Dari Medali SEA Games ke Seragam Bhayangkara: Mimpi Zikrha Dwi Putri Mengabdi sebagai Polwan

Zikrha Dwi Putri (dua dari kanan), menyerahkan maskot SEA Games 2025 kepada Ketua KONI Sumbar Hamdanus, disaksikan Kadispora Sumbar Mahdianur dan Plh Sekum KONI Zaimul Bahri saat penjemputan di BIM, Selasa (16/12/2025). (Foto Riko Onki Putra/ KONI Sumbar)

LANGKAHNYA tenang saat keluar dari pintu kedatangan Bandara Internasional Minangkabau, Selasa (16/12/2025). Namun di balik wajah teduh Zikrha Dwi Putri, tersimpan gelombang perjuangan yang tak semua orang mampu menaklukkannya.

Medali perak SEA Games 2025 yang menggantung di dadanya bukan sekadar kepingan logam. Tapi adalah saksi bisu dari peluh, air mata, dan keyakinan yang tak pernah runtuh.

Final teqball single putri di Thailand, Jumat (13/12/2025), menjadi panggung ujian terberat. Di hadapannya berdiri Jutatip Kuntatong, juara dunia nomor satu asal tuan rumah. Zikrha tahu, lawan itu bukan sembarang atlet.

Namun ia tetap melangkah, bertarung dengan keberanian yang lahir dari latihan panjang dan mental baja. Meski akhirnya harus puas dengan perak, dunia telah mencatat: atlet Sumatera Barat mampu berdiri sejajar dengan yang terbaik di Asia Tenggara.

Perjalanan menuju puncak itu bukan kisah instan. Jauh sebelum namanya dikenal sebagai atlet teqball, Zikrha adalah anak lapangan sepaktakraw. Sejak 2018, ia ditempa di PPLP Sumbar, tempat disiplin menjadi bahasa sehari-hari dan kekalahan adalah guru paling jujur.

Dari lapangan berdebu itulah karakter Zikrha dibangun. Tak mudah menyerah, tak takut bersaing.

Prestasinya pun tumbuh perlahan namun pasti. Perunggu Pomnas 2022, tiga perak dan satu perunggu Porwil 2023 di Riau, perunggu Kejurnas 2025, hingga emas PON Aceh–Sumut 2024. Semuanya diraih dengan satu prinsip, berjuang sampai titik terakhir.

Saat kemudian ia memilih menapaki dunia teqball, banyak yang meragukan. Cabang ini menuntut presisi tinggi, ketenangan, dan adaptasi cepat. Namun Zikrha kembali membuktikan, kerja keras selalu menemukan jalannya sendiri.

Medali perak SEA Games 2025 menjadi penegas, bahwa Zikrha bukan hanya atlet berbakat, ia adalah pejuang sejati. Setiap pukulan bola adalah cermin ketekunan. Setiap pertandingan adalah pengingat bahwa mimpi besar hanya bisa diraih oleh mereka yang berani bertahan dalam proses.

Di luar arena, Zikrha adalah mahasiswi semester akhir PAUD STIT Tarbiyah Syeh Burhanuddin. Anak kedua dari empat bersaudara pasangan M. Rodi dan Fitria Yenti ini tumbuh dalam kesederhanaan. Namun sejak kecil, satu mimpi terus ia peluk erat. Mimpi mengenakan seragam Polwan dan mengabdi kepada negara.

Bagi Zikrha, menjadi anggota Polwan bukan jalan pintas, melainkan kelanjutan dari nilai-nilai yang ia pelajari dari olahraga: disiplin, loyalitas, keberanian, dan pengabdian.

Zikrha berharap prestasi yang telah ia ukir untuk Sumatera Barat dan Indonesia menjadi pintu pembuka, bahwa atlet yang mengharumkan bangsa layak diberi ruang untuk terus mengabdi dengan cara yang lebih luas.

Dan, Kadispora Sumbar Mahdianur, Ketua KONI Sumbar Hamdanus dan Plh Sekum Zaimul Bahri memastikan Zikrha tidak akan berjuang sendirian untuk menggapai cita-citanya menjadi anggota Polwan itu.

“Insya Allah kami akan mengawalnya. Kami akan mengantakan Zikrha dengan Kapolda dan akan terus mengawal sampai Zikrha diterima menjadi anggota Polwan. Jaga kesehatan,” kata mereka saat menjemput Zikrha di BIM.

Zikrha Dwi Putri telah membuktikan satu hal penting: mimpi tidak lahir dari kenyamanan, tetapi dari perjuangan. Dari lapangan sepaktakraw, meja teqball, hingga cita-cita berseragam Polwan, ia terus melangkah, membawa keyakinan bahwa pengabdian sejati selalu berawal dari keberanian untuk berjuang. (hendri parjiga)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *