Kemalasan Itu Manis, Akibatnya Kejam

Oleh : Mr. Dedi Vitra Johor*

— Antara Godaan Instan dan Harga yang Harus Dibayar —

Pernahkah Anda merasa sangat nyaman rebahan sambil scroll TikTok, nonton YouTube berjam-jam, atau menunda pekerjaan karena merasa masih ada waktu? Rasanya enak, bukan? Seolah dunia memberi izin untuk santai sejenak.

Tapi coba Anda berhenti sebentar dan pikirkan ini: “Kalau saya terus seperti ini, apa yang akan terjadi dalam 1 tahun ke depan dengan diri saya?”. “Kalau saya larut didalam tontonan yang tidak ada artinya apa yang akan terjadi dengan keluarga saya”

Ya, kemalasan memang terasa manis di awal. Tapi percayalah, ia sedang menyiapkan tagihan paling kejam yang akan anda bayar mahal—entah dalam bentuk kegagalan, penyesalan, atau peluang yang terlewatkan, dan bahkan lebih dari semua itu ditinggal oleh orang yang anda dicintai.

Mari kita kulik lebih dalam. Ini bukan sekadar omelan tentang ‘jangan malas’, tapi tentang realita yang akan membangunkan Anda. Bisa jadi, batu sandungan yang membuat anda terbangun dari mimpi indah dan membuat anda berlari

Kemalasan hadir dalam balutan kenyamanan. Ia datang tanpa ancaman, tanpa tekanan dan bahkan di balut dengan kemudahan. Bukan berarti saya tidak suka dengan kemudahan,Namun jika sesuatu didapat atau dikerjakan dengan mudah akan mudah hilang dan pergi. Otak kita memang cenderung menyukai hal-hal yang tidak memerlukan usaha besar-mudah. Menunda tugas rasanya jauh lebih menyenangkan daripada menghadapinya sekarang.

Daniel Kahneman, pemenang Nobel Ekonomi, menjelaskan bahwa otak manusia punya dua sistem berpikir: sistem 1 (instan, cepat, tanpa usaha) dan sistem 2 (berpikir mendalam, butuh tenaga). Saat kita memilih malas, kita sebenarnya sedang dikuasai oleh sistem 1—otomatis dan penuh godaan instan.
Masalahnya? Hidup tidak memberi hadiah pada yang hanya mengikuti sistem 1.

Kemalasan itu tidak langsung merusak hidup Anda seperti kecelakaan. Dampak tidak langsung terlihat. Tapi ia menanam racun yang pelan-pelan menggerogoti.
• Karier mandek. Anda tidak belajar skill baru, tidak berusaha lebih, akhirnya dilangkahi orang lain.
• Bisnis tidak berkembang. Anda tidak menyusun strategi, tidak beradaptasi, akhirnya ditinggal pelanggan.
• Reputasi runtuh. Ketika Anda dikenal sebagai orang yang tidak bisa diandalkan, perlahan orang mulai menjaga jarak.

Kemalasan tidak langsung membuat Anda bangkrut, tapi ia membunuh peluang Anda untuk berkembang.

Kita hidup di era yang penuh distraksi. Instagram, TikTok, Netflix, YouTube Shorts—semuanya dirancang untuk membuat Anda betah menunda.

Sebuah studi dari Microsoft menyatakan bahwa rata-rata perhatian manusia saat ini hanya 8 detik. Itu bahkan lebih pendek dari ikan mas!

Jadi, kalau Anda merasa cepat bosan belajar, malas menyelesaikan tugas, atau gampang terdistraksi, bukan salah Anda sepenuhnya. Tapi bukan berarti Anda harus menyerah.

Mari jujur sebentar. Apa yang akan Anda rasakan jika:
• Usia bertambah, tapi hidup Anda begitu-begitu saja?
• Teman-teman Anda sudah menapaki tangga kesuksesan, tapi Anda masih di tempat yang sama?
• Anak atau pasangan mulai kehilangan harapan karena Anda tak juga berbenah?

Kemalasan punya satu cara kerja: ia menidurkan Anda pelan-pelan, lalu menghantam Anda saat Anda tak siap.

Kemalasan sebenarnya bukan musuh—ia adalah sinyal bahwa ada sesuatu yang perlu Anda ubah.

  1. Mulai dengan rutinitas kecil
    Jangan langsung ubah hidup Anda 180 derajat. Cukup mulai dari bangun pagi 30 menit lebih awal, baca 10 halaman buku, atau jalan kaki 15 menit.
  2. Bangun alasan yang kuat
    Kalau Anda tidak punya alasan untuk bangun, rebahan selalu menang. Tanyakan pada diri Anda: “Apa yang benar-benar saya inginkan dalam hidup ini?”
  3. Gunakan teknik ‘5 Menit Saja’
    Ini teknik anti-malas favorit. Janjikan pada diri sendiri untuk mulai dulu 5 menit. Biasanya, setelah itu Anda akan terus lanjut.
  4. Lingkungan itu penting
    Dekatkan diri pada orang yang produktif. Kalau teman Anda semua pemalas, jangan heran jika Anda jadi sama.

Kemalasan jarang berdiri sendiri. Ia bersahabat akrab dengan penyesalan, kegagalan, dan keterlambatan.
Coba bayangkan dua orang yang memulai bisnis pada tahun yang sama. Satu orang rajin belajar, konsisten eksekusi. Satu lagi suka menunda, baru gerak kalau terpaksa. Lima tahun kemudian, jurangnya sangat jauh.

Kemalasan adalah kegagalan yang sedang menyamar.
Brian Tracy berkata:
“Successful people are simply those with successful habits.”
(Orang sukses adalah mereka yang memiliki kebiasaan sukses.)

Aristoteles juga pernah bilang:
“We are what we repeatedly do. Excellence, then, is not an act but a habit.”
(Kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali. Maka, keunggulan bukanlah tindakan, tapi kebiasaan.)
Dan kebiasaan malas… ya, anda tahu sendiri ke mana arahnya.

Kemalasan memang manis. Ia memberi kenyamanan, rasa tenang, dan ilusi bahwa semua masih baik-baik saja. Tapi semua itu palsu. Saat Anda bangun dan sadar dunia sudah jauh meninggalkan Anda, itu lebih menyakitkan dari lelahnya bekerja keras hari ini.

Jadi, Anda punya dua pilihan:
• Lelah sekarang, atau
• Menyesal nanti.

Saya yakin, Anda cukup bijak untuk memilih yang pertama.

Kalau saya boleh jujur, saya juga pernah berteman dekat dengan kemalasan. Tapi akhirnya saya sadar: hidup ini terlalu berharga untuk dihabiskan dengan menunda. Anda juga bisa bangkit, perlahan tapi pasti. Mulailah hari ini, tidak usah sempurna, cukup progresif.

Karena kalau bukan Anda yang peduli pada hidup Anda, siapa lagi?

DVJ
Salam Dahzyat

*Pengusaha dan Motivator

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *