“Aku Memilih Diam”

Oleh : Nurul Jannah*)

Aku memilih diam.
Karena aku tak lagi merasa perlu menjelaskan diriku
kepada siapa pun,
yang sejak awal telah memutuskan untuk tidak adil.

Tidak semua kebisingan layak ditanggapi.
Tidak semua tuduhan pantas diluruskan.
Dan tidak semua orang berhak atas klarifikasi hidup,
yang tidak pernah mereka jalani.

Diamku bukan reaksi.
Ia adalah keputusan.
Keputusan untuk menarik batas,
mengunci pintu,
dan berhenti memberi akses
kepada mereka yang menjadikan kata-kata
sebagai senjata.

Aku pernah berada di fase
di mana kebenaran terasa sangat penting,
di mana meluruskan dianggap perlu,
di mana membela diri tampak masuk akal.

Kini tidak lagi.
Karena aku telah memahami satu hal pahit, bahwa
kebenaran tidak pernah benar-benar dicari oleh mereka, yang hidup dan bernapas dari prasangka.

Ada orang-orang
yang tidak mendengar untuk memahami.
Mereka mendengar untuk menyerang.
Bagi mereka, penjelasan hanyalah celah,
dan keheningan selalu ditafsirkan sebagai kelemahan.

Mereka keliru.

Diam bukan kelemahan.
Diam adalah penarikan diri yang bermartabat,
dari arena yang tak lagi layak diperjuangkan,
tempat di mana logika dilecehkan,
dan empati tak pernah diberi ruang.
.
Aku pergi karena aku menghargai diriku sendiri.

Diam adalah caraku
memutus lingkaran kekerasan,
yang dibungkus rapi oleh opini dan penilaian.

Aku tidak membutuhkan validasi,
dari orang-orang
yang merasa berhak menilai hidup, yang tidak pernah mereka jalani.

Aku belajar satu hal yang sederhana,
namun menentukan, bahwa
harga diri tidak berisik.
Ia tidak menuntut pembenaran.
Ia tidak memohon pengakuan.
Ia berdiri tenang,
dan tidak tergoyahkan.

Aku memilih diam
karena aku tidak tertarik menang,
dalam perdebatan
yang sejak awal tidak memuliakan.

Dan jika diamku dianggap kalah, itu bukan urusanku.
Aku tidak sedang bernegosiasi tentang nilai diriku sendiri.

Aku hanya memastikan satu hal, bahwa
aku tidak kehilangan diriku demi meyakinkan orang lain.

Sebab pada akhirnya,
orang yang tahu nilainya
tidak akan menjual dirinya
di pasar penilaian manusia.

Aku memilih diam. Karena harga diriku tidak murah. 🖤

Nurul Jannah adalah seorang dosen lingkungan di IPB University, lulusan doktor lingkungan dari Hiroshima University, penulis produktif, dan penggerak literasi*)

Exit mobile version