Datang Terlambat, Pulang Lebih Dulu: “Cermin Kerapuhan Disiplin Mahasiswa Hari Ini”

Oleh : Nining Sulistio Ningsih*

Di ruang-ruang kelas ternama maupun perguruan tinggi di seluruh penjuru Indonesia, kita sering menyaksikan fenomena yang terus berulang mahasiswa datang terlambat, masuk kelas setelah dosen mengajar didalam kelas, bahkan tak jarang hanya muncul untuk mengisi daftar hadir.

Lebih ironisnya, sebagian mahasiswa justru pulang lebih dulu sebelum perkuliahan benar-benar selesai. Dalam diam budaya ini semakin dianggap wajar. Tak ada yang bertanya mengapa bisa begitu. Yang ada hanya senyum-senyum, tawa kecil, dan menjadi kebiasaan yang dilanggengkan.

Fenomena ini bukan soal jam bangun yang telat, bukan pula sekedar masalah teknis transportasi. Ini adalah cermin kerapuhan kedisiplinan generasi muda yang duduk di bangku perguruan tinggi. Generasi yang seharusnya menjadi harapan masa depan banga justru muli memupuk sikap permisif terhadap ketidaktepatan waktu dan rendahnya komitmen terhadap tanggung jawab akademik.

Ironisnya, budaya ini tidak terjadi di sembarang tempat. Kampus-kampus besar yang memiliki sejarah panjang dan citra akademis yang kuat pun tak lepas dari fenomena ini.

Kelas-kelas pagi yang kosong di awal waktu dan perlahan penuh menjelang tengah sesi menjadi pemandangan rutin. Bahkan di beberapa fakultas, mahasiswa lebih mengandalkan presensi online atau titip absen, menjadikan kehadiran sebagai formalitas belaka, bukan sarana belajar sesungguhnya.

Apakah ini semata-mata adalah kesalahan dari mahasiswa? Tidak sesederhana itu. Budaya terlambat dan mentalitas “yang penting hadir” tumbuh dari sistem yang terlalu longgar, pengawasan yang minim, dan budaya akademik yang kurang menekankan pentingnya kedisiplinan.

Banyak dosen yang mengalah, membiarkan mahasiswa masuk seenaknya, dan tidak memberi konsekuensi yang jelas. Akibatnya, mahasiswa pun belajar bahwa keterlambatan bisa dimaklumi dan disiplin bisa dinegoisasikan.

Namun, kenyataan di dunia nyata tidak sebaik itu. Didunia kerja, kedisiplinan adalah harga mati. Tidak ada toleransi bagi keterlambatan, apalagi sikap santai terhadap waktu dan tanggung jawab. Lantas jika mahasiswa hari ini terbiasa datang terlambat dan pulang lebih awal, bagaimana mereka akan siap mengahapi kerasnya dunia persaingan di dunia kerja? Di sinilah pentingnya menjadikan kampus sebagai tempat pembentukan karakter, bukan tempat pencarian gelar.

Mahasiswa merupakan agen perubahan. Tapi perubahan besar tidak bisa lahir dari individu yang gagal mengubah dirinya sendiri. Mahasiswa yang ingin mengubah dunia harus mulai dengan mengubah cara pandangnya terhadap hal-hal sederhana menghargai waktu, dan menunjukkan tanggung jawab pada pilihan yang di ambil.

Kampus juga harus mengambil peran yang lebih tegas. Aturan kehadiran harus dijalankan dengan sungguh-sungguh. Kehadiran bukan hanya untuk mengejar angka, tapi bentuk nyata komitmen akademik. Dosen tidak boleh lagi mengalah dengan budaya malas, dan mahasiswa tidak boleh lagi mencari-cari alasan untuk terlambat.

Semua pihak harus sepakat bahwa keterlambatan bukan sekedar kesaahan teknis, tapi juga bentuk dari
rendahnya rasa hormat terhadap proses pendidikan.

Sekarang kita tidak lagi berbicara tentang hal kecil. Melainkan sedang bicara tentang fondasi karakter bangsa. Jika hari ini mahasiswa terbiasa datang terlambat dan pulang lebih dulu, maka besar kemungkinan mereka akan membawa mentalitas itu sampai ke dunia kerja, ke birokrasi, bahkan ke pemimpinan.

Dan ketika itu terjadi, kita akan melahirkan generasi yang tidak siap mengelola waktu, tanggung jawab, dan masa depan.

Mahasiswa bukan hanya pencatat teori di buku, tapi calon pemimpin lapangan di masa depan. Maka, perubahan besar ini bisa dimulai dari hal yang paling sederhana datang tepat, pulang dengan penuh tanggung jawab, dan hadir secara utuh setiap proses belajar.

Karena bangsa ini tidak akan pernah maju kalau para pewarisnya masih sibuk bernegoisasi dengan disiplin. []

*Mahasiswa di UIN Imam Bonjol Padang. Bidang Minat meliputi Jurnalisme, Jurnalisme Islam, Dakwah dan Sastra

Exit mobile version