Antisipasi Kemacetan di Sitinjau Lawik, Budi Syukur Dukung Zero ODOL

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Sumbar S. Budi Syukur. (Foto dokumen)

PADANG, FOKUSSUMBAR.COM— Pascabencana galodo di Sumatera Barat, dampaknya tak hanya dirasakan korban, tetapi juga berpengaruh kepada aktivitas lain, terutama terhadap distribusi kebutuhan pokok.

Putusnya jalan di Lembah Anai membuat beban jalur lain, seperti jalur Padang– Solok, Padang– Kumpulan via Padang Sawah sangat padat, menimbulkan kemacetan luar biasa.

Kondisi ini, kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Sumbar S. Budi Syukur, jika tidak ada langkah nyata, dipastikan semakin memperparah akses masuk dan keluar dari Kota Padang.

Ketika ada kendaraan yang tersekat atau kecelakaan, maka akan terjadi kemacetan panjang. Padang– Solok yang biasanya bisa ditempuh kurang dari dua jam, bisa berjam-jam tanpa bergerak. Ada yang menyebutkan tertahan hingga tujuh jam lebih.

Kondisi tak jauh berbeda juga terjadi di Padang Sawah– Kumpulan. Tanjakannya tinggi, jalan berada di lereng perbukitan yang sewaktu-waktu bisa menurunkan longsor.

Budi Syukur menghimbau, hendaknya program nasional yang diterapkan 2026, tapi sudah disosialisasikan Juni 2025, hendaknya bisa diterapkan, setidaknya dalam upaya ujicoba guna menekan memburuknya situasi di perjalanan.
“Zero ODOL merupakan salah satu alternatif,” kata Budi Syukur sembari menyebutkan, Zero ODOL atau Over Dimension Over Loading.

Budi Syukur menyebutkan, diperkirakan ada 30 ribu unit truk beredar di Sumbar setiap hari. Semuanya keluar dan masuk Sumbar tanpa henti. Dalam praktek selama ini, truk angkutan barang cenderung memuat melebihi kapasitas kendaraannya, ada kalanya mencapai lebih dari 2.5 hingga 3 kali lipat dari tonase semestinya.

Kondisi itu menyebabkan kerugian pada banyak hal. Pertama, dari pemilik kendaraan, tingkat kerusakan lebih tinggi. Biaya besar terhadap perawatan kendaraan. Kedua, penerapan ini hanya akan menguntungkan konglomerasi. Ketiga, merugikan negara secara terus menerus.

Ia menyebutkan, muatan yang melebih tonase justru akan mempercepat rusaknya jalan. Negara akan selalu menganggarkan biaya perawatan jalan. Setiap tahun anggaran tertuju kepada perawatan jalan. Infrastruktur jalan hancur dalam waktu singkat.
Kondisi buruk lainnya, risiko kecelakaan sangat tinggi.

Budi Syukur memberikan ilustrasi beberapa hari terakhir di jalur Padang – Solok via Sitinjau Lawik. Sering terjadi kecelakaan, rem blong, mobil terbalik karena slip dan lain-lain.

Kondisi tersebut, katanya tak hanya kerugian sopir atau perusahaan mau pun pemilik kendaraan, tetapi juga merugikan orang lain yang tersekat, tak bisa jalan karena kecelakaan yang seharusnya bisa diminimalir dari awal.

Budi Syukur menyatakan dukungan untuk penerapan Zero Over Dimension Over Loading (ODOL) diberlakukan, seperti pernah disampaikan disampaikan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono.

Penetapan target tersebut didorong adanya permasalahan kendaraan angkutan barang ODOL yang telah menjadi perhatian serius pemerintah dalam satu dekade terakhir. (*/jiga)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *