Pengajian Petang Jumat Bersama Mak Ipin, Titik Balik Bukik Ase Bangkit dari Vakum

Tausiyah Pengajian Petang Jumat yang disampaikan Mak Ipin menandai titik balik kegiatan Bukik Ase. (foto; ist)

PADANG, FOKUSSUMBAR.COM – Sinar matahari sore merambat perlahan di kaki Bukit Ase, Jumat (19/9/2025). Udara lembut khas perkampungan terasa menyapa, ketika langkah-langkah jamaah satu per satu mengisi halaman tempat kegiatan. Setelah hampir setahun vakum, akhirnya komunitas Bukik Ase kembali menyalakan semangat kebersamaan lewat Pengajian Petang Jumat.

Suasana terasa hangat, penuh rindu yang tertumpah. Para tokoh masyarakat, ibu-ibu majelis taklim dengan busana muslimah warna-warni, hingga para pemuda, dan anak-anak berkumpul dalam lingkaran ukhuwah.

Para ibu majelis tahsin mengabadikan momen Penganjian Jumat Petang Bukik Ase. (foto; ist)

Di barisan depan tampak Yusrizal KW, jurnalis sekaligus budayawan yang menjadi inisiator komunitas ini, bersama pembina Suardi Z Dt Garang. Wajah-wajah sumringah seolah menyiratkan: Bukik Ase benar-benar hidup kembali.

Mak Ipin, Konten Kreator yang Jadi Penceramah

Momen ini menjadi istimewa karena tausiyah diamanahkan kepada sosok yang cukup populer: Mak Ipin, seorang konten kreator yang sering menyebut dirinya “Walinagari Centeng Parenang”. Namun sore itu, ia tampil bukan sebagai pembuat konten humor, melainkan seorang penceramah yang elegan.

Berswafoto dengan suka cita bersama inisiator Bukik Ase, Yusrizal KW. (foto; ist)

Dengan suara tenang, ia mengajak jamaah merenungkan arti bersyukur.

“Kalau kita bekerja dengan orang atau instansi, maka ada batas waktunya. Di usia 58 atau 60, biasanya pensiun. Tapi dengan Allah SWT, sejak lahir sampai mati, kita tak pernah berhenti menerima nikmat. Alangkah naifnya kalau kita tidak pandai bersyukur. Itulah orang-orang yang merugi,” ucapnya, sambil sesekali menyelipkan canda yang membuat jamaah tergelak ringan.

Di tengah jamaah, ibu-ibu majelis taklim tampak antusias. Ada yang sesekali mengangguk, ada yang menutup mulut menahan tawa kecil ketika Mak Ipin melemparkan lelucon. Beberapa bahkan sibuk mencatat intisari tausiyah di buku kecil mereka, dan ada pula yang menvideokan seolah-olah tak ingin melewatkan sebutir pun pesan berharga.

Harapan yang Hidup Kembali

Bagi Yusrizal KW—yang akrab disapa KaWe—kegiatan ini bukan sekadar pengajian, tetapi tanda kebangkitan.

“In sha Allah, tausiyah Mak Ipin jadi pemantik kegiatan berikutnya, seperti kegiatan literasi budaya, tahsin ibu-ibu, tahfidz anak-anak, hingga Bank Sampah. Semua ini demi menjadikan Bukik Ase sebagai ruang belajar, berbagi, dan berdaya,” ujarnya penuh optimisme.

Sore itu ditutup dengan makan bersama. Beraneka hidangan khas kampung seperti gorengan hangat, kue basah, teh manis, kopi hingga “lapek parancih” telah tersedia. Tangan-tangan para ibu sigap menyuguhkan, sementara canda dan obrolan ringan mengisi sela-sela kebersamaan.

Ketika sesi foto bersama tiba, tawa lepas kembali pecah. Ibu-ibu berlomba ingin berada di samping Mak Ipin, seakan momen ini terlalu berharga untuk dilewatkan. Kilatan kamera menjadi penanda, bahwa kebersamaan ini bukan sekadar dokumentasi, tetapi juga peneguhan semangat: Bukik Ase kembali hidup.

Lebih dari Sekadar Pengajian

Bagi masyarakat, Pengajian Petang Jumat bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga ruang sosial, tempat bertemu, bertukar kabar, dan saling menguatkan. Setelah hampir setahun vakum, pengajian ini ibarat oase yang menyejukkan.

Dari sebuah sore sederhana, Bukik Ase kembali menemukan denyutnya. Seperti janji Mak Ipin sebelum menutup tausiyahnya, “In sha Allah, di lain waktu kita akan ketemu kembali.” (em)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *