Dakwah  

Al-Quran dan Karakteristik Manusia

Oleh : H. Abdel Haq, S.Ag, MA.*

Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam, isi kandungannya meliputi aqidah, keyakinan, syariat, muamalah, ilmu pengetahuan, akhlak dan kisah-kisah umat terdahulu. Yang apabila kita tekuni akan menjadi ibrah, pembelajaran berharga bagi umat akhir zaman.

Al-Quran diturunkan oleh Allah Swt tatkala umat manusia berada di zaman jahiliyah. Pada masa itu, terjadi fatratul wahyi, terputusnya wahyu Allah Swt setelah lebih kurang enam abad ditinggalkan oleh Nabi Isa AS. Selama masa terputusnya wahyu Allah Swt, kehidupan umat manusia di kala itu, berjalan tanpa arah dan berlakulah hukum rimba. Siapa yang kuat dan mayoritas merekalah yang menjadi penguasa.

Hampir setiap kabilah, suku yang ada di tanah Arab pada waktu itu, selalu tidak akur, berselisih sering berantam dan peperangan antar suku itu sudah merupakan sebuah pemandangan yang biasa. Bahkan, acap kali terjadi peperangan antar suku dan kabilah. Untuk mempertahankan hegemoni, kekuasaan antara para petinggi kabilah.

Begitu juga di belahan dunia lain, seperti : Yunani, Persia, Romawi dan India. Meskipun mereka telah mempunyai peradaban yang lebih maju pada masa itu. Namun di bidang aqidah, keyakinan, ibadah, muamalah, akhlak dan aturan kemasyarakatannya kacau balau. Posisi kemanusiaan mereka tidak baik, tidak harmoni dan terjadi diskriminasi. Mereka telah membagi manusia kepada kasta-kasta dan tingkatan.

Bahkan mereka memperlakukan adanya kelompok budak dan membolehkan praktik perbudakan di masa itu.

Dalam suasana yang tidak kondusif itulah, Al-Quran diturunkan oleh Allah Swt sebagai pedoman hidup, penuntun kepada jalan yang lebih lurus, membawa informasi yang menggembirakan bagi mereka yang beriman, melakukan amal kebaikan berupa pahala yang besar. Hal ini termaktub dalam surah Al-Israa ayat 9 :

“Inna haadzal qur-aana yahdiy lillatiy hiya aqwamu wa yubasysyirul mukminiinal ladziina ya’maluunash shaalihaati anna lahum ajran kabiiraa “.

Artinya : Sungguh, Al-Quran ini petunjuk ke ( jalan ) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang besar “. Q.S 17.9.

Kehadiran kitab suci Al-Quran yang diturunkan Allah Swt kepada Rasulullah Muhammad SAW merubah pola hidup dan peradaban umat manusia.

Sebelum Al-Quran diturunkan Allah Swt kepada Rasulullah Muhammad SAW kondisi manusia dan kemanusiaan sangat buruk sekali, tatanan keluarga dan masyarakat betul-betul sangat menyedihkan. Meskipun mereka telah maju di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada waktu itu. Namun kehidupan bermasyarakat sangat kacau sekali. Pada masa itu, belum ada aturan pernikahan, akan tetapi mereka telah bergaul dan berperilaku layaknya suami isteri. Bahkan, kedudukan perempuan pada saat itu, tidak ubahnya seperti barang dagangan, yang bisa diperjualbelikan.

Begitulah, sepintas kilas gambaran masyarakat sebelum datangnya agama Islam, dengan pedoman hidupnya Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Muhammad SAW.

Manusia sebagai makhluk sosial ciptaan Allah Swt yang asalnya dari saripati tanah, memiliki berbagai potensi, aneka ragam kemampuan, yang merupakan makhluk terbaik, terindah dan paling sempurna di antara makhluk ciptaan Allah Swt.

Hal ini dijelaskan oleh Allah Swt dalam surah At-Tin ayat 4 – 6 :

” laqad khalaqnal insaana fii ahsani taqwiim, tsumma radadnaahu asfala saafiliina illal ladziina aamanuu wa ‘amilushshaslihaati falahum ajrun ghairu mamnuun “.

Artinya : Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapatkan pahala yang tidak ada putus-putusnya “.

Setelah Al-Quran diturunkan, maka keberadaan manusia terpolarisasi dalam menerima, merespon dan mengaktualisasikan dirinya, menjadi beberapa karakteristik. Polarisasi karakteristik ini akan berlanjut sampai akhir zaman. Adapun karakteristik manusia dalam menyikapi Al-Quran adalah sebagai berikut :

  1. Mereka yang berkarakter muttaqun, yaitu mereka yang bertakwa kepada Allah Swt. Yaitu komunitas dengan tokoh sentralnya sahabat Nabi yang sekaligus juga mertua dari Rasulullah Muhammad, yaitu Khalifah Abu Bakar Shiddiq.

Adapun karakteristik mereka yang muttaqin ini, adalah mereka yang percaya dengan yang ghaib ( Allah Swt, para malaikat dan hari akhir ). Mereka mendirikan shalat, suka berinfak. Mereka mempercayai dan mengamalkan isi dan kandungan Al-Quran. Di samping itu, mereka mempercayai kitab suci samawy, yang diturunkan Allah Swt sebelum Al-Quran diturunkan. Seperti kitab Taurat, Zabur, Injil dan Suhuf-suhuf, yaitu lembaran-lembaran firman Allah Swt yang belum dibukukan.

Bagi mereka yang berkarakteristik dan bertipologi muttaqun ini terdapat dalam surah Al-Baqarah mulai ayat 3 sampai ayat 5, yaitu :

” alldziina yukminuuna bilghaibi wa yuqiimuunash shalaata wa mimmaa razaqnaahum yunfiquun. Walladziina yukminuuna bimaa unzila ilaika wa maa unzila min qablika, wa bil aakhiratihum yuuqinuun. Ulaa-ika ‘alaa hudam mirrabihim, wa ulaa-ika humul muflihuun “.

Artinya : ” (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat dan menginfakkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Dan mereka beriman kepada (Al-Quran) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung “.

Inilah mereka yang komunitas teladan, berintegritas, istiqamah, yang selalu taat, patuh dalam menjalankan perintah Allah Swt dan berupaya maksimal menjauhi segala larangan-Nya.

  1. Mereka yang bertipologi dan berkarakteristik kuffar atau  kafirun.  komunitas ini muncul  dengan tokoh populernya Abu Lahab dan Abu Jahal cs. Yang juga masih keluarga dari Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Diantara karakteristik mereka yang bertipologi kuffar atau kafirun ini ialah :

Mereka yang sangat ingkar, keras hati, seolah-olah hati mereka sudah terkunci, telinganya sudah tersumbat untuk mendengarkan kebenaran, mata mereka pun telah buta, tidak bisa lagi menerima menerima kebenaran. Tipologi manusia yang berkarakteristik kuffar, kafirun ini dapat dilihat dalam surah Al-Baqarah ayat 6 sampai 7 :

” Innal ladziina kafaruu sawaa-un ‘alaihim a-andzartahum am lam tundzirhum laa yukminuun. Khatamallaahu ‘alaa quluubihim wa ‘alaa sam’ihim wa ‘alaa abshaarihim ghisyaawatuw walahum ‘adzaabun ‘azhiim “.

Artinya : ” Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat “.

Jadi karakteristik mereka yang kafirun, adalah mereka yang pembangkang, yang sulit diatur dan tidak mau menerima kebenaran. Mereka menganggap dirinya saja yang benar, mereka ini telah menjadi hamba syaitan dan penyembah thaghut. Apakah thaghut itu berhala-berhala atau manusia yang dianggap Tuhan oleh mereka.

  1. Mereka yang berkarakteristik dan bertipologi munafiqun atau hipokrik. Komunitas ini tampil dengan  Tokoh briliannya di kala itu, Abdullah Bin Saba dan Musailamah Al-kadzdzaab. Yaitu, mereka yang selalu berpura-pura dalam kehidupannya. Kadang-kadang penampilannya beriman, malah lebih meyakinkan lagi dari orang yang beriman.

Padahal sebenarnya mereka tidak beriman. Mereka ingin menipu Allah dan orang yang beriman, padahal mereka sendiri yang menipu diri sendiri. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya. Mereka mendapatkan azab yang pedih, karena mereka selalu berdusta, berbohong kesana dan kemari. Mereka selalu membuat onar, melakukan kerusakan di muka bumi. Tatkala dilarang dan diingatkan. Mereka menjawab justeru kami melakukan perbaikan. Tatkala mereka diajak untuk beriman, mereka menjawab apakah kami akan beriman seperti orang-orang bodoh, yang tidak berakal. Begitulah perilaku orang munafik, yang selalu merasa hebat. Padahal mereka tidak memiliki akal sehat.

Selanjutnya, ketika mereka bertemu dengan orang yang beriman dan bertaqwa, mereka pun menyatakan kami telah beriman, dan apabila mereka telah berkumpul dengan konco-konco mereka komunitas munafiqun, sesungguhnya kami tetap bersama kamu. Kami sebenarnya bersenda gurau belaka. Perilaku karakteristik komunitas munafiqun inilah yang sangat masif dan berkembang sampai akhir zaman.

Karakteristik komunitas munafik lelaki dan perempuan secara gamblang dijelaskan oleh Allah Swt dalam Al-Quran, terdapat pada surah At-Taubah ayat 67 :

” Almunaafiquuna wal munaafiqaatu ba’dhuhum min ba’dhin, ya’muruuna bilmunkari wa yanhauna ‘anil ma’ruufi wa yaqbidhuuna aidiyahum, nasullaaha fanasiyahum. Innal munaafiqiina humul faasiquun “.

Artinya : ” orang-orang munafik laki-laki  dan perempuan, satu sama lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik “. (Q.S. 9.67).

Begitulah, karakteristik komunitas munafikun, yang selalu bertolak belakang dengan akal sehat. Mereka melakukan kebohongan, membuat propaganda secara masif, dengan trik-trik menggiurkan. Jika orang melakukan perbaikan, mereka membuat kerusakan, yang tujuannya adalah untuk kemaslahatan. Hal ini tentu tidak bisa oleh akal sehat. Mereka pun tidak mengenal Allah Swt malah melupakan Allah. Allah Swt pun membuat mereka lupa diri.

Demikianlah pencerahan di pagi Jum’at penuh keberkahan ini. Anda bisa menilai sendiri, termasuk kategori yang mana posisi sekarang. Apakah memiliki karakteristik :

  1. Muttaqin, kelompok orang-orang bertaqwa dalam pengertian sebenarnya.
  2. Ingkar, kafirun atau pembangkang yang tidak bisa diatur oleh siapapun, termasuk membangkangi Allah Swt.
  3. Munafiqun, yaitu kelompok yang pintar berpura-pura, yang sukanya bunglon. Tidak memiliki integritas, tanggung jawab dalam menjalankan amanah. Yang penting bagi mereka adalah menghasilkan cuan, proses tidak diperlukan, yang penting bagi mereka menghasilkan. Meskipun tidak melalui proses dan prosedur yang berlaku.

Tipologi mereka yang berkarakteristik inilah, yang menjamur, banyak ditemukan hampir dimana-mana. Perilaku mereka membuat keonaran dan kegaduhan, karena mereka satu sama lain adalah sama. Mereka tidak mau dan enggan berpartisipasi, berkontribusi positif untuk kemajuan umat, bangsa dan negara. Semoga kita terjauh dari karakteristik kafirun, munafiqun dan fasiqun.

Penulis Jurnalis, Aktivis Dakwah, Pendidikan dan Sosial, terakhir Kakankemenag Dharmasraya*

Exit mobile version