“Ketika Aku Jatuh Cinta Pada-Mu”

Puisi : Nurul Jannah*)

Ada saat di mana dunia terasa hampa,
suara manusia tak lagi bermakna,
cahaya lampu tak mampu mengusir gelap jiwa.
Lalu aku menengadah,
dan kutemukan Engkau di antara sepi
yang tak lagi kutakuti.

Aku jatuh cinta, ya Rabb…
bukan pada janji surga,
bukan pula pada pahala,
tetapi pada kedekatan-Mu
yang kurasakan di tengah luka-luka.
Cinta yang membuat air mata terasa suci,
dan sunyi menjadi tempat paling damai di bumi.

Ketika segala daya telah luruh,
dan akal berhenti di ujung jalan sunyi,
aku bersimpuh di hadapan-Mu,
menggigil di antara harap dan takut,
menyadari, segala yang kugenggam
hanyalah debu
yang Engkau tiup pergi…
kapan pun Kau mau.

Langit pun tunduk,
angin berhenti berdesir,
seakan seluruh alam mengerti
bahwa kini aku sedang berbicara dengan-Mu
tanpa suara, tanpa kata,
hanya dengan hati yang terurai.

Ya Rabb,
aku sering memohon tanpa tahu apa yang kuminta,
aku menangis tanpa tahu untuk apa,
tapi Engkau paham segalanya.
Engkau membaca rahasia dalam diamku,
dan menjawabnya dengan cara
yang kadang membuatku tertunduk malu.

Aku pernah menyesali takdir,
menyalahkan waktu,
bertanya mengapa Engkau mengambil yang kucinta.
Kini aku tahu,
Engkau hanya ingin aku belajar
mencintai tanpa memiliki,
memiliki tanpa menggenggam.

Engkau, yang Maha Mengetahui rahasia air mata,
menyaksikan betapa sering aku pura-pura kuat,
padahal dadaku retak oleh rindu pada-Mu.
Namun justru di sanalah aku menemukan cinta sejati;
bukan pada dunia yang fana,
melainkan pada keabadian yang ada dalam sujud.

Aku tak lagi berdoa untuk dimudahkan,
aku berdoa untuk dikuatkan.
Sebab Engkau tidak menjanjikan jalan tanpa badai,
tapi janji-Mu pasti:
Engkau akan menemani setiap langkah yang tertatih.

Aku pernah memohon agar hidup ini ringan,
namun Engkau memberiku beban agar aku kuat.
Aku pernah meminta kebahagiaan,
namun Engkau memberiku air mata agar aku jujur.
Aku pernah menginginkan cinta manusia,
namun Engkau memberiku kehilangan
agar aku belajar mencintai-Mu lebih dalam.

Dan kini,
aku hanya ingin tetap di dekat-Mu,
meski dunia berjarak,
meski hidup tak selalu ramah.
Sebab Engkaulah tempatku berpulang
setelah semua yang kucinta pergi satu per satu.

Ya Allah…
Jika mencintai-Mu berarti kehilangan,
aku siap kehilangan segalanya.
Jika rindu pada-Mu berarti kesepian,
aku rela berjalan sendirian.
Asal di ujung semua ini,
ada Engkau, yang menungguku dengan senyum abadi.

Ajari aku untuk pasrah bukan karena lelah,
tapi karena yakin pada kasih-Mu.
Ajari aku untuk ikhlas bukan karena kalah,
tapi karena tahu,
tiada cinta yang lebih indah dari cinta-Mu.

Sebab Engkau,
adalah alasan setiap tetes air mataku tak sia-sia.
Engkau,
adalah cahaya yang menuntunku pulang
ketika semua jalan seolah tertutup.

Dan jika kelak aku terbaring dalam sunyi tanah,
biarlah cinta ini tetap menyala,
menyusuri langit yang tinggi,
menembus batas waktu,
hingga aku benar-benar tiba,
di pelukan-Mu,
dengan satu bisikan lembut:
“Ya Allah… aku pulang.”

❤‍🔥Banjarbaru, 7 Oktober 2025

Nurul Jannah adalah seorang dosen lingkungan di IPB University, lulusan doktor lingkungan dari Hiroshima University, penulis produktif, dan penggerak literasi*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *