Meneladani Keluarga Nabi Ibrahim AS Pecinta Tauhid, Penyabar, Patuh, Dialogis, Selalu Berdo’a dan Kompak

Oleh : H. Abdel Haq, S.Ag, MA*

Nabi Ibrahim AS termasuk Nabi dan Rasul yang dijuluki Ulul Azmi, yaitu lima orang Nabi dan Rasul yang memiliki keistimewaan dan mendapatkan gelar penghormatan oleh Allah Swt. Karena mereka memiliki sifat yang amat tangguh. Memiliki kesabaran yang tinggi, ketangguhan hati, ulet dan kepatuhan yang luar biasa kepada Allah Swt.

Adapun kelima Nabi dan Rasul tersebut adalah : 1. Nabi Nuh AS 2. Nabi Ibrahim AS 3. Nabi Musa AS 4. Nabi Isa AS dan 5. Nabi Muhammad SAW.

Siapa itu Nabi Ibrahim AS

Nabi Ibrahim AS adalah putera Azar Bin Nahur Bin Sarugh Bin Ra’u Bin Faligh Bin Abir Bin shaleh Bin Arfakhsyadz Bin Sam Bin Nuh. Melihat ranji keturunannya berhubungan langsung kepada Nabi Nuh AS.

Sebelum Nabi Ibrahim AS lahir ke dunia, tengah berkuasa Raja Namrud yang sangat kejam. Menurut riwayat, Raja Namrud pada suatu malam pernah bermimpi bahwa seorang anak laki-laki melompat ke kamarnya, lalu merampas mahkotanya dan menghancurkan mahkota tersebut. Pada keesokan harinya Raja Namrud memanggil tukang ramal atau paranormal. Menurut ahli ramalan, paranormal itu, bahwa anak laki-laki itulah nanti yang akan merusak dan meruntuhkan singgasana Raja Namrud.

Setelah mendapatkan tafsir mimpi dari paranormal tersebut, Raja Namrud marah besar, lalu memerintahkan para prajuritnya untuk membunuh balita laki-laki dan yang akan lahir.

Instruksi Raja Namrud sampai juga ke telinga ayah Nabi Ibrahim AS, yang bernama Azar. Untuk menghindari pembunuhan bayi laki-laki dari para prajurit Raja Namrud, maka Azar dan isterinya lalu mengasingkan dirinya ke dalam gua.

Di dalam gua itulah Nabi Ibrahim AS dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orangtuanya. Boleh dikatakan Nabi Ibrahim AS kecil tidak mengenal dunia luar. Hampir setiap hari Nabi Ibrahim AS kecil, selalu menyaksikan Ayahnya, yang seorang pemahat ulung pembuat patung- patung. Sering kali Nabi Ibrahim AS bertanya kepada Ayahnya, tentang Tuhan dan Ketuhanan. Sehingga Ayahnya sering terdesak dan tidak bisa menjawab pertanyaan cerdas Nabi Ibrahim AS kecil.

Nabi Ibrahim AS mencari Tuhan

Setelah Nabi Ibrahim AS kecil tidak pernah merasa puas atas jawaban yang dilontarkannya kepada Ayahnya Azar. Maka Nabi Ibrahim AS mencari Tuhan, dengan melihat fenomena alam. Tatkala di malam hari Nabi Ibrahim AS melihat bintang gemintang yang bertaburan di langit. Nabi Ibrahim AS berujar ” inilah Tuhanku, tatkala bintang gemintang menghilang.”

Lalu Nabi Ibrahim AS mengatakan ” saya tidak suka dengan yang menghilang “. Setelah itu Nabi Ibrahim AS melihat bulan yang tengah memancarkan cahayanya. Lalu Nabi Ibrahim AS menyatakan ” Inilah Tuhanku “. Akan tetapi tatkala bulan terbenam,

kemudian Nabi Ibrahim AS menyatakan ” saya tidak suka dengan yang terbenam. Pada keesokan harinya Nabi Ibrahim AS melihat matahari terbit di ufuk timur dengan terang benderang. Nabi Ibrahim AS menyatakan ” Inilah Tuhanku yang lebih besar “. Tapi apa dikata, tatkala Nabi Ibrahim AS melihat matahari terbenam di ufuk barat. Nabi Ibrahim AS pun berucap

” Saya tidak menyukai yang terbenam “. Demikianlah, Nabi Ibrahim AS dalam petualangannya mencari Tuhan. Bahkan, Ayahnya sendiri pun tidak luput dari kritik keras Nabi Ibrahim AS. : ” Kenapa Ayah menyembah berhala-berhala yang dibuat sendiri, yang tidak bisa apa-apa. Sesungguhnya Ayah bersama komunitas termasuk dalam kesesatan yang nyata “. Begitulah Nabi Ibrahim dalam petualangannya mencari Tuhan. Yang pada akhirnya Nabi Ibrahim AS

berkesimpulan bahwa Tuhanku adalah Pencipta langit dan bumi beserta apa yang ada padanya. Dari perjalanan Nabi Ibrahim AS boleh dikatakan beliau Bapak Tauhid, Pecinta Tauhid, Tokoh sentral dalam mengesakan Allah Swt. Semuanya ini terangkum dalam firman Allah Swt dalam surah Al-An’am ayat 74

Nabi Ibrahim AS dan tantangan kehidupannya

Nabi Ibrahim AS termasuk hamba Allah yang banyak mendapatkan tantangan dalam kehidupannya. Namun, setiap tantangan, ujian yang diberikan oleh Allah Swt kepadanya, dia tidak pernah mengeluh, diterimanya dengan penuh kesabaran dan selalu berdo’a kepada Allah Swt. Bayangkanlah, bagaimana perasaan

Nabi Ibrahim AS setelah berusia lanjut 80-an tahun dan begitu juga isterinya Siti Sarah dan Siti Hajar yang juga sudah tidak muda lagi. Tidak lagi masuk kriteria Pasangan Usia Subur ( PUS ), tetapi tetap berharap ingin mendapatkan keturunan, untuk melanjutkan risalah tauhid. Agar umat manusia tetap menyembah Allah Swt, mengesakan Allah dan menjauhi perbuatan syirik. Adapun do’a yang selalu dilangitkan oleh Nabi Ibrahim AS setiap habis shalat adalah :

” Rabbi habliy minash shaalihiin “. Q.S 37 ayat 100.

Artinya : ” Ya Tuhan anugerahkanlah aku seorang anak yang termasuk orang yang shaleh “.

Berkat ketekunan, keyakinan Nabi Ibrahim AS dalam berdo’a, bermohon kepada Allah Swt. Maka Allah Swt memberikan bonus. Yaitu, berupa sebuah berita gembira akan kehadiran seorang anak yang penyantun, penyabar.

“fabasysyarnaahu bighulaamin haliim “. Q.S 37 ayat 101.

Artinya : ” maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak yang sangat sabar (Ismail).

Betapa senang dan bahagianya Nabi Ibrahim AS beserta isterinya Siti Hajar setelah mendapatkan anugerah Allah Swt seorang anak yang sangat sabar. Padahal, Nabi Ibrahim AS dalam setiap do’anya hanya meminta dan bermohon kepada Allah Swt diberikan seorang anak laki-laki, yang termasuk orang shaleh.

Akan tetapi Allah Swt Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang mengabulkan do’a Nabi Ibrahim AS diatas ekspektasi, melampaui harapan Nabi Ibrahim AS.

Allah Swt menganugerahinya seorang anak yang penyantun lagi sangat penyabar. Kata halim itu secara harfiah bermakna masif, yaitu : sabar, murah hati, cerdas dan lemah lembut. Begitulah Allah Swt sangat sayang kepada hamba-Nya, yang selalu mengadukan permasalahan kepada-Nya. Ini merupakan sebuah pembelajaran bagi umat Islam di akhir zaman ini.

Apabila semua potensi telah dicurahkan, segala upaya telah ditempuh, semua kekuatan telah dikerahkan dan maksimalkan. Namun harapan belum juga sesuai dengan kenyataan. Langkah dan cara terakhir, yang terbaik harus dilakukan adalah berdo’a dan berdo’a kepada Allah Swt. Berdo’alah setiap saat, siang, malam, pagi, sore, di mana dan kapan saja ada kesempatan, jangan lupa berdo’a.

Pokoknya tiada hari tanpa berdo’a kepada Allah Swt

Berdo’a itulah rahasia sukses yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS bersama isterinya. Trend positif inilah yang selalu dilakukan oleh Khalilullah, yaitu gelar penghormatan untuk Nabi Ibrahim AS yang diberikan Allah Swt kepadanya. Yang artinya, “sahabat Allah” Ritual do’a sepanjang hayat ini wajib pula kita lanjutkan dalam menghadapi segala bentuk ujian dan cobaan yang semakin komplit.

Setelah Nabi Ibrahim AS melalui berbagai tantangan dan ujian, di antaranya telah berhasil berjuang dan berdo’a untuk mendapatkan seorang putera, pelanjut cita-cita kenabian dalam menyampaikan risalah tauhid kepada umat manusia.

Dengan kehadiran buah hati, anak kandung sibiran tulang yaitu Nabi Ismail AS, keluarga Nabi Ibrahim AS tetap bersyukur, selalu berdakwah dan meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.

Kiranya ujian, cobaan yang dialami Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya belum berakhir. Bahkan ujian, cobaan dan testing keimanan masih berlanjut terus.

Hal ini dimulai dari mimpi yang dialami Nabi Ibrahim AS beberapa malam berselang. Dalam mimpi itu, Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putera semata mayang Nabi Ismail AS. Lama juga Nabi Ibrahim AS termenung memikirkan mimpi yang dialaminya berturut-turut itu. Akhirnya, Nabi Ibrahim AS menceritakan dan memusyawarahkan dengan puteranya, yang telah beranjak remaja itu.

Sebenarnya, Nabi Ibrahim AS sudah mafhum,  memahami makna mimpi ini adalah ” ru’yah shadiqah ” atau mimpi yang benar. Karena mimpi para Nabi dan Rasul itu menurut riwayat yang ditemukan sama dengan wahyu. Maka jelaslah, bahwa yang memiliki  mimpi yang benar ( ru’yah shadiqah ) itu hanyalah para Nabi dan Rasul-Nya. Untuk mengeksekusi dan menjalankan perintah Allah Swt dalam mimpinya itu, dipanggilnyalah putera kesayangannya Nabi Ismail AS. Hal ini dinukilkan Allah Swt dalam Al-Quran, surah Ash-Shaaffaat ayat 102 :

” falammaa balagha ma’ahussa’ya qaala yaabunayya inniy araa filmanaami, anniy adzbahuka fanzhur maa dzaa taraa. Qaala yaa aabatif’al maa tu’maru satajiduuniy, Insyaaq Allahu minash shaabiriin “.

Artinya : ” maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya ( Ibrahim AS ) berkata: ” Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail AS) menjawab, ” Wahai Ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar “. Q.S 37.102.

Betapa hebat dan beratnya ujian yang diberikan Allah Swt kepada keluarga Nabi Ibrahim AS. Untuk mendapatkan anak kesayangan butuh waktu lama, setelah usianya di atas 80 tahun. Setelah putera semata mayang itu lahir, Nabi Ibrahim AS pun terpaksa memisahkan diri, dengan mengasingkan puteranya Nabi Ismail AS bersama Ibunya Siti Hajar di tanah tandus, kering, tanpa adanya tanaman yang tumbuh di sana, yaitu di Makkatul Mukarramah, yang ada tatkala itu hanyalah ” Baitullah atau Ka’bah ” tempat inilah yang tiada hentinya dikunjungi oleh umat Islam penjuru dunia.

Ketika Nabi Ibrahim AS meninggalkan isterinya Siti Hajar dan puteranya Nabi Ismail AS di tanah tandus, kering kerontang, panas terik, tanpa adanya tumbuhan yang hidup. Lalu isterinya Siti Hajar bertanya kepada suaminya Nabi Ibrahim AS ” Apakah ini perintah Allah Swt?” Nabi Ibrahim AS menjawab, ” Benar, ini perintah Allah Swt “.

Dengan spontanitas dan tegar Siti Hajar berkata : ” lay yudhayyi’anallaahu “. Artinya : ” Allah pastilah tidak akan menyia-nyiakan kami “.

Begitulah hebatnya keluarga Nabi Ibrahim AS tatkala menerima perintah Allah Swt, tanpa banyak pertimbangan, mereka jawab dengan sami’naa wa atha’naa, ” kami dengar dan kami patuhi “.

Tak lama berselang persiapan air, makanan yang ada telah habis, lalu Siti Hajar berkeliling dari bukit Shafa menuju bukit Marwa mencari sumber air, mudah-mudahan ada orang lewat yang mau memberikan bantuan. Namun sebanyak tujuh kali putaran Siti Hajar mengelilingi bukit Shafa – Marwa, untuk mendapatkan air, tidak berhasil.

Akhirnya Allah Swt yang tidak pernah menyia-nyiakan hamba-Nya, langsung memberikan bantuan yang tidak terduga. Melalui hentakan kedua kaki Nabi Ismail AS kecil, maka terpancarlah mata air. Lalu Siti Hajar mengumpulkan air tersebut dengan menyebut zam-zam,  zam-zam, yang artinya berkumpul. Maka berkumpullah pancaran air itu, lama kelamaan menjadi sebuah mata air. Yang Insya Allah mata air itu, tidak akan pernah kering sampai hari kiamat. Itulah yang dikenal oleh umat Islam dengan air zam-zam yang multi manfaat.

Berkat kepatuhan dan kesabaran Siti Hajar dalam menjalankan perintah Allah Swt. Akhirnya Allah Swt mengabadikan upaya Siti Hajar dalam mencari air dengan mengelilingi Bukit Shafa dan Bukit Marwa, menjadi ritual ibadah haji bagi umat Islam sedunia.

Nabi Ibrahim berdialog dengan Nabi Ismail AS

Selanjutnya kembali kepada dialog Nabi Ibrahim AS dengan puteranya Nabi Ismail AS tentang mimpi yang dialami Nabi Ibrahim AS. Dalam mimpi tersebut beliau menyembelih putera semata mayang Nabi Ismail AS. Bagaimana menurut pemikiran dan pendapat puteranya Nabi Ismail AS. Setelah dipikirkan dan penjiwaan yang matang oleh Nabi Ismail AS tentang isi mimpi Ayahnya tersebut. Lalu Nabi Ismail AS menjawab dengan tegas, santun, tanpa ragu sedikit pun : “Wahai Ayahanda, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”.

Bagaikan petir di siang bolong perasaan seorang Ayahnya Nabi Ibrahim AS, terkejut mendengarkan jawaban putera hebatnya Nabi Ismail AS, ” lakukanlah Wahai Ayahanda, jangan khawatir dan ragu, Insya Allah ananda termasuk orang yang sabar “.

Sementara itu Siti Hajar, Ibunda Nabi Ismail AS pun telah siap pula dengan apa yang diperintahkan Allah Swt terhadap anak kandung sibiran tulang, anak satu-satunya akan disembelih oleh suaminya sendiri. Berulang kali iblis bin setan datang untuk menggoda Siti Hajar.

Apa kata iblis “kenapa engkau mau saja menyerahkan dan menyetujui penyembelihan putera tersayangmu wahai Siti Hajar?”. “Apakah kalian sudah gila, tidak memiliki kemanusiaan lagi, kalian tak ubahnya seperti binatang ?”. Berkat keyakinan yang kuat, kesabaran yang kokoh dan tawakkal yang penuh kepada Allah Swt. Apalagi, yang memerintahkan itu adalah Allah Swt, sedikit pun Siti Hajar tidak merasa khawatir, apalagi merasa keberatan melaksanakan perintah Allah Swt.

Siti Hajar mengetahui dan merasakan ini adalah trik, tipu daya setan laknatullah untuk menggoda dan mengelabuinya.  

Lalu Siti Hajar melempari komunitas setan dengan batu kerikil, sembari mengucapkan ” Bismillah Allahu Akbar”. Akhirnya, komunitas setan lari terbirit-birit, tunggang langgang dipukul habis oleh Siti Hajar.

Peristiwa ini pun diabadikan Allah Swt dalam rangkaian ibadah haji. Yaitu melempar tiga jumrah, jumrah ‘aqabah, jumrah ula dan jumrah wustha.

Berkat kekompakan yang didasari kepatuhan, keikhlasan dan kesabaran yang tinggi, dari ketiga komponen. Yaitu Nabi Ibrahim AS selaku Ayahanda, Siti Hajar sebagai Ibunda dan Nabi Ismail AS sebagai anak yang menjadi objek penyembelihan.

Maka Nabi Ibrahim AS bersama puteranya Nabi Ismail AS pergi ke lokasi penyembelihan. Nabi Ismail AS telah memasrahkan diri, menutup matanya dengan bajunya dan Nabi Ibrahim AS pun telah siap dengan pisau yang tajam, sambil membaringkan kepala Nabi Ismail AS. Tatkala Nabi Ibrahim AS bersiap membacakan “Bismillah Allahu Akbar” terjadilah sebuah keistimewaan dari Allah Swt. Allah Swt memanggil Nabi Ibrahim AS. ” Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, dengan secepat kilat sembelihan Nabi Ibrahim AS ditukar oleh Allah Swt dengan seekor kibas atau sembelihan yang besar.

Kisah penyembelihan ini termaktub dalam firman Allah Swt Q.S Ash-Shaaffaat 103 – 110.

Dari kisah, peristiwa yang dialami keluarga Nabi Ibrahim AS bersama isterinya Siti Hajar dan puteranya Nabi Ismail AS. Juga diabadikan Allah Swt sebagai ritual, ibadah bagi umat Islam untuk berkurban, menyembelih binatang ternak.

Penyembelihan hewan kurban ini adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, untuk memberangus dan menghapus pupus sifat-sifat kebinatangan yang melekat pada diri manusia.

Hewan kurban yang disembelih itu, tidak akan sampai kepada Allah Swt, yang akan sampai kepada Allah Swt adalah ketaqwaan yang kamu miliki. Q.S Al-Hajj ayat 37.

Demikianlah uraian ringkas tentang keluarga Nabi Ibrahim AS yang sangat perlu diteladani oleh umat Islam. Bagaimana menjadi seorang Ayah beriman, suka berdialog, Ibu yang tegar dan anak yang penyantun, penyabar, cerdas serta patuh.

*Penulis Aktivis Dakwah, Jurnalis dan terakhir Kakankemenag Dharmasraya

Exit mobile version