Investasi Asing: Mesin Utama Penggerak Ekonomi atau Sekadar Angka?

Oleh : Alaika Vadilah Putri*)

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, investasi asing sering kali digadang-gadang sebagai “dewa penyelamat” bagi negara berkembang, termasuk Indonesia.

Pemerintah berlomba-lomba menawarkan insentif pajak hingga kemudahan birokrasi demi menarik minat investor global.

Namun, di balik angka-angka komitmen investasi yang fantastis dalam laporan tahunan, sebuah pertanyaan mendasar tetap membayangi: Apakah aliran modal ini benar-benar menjadi mesin penggerak ekonomi yang menyentuh rakyat, atau hanya sekadar barisan angka di atas kertas?

Modal Asing: Lebih dari Sekadar Suntikan Dana

Investasi Asing Langsung (Foreign Direct Investment) bukan hanya soal uang yang masuk ke kas negara. Dampak paling krusial sebenarnya terletak pada transfer teknologi dan peningkatan standar industri.

Ketika perusahaan multinasional membangun pabrik atau pusat riset di dalam negeri, mereka membawa ekosistem kerja baru. Hal ini mendorong pelaku usaha lokal untuk ikut naik kelas agar bisa masuk ke dalam rantai pasok global.

Dalam konteks ini, investasi asing bekerja seperti bensin yang mempercepat laju kendaraan ekonomi nasional.

Antara Pertumbuhan GDP dan Lapangan Kerja

Secara statistik, korelasi antara investasi asing dan pertumbuhan ekonomi sulit dibantah. Masuknya modal meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) melalui peningkatan produksi dan ekspor.

Namun, tantangan terbesarnya muncul pada sektor penciptaan lapangan kerja.

Ada fenomena menarik yang patut kita cermati:

Investasi Padat Modal: Seringkali, investasi besar masuk ke sektor pertambangan atau teknologi tinggi yang menggunakan mesin-mesin otomatis (robotika). Angka investasinya mungkin triliunan, namun serapan tenaga kerjanya relatif minim.

Investasi Padat Karya: Inilah yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat luas. Investasi di sektor manufaktur atau jasa yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja lokal, yang pada gilirannya akan menggerakkan daya beli masyarakat.

Tantangan Tenaga Kerja Lokal

Salah satu kritik yang sering muncul adalah masalah kesiapan sumber daya manusia (SDM). Investasi asing sering kali menuntut kualifikasi tinggi.

Jika kesenjangan keterampilan (skill gap) antara tuntutan investor dan kemampuan tenaga kerja lokal terlalu lebar, maka posisi-posisi strategis akan diisi oleh tenaga kerja asing, sementara tenaga kerja lokal hanya menjadi penonton di rumah sendiri.

Oleh karena itu, keberhasilan investasi asing tidak bisa berdiri sendiri. Ia harus dibarengi dengan reformasi pendidikan vokasi dan pelatihan kerja yang relevan dengan kebutuhan industri masa depan.

Kesimpulan: Menjadikan Angka Lebih Bermakna

Investasi asing memang memiliki potensi besar untuk menjadi mesin utama penggerak ekonomi. Namun, agar ia tidak berhenti menjadi sekadar angka statistik, diperlukan kebijakan yang berorientasi pada kualitas, bukan hanya kuantitas.

Pemerintah perlu memastikan bahwa investasi yang masuk memiliki efek pengganda (multiplier effect) yang nyata: mulai dari keterlibatan UMKM lokal hingga penyerapan tenaga kerja yang masif.

Pada akhirnya, keberhasilan sebuah investasi tidak diukur dari seberapa banyak nol yang tertulis dalam nilai kontrak, melainkan dari seberapa banyak dapur rumah tangga yang tetap mengebul berkat adanya lapangan pekerjaan baru.

Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang, Program Studi Ekonomi Syariah*)

Exit mobile version