Oleh : Dedi Vitra Johor*)
Jika saya tanya kepada anda: “Anda lebih suka bekerja sama dengan orang yang sangat pintar atau benar ? Pintar, tapi sulit dipercaya, atau dengan orang benar meskipun biasa saja tapi berkarakter jujur, bertanggung jawab, dan bisa diandalkan?”
Jawabannya yang diberikan oleh banyak orang hampir selalu sama: kebanyakan orang memilih yang kedua.Mengapa? Karena di dunia bisnis maupun kehidupan, kepintaran memang bisa membawa anda naik dengan cepat, tetapi hanya karakter yang akan membuat anda bertahan lama.
Saya sudah melihat banyak orang cerdas tumbang, banyak bisnis besar runtuh, bukan karena kurang kepintaran, tapi karena kehilangan kepercayaan.
Kita semua tahu, kepintaran itu penting. Skill, strategi, inovasi — semuanya adalah bagian yang tak terpisahkan dari membangun bisnis. Tetapi kepintaran seringkali hanya mampu membawa anda naik sementara waktu. Tanpa karakter, kepintaran seperti balon diisi gas. Ia bisa melesat ke atas dengan cepat, tetapi begitu angin kencang datang, ia mudah terbawa arus, kehilangan arah, dan akhirnya pecah.
Lihatlah kasus besar seperti yang terjadi akhir-akhir ini di negri kita ini. Para eksekutifnya brilian pintar dalam akuntansi, strategi, bahkan manipulasi laporan keuangan, manipulasi hutang-deal-deal tertenu. Tetapi justru karena karakter mereka yang rusak, perusahaan bernilai triliunan rupiah itu hancur hanya dalam hitungan bulan.
Sebaliknya, ada perusahaan keluarga sederhana yang bisa bertahan 30–50 tahun, bahkan lintas generasi. Mengapa? Karena mereka menjaga nilai dasar: kejujuran, integritas, dan tanggung jawab. Mereka mungkin tidak sepintar CEO lulusan Harvard Universty, tapi karakter mereka membuat bisnis itu terus dipercaya.
Izinkan saya bercerita pengalaman pribadi. Awal tahun 2000-an, saya pernah berada di titik di mana saya merasa “pintar” sebagai pengusaha muda. Saya berpikir, “Saya sudah cukup tahu. Saya bisa sendiri. Untuk apa belajar dari orang lain? Untuk apa mendengar masukan?”Di situlah ego saya bekerja. Dan di situlah saya salah besar.
Karena terlalu yakin dengan kepintaran sendiri, saya menolak kesempatan belajar dari mentor. Saya mengabaikan masukan rekan bisnis. Saya berpikir saya bisa mengendalikan semuanya dengan cara saya.
Dampaknya? Sangat kecam. Bisnis yang saya bangun runtuh. Keuangan saya hancur. Lebih dari itu, mental saya terpukul keras. Saya kehilangan bukan hanya uang, tapi juga kepercayaan dari orang-orang yang mendukung saya. Hari itu saya sadar: masalah saya bukan kurang kepintaran. Masalah saya adalah kurang karakter rendah hati untuk mau belajar, mau mendengar, dan mau berubah.
Saya tidak malu mengakui ini, karena pengalaman pahit itu yang akhirnya menempa saya untuk menjadi seperti sekarang. Dan itu yang ingin saya bagikan kepada anda: jangan pernah biarkan ego mengalahkan karakter.
Banyak orang salah kaprah mengira bahwa dalam bisnis, yang paling penting adalah modal, strategi, atau jaringan. Semua itu penting, tapi ada satu hal yang jauh lebih bernilai: karakter. Integritas, kejujuran, komitmen, tanggung jawab, disiplin — inilah “mata uang sejati” yang membuat anda dipercaya oleh klien, partner, maupun karyawan.
Warren Buffett pernah berkata:
“It takes 20 years to build a reputation and five minutes to ruin it. If you think about that, you’ll do things differently.”
Reputasi yang dibangun puluhan tahun bisa hancur hanya karena satu tindakan yang salah, satu kebohongan, atau satu keputusan yang melanggar prinsip.
Banyak pengusaha yang kehilangan kontrak bukan karena produknya buruk, tapi karena reputasi integritasnya rusak. Sebaliknya, banyak pengusaha yang dipercaya mengerjakan proyek besar, bukan karena mereka yang paling pintar, tapi karena mereka yang paling bisa dipercaya.
Inilah yang sering orang lupa: Kepintaran bisa dipelajari. Ada kursus, seminar, teknologi, buku, Tetapi karakter tidak bisa dibeli. Karakter adalah hasil dari pilihan, kebiasaan, dan nilai yang anda hidupi setiap hari.
Termasuk didalam perusahaan saya. Jika saya tidak bisa memilih karyawan yang pintar dan benar,maka saya lebih memilih yang benar, meskipun dia kurang pintar. Mengapa? Karena skill bisa dilatih, tapi karakter yang rusak akan merusak seluruh tim.
Sama seperti pondasi rumah. Anda bisa cat dinding dengan warna emas, isi dengan furnitur mewah. Tapi kalau pondasinya rapuh, rumah itu akan roboh.
Ada beberapa alasan mengapa banyak pengusaha jatuh di titik ini:
- Terjebak “superhero mindset.” Merasa dirinya cukup pintar untuk mengatasi semua masalah sendiri.
- Hanya fokus pada skill teknis. Pikirannya hanya pada angka, produk, strategi, tapi lupa pada trust dan value.
- Karakter diuji saat ada tekanan. Di masa sulit, ada yang memilih jalan pintas: manipulasi laporan, mengabaikan janji, atau mengkhianati partner.
Saya sudah melihat sendiri: banyak bisnis kecil hancur bukan karena pesaing, tapi karena orang dalam saling tikam. Banyak kontraktor gagal bukan karena kalah tender, tapi karena timnya tidak jujur.
Karakter memang tidak bisa dibeli, tapi bisa dibangun. Caranya?
- Refleksi diri setiap hari. Apa nilai yang anda pegang? Apakah keputusan anda hari ini selaras dengan nilai itu?
- Berani meminta feedback. Dengarkan mentor, rekan, bahkan karyawan anda. Terkadang mereka melihat sisi yang anda abaikan.
- Konsistensi kecil. Menepati janji, datang tepat waktu, jujur pada hal-hal kecil. Karena karakter dibangun dari kebiasaan kecil.
- Pilih lingkungan yang tepat. Anda akan menjadi seperti orang-orang di sekitar anda. Berkumpullah dengan mereka yang juga berkarakter.
- Jadikan kegagalan masa lalu sebagai pengingat. Jangan lari dari pengalaman pahit, gunakan itu sebagai guru kehidupan.
Kepintaran memang penting. Tanpa skill dan strategi, anda akan sulit bersaing. Tetapi kepintaran tanpa karakter hanyalah pedang tajam di tangan yang salah.
Karakterlah yang membuat anda dipercaya. Karakterlah yang membuat bisnis anda bertahan lintas generasi. Dan karakterlah yang menjadi warisan terbesar, jauh lebih berharga daripada sekadar harta atau jabatan.
“Di akhir hidup, orang tidak akan mengingat seberapa pintar anda. Mereka akan mengingat seberapa berkarakter anda.”
Hari ini, saya ingin mengajak anda merenung: karakter apa yang sedang anda bangun? Karena itulah yang akan menentukan apakah anda hanya sekadar pintar, atau benar-benar berarti.
Dahzyat DVJ
Pengusaha | Motivator.*)