91 Emas untuk Merah Putih: Saat Indonesia Membuat Asia Tenggara Terdiam

Oleh : Zahratul Jannah*)

Siap dibuat terhenyak? Kontingen Merah Putih pulang dari SEA Games 2025 dengan torehan yang membuat dada kita sesak: 91 medali emas, 112 perak, dan 130 perunggu, posisi runner up klasemen capaian yang melampaui target awal dan menempatkan Indonesia sebagai kekuatan besar di Asia Tenggara. Dirilis dari kemenpora.go.id pada tanggal 20 Desember 2025.

Namun kebanggaan itu sekaligus bertanya: mengapa ledakan prestasi ini bisa terjadi sekarang dan apakah ini sekadar kilatan sesaat atau awal kebangkitan berkelanjutan? 

Di balik angka ada wajah-wajah yang mengharu biru dari veteran yang tetap berkelas seperti Edgar Xavier Marvelo yang menambah emas wushu, hingga gelombang atlet muda yang tiba-tiba mencuri panggung itu semua memunculkan harapan sekaligus PR besar: soal pembinaan jangka panjang, distribusi bonus, dan kesiapan sistem olahraga nasional untuk menjadikan momen ini bukan hanya cerita heroik sesaat tetapi dasar bagi prestasi masa depan. Dilansir dari Antara News pada tanggal 15 Desember 2025.

Namun agar tak sekadar statistik dingin, lihatlah wajah di balik medali: ada veteran yang mengukir bab terakhir kariernya dengan bangga, dan ada pula wajah-wajah muda yang meneteskan haru karena mimpi jadi nyata.

Edgar Xavier Marvelo yang oleh media sempat dijuluki “raja wushu” setelah merebut emas pada pertengahan Desember bukan sekadar nama di papan skor; dia wajah yang membuat kita berhenti sejenak, menghela napas, lalu meneteskan haru.

Sosoknya menyatukan kekuatan pengalaman dan pengabdian: latihan larut, pengulangan teknik yang tampak kecil, tapi berbuah momen di podium. Di sisi lain, pemandangan yang sama menghangatkan hati adalah deretan wajah muda di bawah 25 tahun yang naik ke panggung bukti bahwa regenerasi bukan slogan, melainkan kenyataan yang bernapas dan berdenyut.

Dan di balik statistik itu ada adegan-adegan sederhana yang tak bisa dilupakan: pelukan basah pelatih di pinggir arena, orangtua yang menahan tangis di tribun, serta senyum malu-malu atlet muda ketika nama mereka dipanggil hal-hal kecil yang memberi nyawa pada setiap keping medali. Dilansir dari Antara News pada tanggal 24 Desember 2025.

Mengapa ledakan prestasi ini bisa terjadi sekarang? Para pengamat menyebut gabungan beberapa faktor: perbaikan program pelatnas, penerapan sports-science yang makin masif di beberapa pengurus cabang olahraga, serta sinergi antara NOC, Kemenpora, dan pihak swasta yang menyokong fasilitas latihan dan jam tanding internasional.

Implementasi platform sport-science dan perhatian pada aspek medis, nutrisi, serta pemulihan tampak memberi kontribusi nyata pada performa bukan hanya pada cabang tradisional tetapi juga di cabang-cabang baru yang mulai berbuah medali.

Itu artinya, prestasi ini bukan semata bakat individu, melainkan buah dari ekosistem pembinaan yang sedang mengalami perbaikan. Dirilis dari IDN Times pada tanggal 13 Januari 2025.

Tetapi haru dan bangga mesti diimbangi kewaspadaan: 91 emas adalah awalan yang indah, bukan jaminan berkelanjutan. Ada PR besar penjaminan kesejahteraan atlet lewat bonus yang adil, program lanjutan untuk talenta muda, dan sistem transisi karier bagi atlet yang kelak pensiun yang harus segera diselesaikan agar momentum ini tidak pudar.

Presiden dan Menpora telah memberi sinyal apresiasi dan perhatian pada nasib para pejuang olahraga, namun suara-suara dari pelatih, ahli pembinaan, dan keluarga atlet mengingatkan kita bahwa cinta publik harus diterjemahkan ke dalam kebijakan konkret.

Jika kita mampu merawat api kemenangan ini dengan kebijakan yang berkelanjutan, 91 keping emas tak hanya akan menjadi cerita heroik singkat melainkan fondasi kebangkitan olahraga Indonesia untuk dekade berikutnya. Dilaporkan dari kemenpora.go.id.

Pada akhirnya, 91 emas di SEA Games 2025 bukan hanya tentang siapa yang berdiri di podium atau di mana Indonesia bertengger di klasemen, melainkan tentang perjalanan panjang yang akhirnya menemukan momentumnya.

Dari kerja keras atlet yang sunyi, air mata keluarga di tribun, hingga sistem pembinaan yang mulai menemukan bentuknya, semua bertemu dalam satu momen kebanggaan nasional. Prestasi ini memberi kita harapan bahwa dengan konsistensi, keberpihakan kebijakan, dan keberanian merawat talenta sejak dini, kejayaan bukan sekadar kilatan sesaat.

Kini tantangannya jelas: menjaga api kemenangan tetap menyala, agar setiap keping emas hari ini benar-benar menjadi pijakan masa depan olahraga Indonesia yang lebih bermartabat, berkelanjutan, dan manusiawi. []

 Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang Prodi Pendidikan Bahasa Arab*)

Exit mobile version