Fenomena Tahun Ajaran Baru, Sebuah Tantangan dan Harapan

Oleh  : H. Abdel Haq, S.Ag, MA *)

Bulan Juli setiap tahunnya merupakan hari-hari tersibuk bagi para orang tua, wali murid untuk menyekolahkan buah hatinya ke lembaga pendidikan. Mulai dari lembaga pendidikan formal non formal, seperti PAUD, TK, RA ,SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.

Berbicara mengenai pendidikan, berarti membicarakan hal yang penting, urgen bagi umat manusia, terutama bagi mereka yang telah merasakan betapa hebat dan perlunya anak-anak, calon generasi mendatang, dibekali dengan ilmu pengetahuan, wawasan luas dan berbagai keterampilan, guna menyiapkan generasi hebat, mandiri dan berkualitas dunia akhirat.

Islam Memprioritaskan umatnya Menuntut Ilmu Pengetahuan

Dalam ajaran Islam porsi pendidikan, mendapatkan perhatian lebih, bahkan prioritas utama, sebelum melangkah kepada porsi lain. Hal ini sangat beralasan sekali, karena dalam Islam ayat yang pertama sekali diturunkan oleh Allah Swt kepada Rasulullah Muhammad SAW adalah surah yang erat sekali hubungannya dengan dunia pendidikan.

Yaitu surah Al-‘Alaq ayat 1 – 5 :

“Iqra’ bismirabbikalladziy khalaq, khalaqal insaana min ‘alaq, iqra’ warabbukal akramu,  alladziy ‘allama bilqalami, ‘allamal insaana maa lam ya’lam “.

Artinya : “bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmu yang amat mulia, yang telah mengajarkan manusia dengan pena, yang telah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S 96 ayat 1 – 5 )

Lebih jauh lagi Rasulullah Muhammad SAW menegaskan, bahwa menuntut ilmu pengetahuan merupakan kewajiban bagi setiap muslim lelaki dan muslim perempuan. Sebagaimana ditegaskan oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW  :

“Thalabul ‘ilmi fariidhatun ‘alaa kulli muslimin”. Artinya : “menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)

Dalam kesempatan lain Rasulullah Muhammad SAW menegaskan :

“uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi”. Artinya : “Tuntutlah ilmu itu dari ayunan sampai ke liang lahad “.

Begitu hebat dan dahsyatnya penekanan dari Allah Swt dan Rasulullah Muhammad SAW terhadap upaya mementingkan dan memprioritaskan kedudukan ilmu pengetahuan bagi umat Islam, agar umat Islam beriman mencintai ilmu pengetahuan.

Menuntut ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahad, seperti hadis Rasulullah Muhammad SAW di atas, memastikan durasi menuntut ilmu pengetahuan itu sepanjang hayat. Tidak ada batasnya menuntut ilmu, kecuali sudah mati. The long life education, pendidikan sepanjang hayat. Begitu pentingnya menuntut ilmu itulah, yang membuat manusia akan bisa merubah kehidupannya. Dari buruk kepada yang baik, dari baik kepada yang lebih baik.

Hanya dengan berilmu pengetahuanlah umat manusia bisa berubah, memperbaiki dirinya, meningkatkan taraf kehidupannya dan kesejahteraannya lahir batin.

Seiring dengan ungkapan di atas Rasulullah Muhammad SAW juga menegaskan, bahwa peran ilmu pengetahuan dalam kehidupan sangat penting dan urgen sekali. Hanya mereka yang berilmu, mengamalkan ilmunya dengan benar, yang akan berhasil meraih kesejahteraan di dunia dan akhirat. Seperti sabda Rasulullah Muhammad SAW :

“man araadaddunya fa’alaihi bil’ilmi, wa man araadal aakhirata fa’alaihi bil’ilmi, wa man araadahumaa fa’alaihi bil’ilmi”.

Artinya : “barang siapa yang menginginkan dunia, harus menguasai ilmu, barang siapa yang menginginkan akhirat, harus menguasai ilmu. Barang siapa yang menginginkan dunia dan akhirat, maka harus menguasai ilmu”.

Semakin jelas dan kentaralah betapa penting dan vitalnya kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan umat manusia.

Bahkan Allah Swt menegaskan dalam Al-Quran,  kedudukan orang yang beriman dan berilmu pengetahuan, diangkat kedudukannya beberapa derajat. Hal ini dapat kita lihat dalam surah Al-Mujadilah ayat 11 :

“… yarfa’illaahul ladziina aamanuu minkum walladziina uutul ‘ilma darajaatin”

Artinya : “… niscaya Allah akan mengangkat ( derajat ) orang beriman di antara kamu, dan orang yang berilmu beberapa derajat “. (Q.S 58.11).

Selanjutnya kita kembali melihat bagaimana fenomena aktual setiap tahun ajaran baru, yang dialami oleh masyarakat dalam memasukkan putera puterinya untuk bersekolah. Mulai dari pendidikan non formal TK, RA, PAUD sampai kepada lembaga pendidikan SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.

Setidaknya ada beberapa tantangan dihadapi oleh orang tua wali murid dalam memasukkan putera puterinya untuk bersekolah, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Masih terdapat kesenjangan dan tidak diterimanya murid untuk menuntut ilmu di sekolah favorit. Walaupun telah diatur tata cara penerimaan murid baru. Ada dengan cara zona wilayah, melalui testing. Bahkan ada pula melalui jalur prestasi, namun semuanya itu masih belum bisa memenuhi kebutuhan dan harapan orang tua murid, agar putera puterinya bisa bersekolah.

2. Meskipun, telah diatur melalui tata cara penerimaan murid baru secara resmi. Namun, belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat untuk memasukkan putera puterinya ke sekolah yang dianggap favorit. Karena harus melalui tahapan dan kriteria yang harus dipenuhi.

3. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat untuk memasukkan putera puterinya untuk bersekolah. Baik pada sekolah terdekat, sekolah favorit, maupun sekolah yang dianggap memiliki keistimewaan dan kelebihan di banding sekolah lainnya.

Maka, beraneka ragam pula respon, jawaban dari masyarakat terhadap sekolah yang dimaksud. Tidak jarang pihak sekolah mendapatkan perlakuan yang tidak baik, di demo oleh masyarakat. Bahkan ada pula pintu gerbang masuk sekolah digembok, dikunci oleh mereka yang tidak senang, karena putera puterinya tidak diterima.

Padahal, putera puterinya tinggal berdekatan dengan lokasi sekolah. Begitulah, fenomena, kenyataan yang muncul setiap tahun ajaran baru.

4. Faktor mahalnya biaya pendidikan di sekolah pun, ikut memicu dan menjadi kendala putera puterinya tidak bisa diterima di sekolah. Padahal, pemerintah telah menyiapkan dana BOS untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran bagi murid mulai dari SD/MIN, SMP/MTs dan SMA/SMK dan MA sederajat.

5. Masih didapatkan beberapa sekolah atau madrasah yang menjual buku LKS kepada muridnya. Padahal, sudah dilarang oleh pihak yang kompeten. Termasuk pembelian pakaian seragam harian, pakaian pramuka dan pakaian olahraga. Yang kadang memberatkan orang tua murid.

Harapan ke depan fenomena yang terjadi setiap tahun ajaran baru, tidak terulang lagi kiranya pemerintah, orang tua dan masyarakat mampu memperkecil masalah, antara lain :

1. Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota diharapkan, mampu menganggarkan dan merealisasikan dana pendidikan, sesuai dengan UU Sesdiknas 20% dari dana APBN untuk diprioritaskan bagi anggaran pendidikan. Dana yang telah diperuntukkan untuk penunjang pembelajaran ini, bisa dikelola dengan baik, profesional, penuh tanggung jawab dan transparan oleh pihak sekolah dan madrasah.

2. Orang tua murid pun, perlu melakukan kerja sama yang baik dengan pihak sekolah, madrasah dalam ikut serta mendidik putera puterinya. Terutama dalam mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi terhadap putera puterinya. Baik di lingkungan sekolah, madrasah, di rumah maupun di tempat umum. Agar putera puterinya tidak terpengaruh dengan segala macam perbuatan dan tindakan yang negatif, yang merusak masa depan mereka. Seperti penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, tawuran, perjudian dan termasuk kecanduan dalam memanfaatkan HP dan sejenisnya.

3. Masyarakat sekitar sekolah, maupun masyarakat umum juga ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam memajukan mutu pendidikan. Apakah melalui partisipasi aktif bergabung dalam komunitas pecinta pendidikan, aktivis pendidikan atau yang tergabung dalam Komite Sekolah/Madrasah. Untuk turut memikirkan kemajuan pendidikan, agar kualitas pendidikan yang telah tercapai bisa ditingkatkan, dengan cara memberikan kontribusi positif. Apakah yang menyangkut pemberian bea siswa, secara material, spritual atau pun yang berhubungan dengan konsultan di bidang pendidikan.

Agar lembaga pendidikan maju dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, dipastikan sektor pendidikan tidak akan maju dan berkembang. Adapun pendukung wajib lembaga pendidikan itu ada tiga domain yaitu : 1. Pemerintah. 2. Orang tua, Wali murid. 3. Masyarakat secara masif.

Berdasarkan fenomena yang terjadi hampir setiap tahun ajaran baru, yang merupakan sebuah tantangan dan juga harapan besar bagi lapisan anak bangsa. Agar anak bangsa ini mendapatkan perhatian penuh, supaya anak mendapatkan pendidikan yang layak dan merasakan kesejahteraan dalam menjalani tahapan pendidikan.

Dengan telah diundangkannya UU Sesdiknas sejak tahun 2003 lalu, ini merupakan sebuah jembatan emas untuk dilalui oleh anak bangsa untuk bisa mencicipi berbagai ilmu pengetahuan. Bisa mengikuti tahap pendidikan mulai dari sekolah informal dan non formal, TK, RA, PAUD, SD/MI,SMP/MTs, SMA,SMK,MA sampai ke Perguruan Tinggi.

Apabila sektor pendidikan ini, dikelola dengan baik oleh lembaga pendidikan pemerintah dan swasta. Insya Allah akan mampu melahirkan anak bangsa yang beriman, berilmu, berakhlak dan beramal sesuai dengan harapan umat dan bangsa. Adapun tujuan dari pendidikan itu adalah membentuk manusia seutuhnya, yaitu manusia yang mampu memadukan dan menyelaraskan iman, ilmu dan amal. Justeru itu Islam mengarahkan pendidikan itu untuk mendidik akal dan jiwa. Karena manusia itu, terdiri dari unsur jasmani dan rohani, material dan spritual.

Pendidikan akal, menghasilkan kecerdasan. Sedangkan pendidikan jiwa menghasilkan etika, akhlak dan budi pekerti.

Sedangkan pendidikan jasmani akan menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan kecerdasan dan keterampilan akan tercipta makhluk dwi dimensi dalam satu keseimbangan dunia dan akhirat, ilmu dan iman. Yang keduanya harus seiring dan sejalan. Ilmu saja belum cukup, apa gunanya banyak ilmu kalau tidak dibalut, tidak dikemas dan tidak dilapis dengan iman, akhlak dan budi pekerti.

Ilmu dan iman pun tidak bermanfaat, tidak mempunyai daya multi guna, jika tidak diamalkan dalam kehidupan nyata.

Begitulah kehebatan pendidikan dalam Islam yang selalu menyelaraskan antara pendidikan jiwa dan akal. Yang dikenal dengan adabud-din, yang melahirkan kecerdasan, kejujuran dan budi pekerti luhur. Sedangkan adabud-dunya adalah hasil pembinaan jasmani yang melahirkan berbagai macam keterampilan.

Semoga pelaksanaan pendidikan ke depan dikelola dengan baik, apik, transparan, secara profesional. Tentu dengan niat yang baik, berintegritas, bertanggung jawab dunia akhirat untuk memajukan, menyejahterakan umat dan bangsa berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Penulis adalah Jurnalis, aktivis Dakwah Pendidikan, terakhir Kakankemenag Kabupaten Dharmasraya*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *