Kadis Perpustakaan Pariaman: Penulis Bisa Berumur Panjang Karena Karya yang Ditulisnya

Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Pariaman, Muhammad Syukri foto bersama narasumber Armaidi Tanjung dan sebagian peserta. (foto; ist)

PARIAMAN, FOKUSSUMBAR.COM – Melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) Kepenulisan Berbasis Konten Budaya Lokal yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Pariaman dapat munculnya penulis generasi muda yang mencintai konten-konten lokal. Generasi muda yang bisa menulis tentang Kota Pariaman.

Demikian diungkapkan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Pariaman Muhammad Syukri SE., M.Si. pada penutupan Bimtek Kepenulisan Berbasis Konten Budaya Lokal, Selasa (17/6/2025), di aula Kantor Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Pariaman, jalan Wolter Monginsi di Desa Kampung Gadang Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman. Hadir Kabid Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Pariaman Andy Kurnia Saputra,ST, Pustakawan Ahli Muda, Indra Nofita SE, M.A.P dan Farida Zulfikar,S.Sos.

Menurut Syukri, penulis itu bisa berumur panjang karena karya-karya yang ditulisnya. Walaupun sudah wafat, tetapi tulisan-tulisannya banyak dibaca orang lain.

“Lihatlah Buya Hamka contohnya, yang sampai sekarang masih hidup. Pikiran-pikirannya yang ditulis di berbagai buku hingga kini masih bisa dibaca dan menjadi pelajaran banyak orang. Sekalipun jasadnya sudah meninggal lama,” kata Syukri.

Mudah-mudahan dari Bimtek ini akan lahir calon penulis dari Kota Pariaman. “Bagaimana Pariaman hari ini yang ditulis para peserta Bimtek ini, bisa diketahui generasi mendatang pada 50 tahun ke depan. Artinya, dari tulisan hari ini generasi berpuluh tahun kemudian akan mengetahuinya,” kata Syukri.

Ditambahkan, kegiatan Bimtek ini diadakan di enam kabupaten/kota di Sumatera Barat. Salah satunya di Kota Pariaman. Bimtek yang sudah berlangsung sejak 15 Mei 2025, dengan tiga kali pertemuan.

Bimtek dengan narasumber Armaidi Tanjung berhasil mendorong peserta menulis tema-tema berkonten lokal. Pada pertemuan ketiga, terakhir ini, Armaidi Tanjung mempertajam dan menggali tulisan-tulisan yang sudah dihasilkan peserta untuk lebih lengkap, tajam, dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan penulisan.

“Secara umum tulisan yang dihasilkan sangat menarik yang selama ini belum ditulis. Terutama tradisi-tradisi yang sudah mulai bergeser dari kehidupan masyarakat, kuliner, sejarah dan perubahan yang terjadi di desa Kota Pariaman,” kata Armaidi Tanjung Sekretaris DPD Satupena Sumatera Barat ini.

Seperti tradisi turun mandi ditulis Anita, kata Armaidi Tanjung, yang makin banyak ditinggalkan warga. Ternyata dari tulisannya, rangkaian prosesi turun mandi tersebut sarat dengan makna yang bertujuan untuk kebaikan dan keselamatan bayi kelak setelah dewasa menjalani kehidupan ini.

“Prosesi turun mandi yang melibatkan bako (keluarga besar ayah dari bayi yang turun mandi), pantangan membawa bayi keluar rumah sebelum turun mandi, hingga waktu pertama kali bayi diinjakan kakinya ke bumi saat prosesi turun mandi. Makna bayi kakinya diinjakkan ke bumi sebelum kakinya diinjakkan ke yang lain, karena si bayi kelak akan kembali ke tanah (setelah wafat),” kata Armaidi Tanjung, penulis buku Pariaman Dulu, Kini dan Masa Depan ini.

Seorang peserta Bimtek Ketua Taman Baca Masyarakat Lambang Ai Kurnia Sari mengatakan, Bimtek ini sangat bermanfaat mendorong peserta untuk menghasilkan tulisan yang layak untuk dipublis. Ini adalah suatu pengalaman yang sangat berharga bagi saya dan peserta lain.

“Banyak hal terkait cara menulis dan bagaimana menghasilkan tulisan yang baik didapatkan selama bimbingan teknis ini. Alhamdulillah, saya mampu menghasilkan tulisan berjudul “Pengobatan Simbang Kunik”. Mudah-mudahan bimtek ini menjadi pemicu untuk menulis berikutnya,” kata Ai Kurnia Sari penggiat literasi di Kota Pariaman ini.

Tulisan peserta lainnya yang dikoreksi dan dipertajam antara lain Astrid Yuliansyah (Mambaok Juadah), Asyifa Amri Razmi (Tradisi Lauak Baniak-an), Gusniarni Megawati (Carabuik Nasi), Hasnah Mila (Unyam Jagung dan Tumbang), Hawwa Qarbain Amoer (Maota di Lapau), Manha Zahia Khairunnisa’ (Makna Simbolis Baju Adat Bundo Kanduang), Neni Triana (Sambareh, Makanan Khas Pariaman), Neti Herawati,SE.M.Pd (Asal Nama Desa Pauh), Rahil Defrian Maulana (Mangaji Kamatian), Solvia (Asal Usul Nama Desa Kampung Kandang), Suci Nurjannah Yuansyah (Tambua Tasa Pariaman), ⁠Tuti Muslimah (Batuka Cincin: Simbol Adat dan Janji Suci Dalam Tradisi Perkawinan Masyarakat Pariaman), Yeyen (Asal Usul Desa Kaluat) dan Yusnidar.Y (Tradisi Manjapuik Marapulai di Pariaman). (R/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *