetahuan yang luas. Hal ini termasuk ujian dari Allah Swt di bidang kebaikan. Apakah Ilmu pengetahuan tinggi, wawasan luas, yang dianugerahi Allah Swt kepada seseorang itu. Apakah mampu disyukurinya, diamalkannya untuk melakukan perubahan, perbaikan dan mencerdaskan umat. Atau sebaliknya, Ilmu pengetahuan yang dimiliki disalahgunakan untuk menghancurkan potensi akal, budaya, melakukan pembodohan dan merusak tatanan alam semesta, serta tidak mengakui keberadaan Allah Swt sebagai pencipta alam semesta.

d. Kekuasaan, power yang dimiliki, juga termasuk ke dalam kategori ujian kebaikan. Betapa banyak orang yang diberi Allah Swt amanah, tanggung jawab berupa jabatan. Tetapi mereka lupa dengan tugas, kepemimpinan, amanah yang diembannya itu. Kepemimpinan itu adalah wewenang untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bukan sebaliknya, memperkaya diri, keluarga dan kelompok tertentu. Sehingga berani melanggar regulasi, aturan yang telah disepakati. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan mereka melupakan Allah Swt, sehingga Allah Swt membuat mereka lupa diri. Sebagaimana dijelaskan Allah Swt dalam surah Al-Hasyr ayat 19 :

“Wa laa takuunuu kalladziina nasullaaha fa ansaahum anfusahum, ulaa-ika humul faasiquun”.

Artinya : “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah,  sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik “. Q.S 59 ayat 19.

Demikianlah bentuk-bentuk ujian dan cobaan dalam kehidupan. Mau tidak mau harus kita lalui, dengan memaksimalkan potensi, peningkatan kualitas amal dan semakin mendekat kepada Allah Swt.

Ada beberapa kiat sukses dalam menghadapi ujian dan cobaan dalam kehidupan ini, antara lain dengan :

1. Peningkatan kualitas kesabaran, sebagaimana firman Allah Swt :

” Yaa ayyuhalladziina aamanuushbiruu wa Shaabiruu … “. Artinya : Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu “. Q.S 3 ayat 200.

“Fashabrun jamiiilun”. Q.S 12 ayat 18

Artinya : ” maka hanya bersabar itulah yang terbaik “.

” Wa basy-syrirish shaabiriin”. Q.S 2 ayat 155.

Artinya : ” Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar “.

2. Peningkatan shalat, berdo’a dan zikrullaah setiap saat. Sesuai dengan tuntunan Allah Swt dalam Al-Quran :

“Yaa ayyuhalladziina aamanuus ta’iinuu bishshabri wash shalaah, innallaaha ma’ash shaabiriin “. Q.S 2 ayat 153.

Artinya : ” Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar “.

” Fadzkuruuniy adzkurkum wasykuruu liy wa laa takfuruun “. Q.S 2 ayat 152.

Artinya : ” Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku “.

Dengan memberdayakan ibadah shalat akan meningkat kekuatan rohani, menentramkan jiwa, menguatkan asa, harapan. Karena makna shalat secara bahasa adalah do’a. Dengan demikian, hanyalah mereka yang mendirikan shalat sajalah yang dikabulkan do’anya oleh Allah Swt.

3. Meningkatkan rasa syukur kepada Allah Swt atas limpahan rahmat, nikmat dan keberkahan dari Allah Swt. Seperti ditegaskan Allah Swt dalam Al-Quran :

” lain syakartum la-aziidannakum wa lain kafartum inna ‘adzaabiy lasyadiidun “.

Artinya : ” Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat “.

Meningkatkan rasa syukur kepada Allah berarti memanfaatkan semua nikmat, fasilitas, anugerah itu, kepada yang diridhai Allah Swt, terjauh dari sifat mubazir, perbuatan keji dan maksiat lainnya.

4. Memperbanyak membaca Al-Quran, mentadabbur Al-Quran dan mengamalkan ajaran Al-Quran dalam kehidupan.

” Inna haadzal qur-aana yahdiy lillatiy hiya aqwamu wa yubasysyirul mukminiinal ladziina ya’maluunash shaalihaati anna lahum ajran kabiiraa “. Q.S  17 ayat 9.

Artinya : ” Sungguh, Al-Quran ini memberi petunjuk ke jalan yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin, yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang besar “.

” WA nunazzilu minal Qur-aani maa huwa syifaa-uw wa rahmatul lilmukminiina wa laa yaziiduzh zhaalimiina illaa khasaaraa “. Q.S 17 ayat 82.

Artinya : ” Dan Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim Al-Quran itu hanya akan menambah kerugian “.

5. Bertawakkal kepada Allah Swt dalam arti berserah diri kepada Allah setelah mengerahkan segala kemampuan, potensi yang dimiliki untuk keluar dari belenggu kesulitan, agar terlepas dari ujian dan cobaan. Sehingga mampu bangkit, tegak di atas kaki sendiri, mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Semuanya diserahkan kepada Allah Swt.

” Fa idzaa ‘azamta fatawalkal ‘alallaahi innallaaha yuhibbul mutawakkiliin “.

Artinya : ” Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal “. Q.S 3 ayat 159.

Insya Allah, dengan selalu melaksanakan perintah Allah Swt, menjauhi larangan-Nya dan selalu zikrullaah setiap saat, kita akan sukses dalam menjalani ujian dan cobaan.

* Penulis Aktivis Dakwah, Jurnalis dan terakhir Kakankemenag Dharmasraya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *