Oleh : Aisyah Khaira Ummah*)
PENDAHULUAN
Pondok pesantren telah lama menjadi salah satu bagian penting dari sistem pendidikan di Indonesia. Lembaga ini dikenal bukan hanya sebagai tempat belajar agama, tetapi juga tempat menempa karakter, kedisiplinan, dan kemandirian.
Lingkungan pesantren biasanya berlangsung secara sederhana, disiplin, dan penuh nilai-nilai keagamaan. Itulah yang menyebabkan pesantren mampu menghasilkan generasi-generasi dengan pribadi muslim yang berakhlak, mandiri, dan memiliki rasa tanggung jawab sosial.
Pondok pesantren memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan lembaga pendidikan lainnya. Pondok pesantren mengharuskan para siswa atau lebih disebut dengan istilah “santri” untuk tinggal di asrama. Dengan tujuan para santri fokus dalam menuntut ilmu. Di asrama para santri tinggal dan belajar secara berkelanjutan di bawah bimbingan seorang kiai.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya keragaman karakter anak. Timbul pertanyaan apakah pendidikan pesantren cocok relevan di tengah masyarakat modern yang semakin menuntut penyesuaian pendidikan terhadap keunikan individu.
Karena tidak dapat dipungkiri bahwa setiap anak memiliki gaya belajar, kebutuhan emosional, dan potensi yang berbeda. Sehingga dunia pendidikan saat ini, semakin menekankan pentingnya pembelajaran yang disesuaikan dengan anak. Oleh karena itu, penting untuk meninjau kembali apakah sistem pendidikan di pesantren mampu mengakomodasi semua perbedaan tersebut.
PEMBAHASAN
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua dan berakar cukup kuat di tengah-tengah masyarakat. Pondok secara etimologi berasal dari kata fundūq (Arab), yang berarti pesanggrahan atau penginapan bagi orang yang bepergian (Ghozali, 2003:1).
Sedangkan pesantren berarti asrama tempat santri belajar mengaji dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh dan diakui masyarakat dengan sistem tempat tinggal asrama bagi para santrinya (Hanum, 2021:54).
Pesantren memiliki sistem pendidikan yang unik. Para santri tinggal di lingkungan asrama dan mengikuti jadwal kegiatan yang ketat, mulai dari ibadah, belajar, hingga kegiatan sosial. Kedisiplinan waktu dan tata tertib menjadi nilai utama yang ditanamkan sejak awal (Abu Yasid, 2018:13).
Sistem pendidikan pondok pesantren yang serba disiplin mengakibatnya masyarakat Indonesia sering beranggapan bahwa pondok pesantren menjadi jawaban untuk mengatasi kenakalan anak-anak yang sedang beranjak usia remaja.
Dengan harapan sistem pesantren yang ketat mampu mengubah karakter mereka menjadi lebih baik. Sehingga banyak orang tua memilih memasukkan anaknya ke pesantren karena ingin anaknya tumbuh dengan karakter kuat dan agamis.
Namun, sayangnya pesantren tidak selalu bisa menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Lingkungan yang penuh aturan kadang terasa berat bagi sebagian anak, terutama mereka anak yang memiliki karakter bebas.
Permasalahan pun melebar dengan banyaknya anak yang masuk pesantren atas paksaan orang tua bukan keinginan sendiri. Sehingga ketika mereka masuk pesantren bukannya berubah menjadi lebih baik malah menjadi lebih buruk.
Kondisi pesantren juga tidak lepas dari kritik. Fenomena berikut menjadi dasarnya:
- Sikap santri yang selalu patuh
- Kurang adanya kebebasan
- Materi pembelajaran tersendiri
- Proses pembelajaran berpola transfer ilmu
Dalam beberapa hal, pandangan tersebut terjadi di pesantren. Santri terbelenggu oleh sistem pesantren sehingga kurang bisa berkembang kreativitasnya (Musthofa, 2020:4).
Anak-anak dengan kebutuhan khusus atau kecenderungan belajar visual dan kinestetik mungkin juga kesulitan menyesuaikan diri, karena sistem pesantren tradisional lebih berfokus pada hafalan dan pengulangan teks kitab (Mulkhan, 2020: 5).
Selain itu, faktor psikologis turut berperan. Banyak anak yang mengalami kesulitan adaptasi di awal masa mondok karena harus hidup jauh dari keluarga. Tanpa dukungan emosional yang cukup, anak bisa merasa tertekan atau kehilangan semangat belajar.
Semakin banyaknya permasalahan yang bermuculan. Perlu kita tanyakan apakah pendidikan pesantren cocok bagi semua anak?
Dalam dunia pendidikan modern, setiap anak dipandang sebagai individu yang unik. Menurut teori gaya belajar, ada anak yang berkembang baik dalam sistem terstruktur, dan ada pula yang membutuhkan kebebasan untuk mengeksplorasi ide.
Karena itu, tidak semua anak cocok dengan sistem pesantren yang seragam dan penuh aturan. Hal ini bukan berarti kita mempermasalahkan kualitas pesantren tapi lebih kecocok atau tidaknya.
Orang tua memiliki peran besar dalam menilai kesiapan anak. Jika anak menunjukkan minat mendalam pada ilmu agama, memiliki kedisiplinan, dan kemandirian, pesantren bisa menjadi pilihan yang tepat.
Namun jika anak masih bergantung pada keluarga atau membutuhkan pendekatan pembelajaran yang lebih personal, maka perlu dipertimbangkan jenis pendidikan lain seperti sekolah Islam terpadu, atau pesantren modern dengan sistem lebih fleksibel.
Dukungan orang tua menjadi faktor utama keberhasilan anak di mana pun ia belajar. Kunjungan, komunikasi terbuka, dan pemahaman atas kesulitan anak dapat membantu mereka melewati masa-masa awal di lingkungan pesantren.
Kabar baiknya saat ini, banyak pesantren yang telah berinovasi agar tetap relevan dengan zaman. Beberapa pesantren telah menerapkan kurikulum ganda menggabungkan pelajaran umum dan agama serta memperkenalkan teknologi digital, bahasa asing, dan keterampilan abad ke-21. Inovasi menjawab keinginan orang tua yang ingin anaknya masuk pesantren sekaligus mengatasi permasalahan perkembangan kreativitas anak.
Pesantren modern juga mulai memberi ruang bagi pengembangan minat dan bakat anak. Di beberapa lembaga, santri tidak hanya belajar agama, tetapi juga aktif dalam kegiatan seni, sains, hingga kewirausahaan. Dengan demikian, pesantren kini tidak lagi dipandang sebagai tempat yang kaku, tetapi sebagai lembaga pendidikan yang dinamis dan adaptif.
PENUTUP
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki nilai luhur dan peran besar dalam pembentukan moral bangsa. Namun, pesantren bukanlah satu-satunya jalan menuju keberhasilan pendidikan. Setiap anak memiliki karakter dan kebutuhan yang berbeda, sehingga kesesuaian sistem pendidikan menjadi faktor penting.
Pesantren sangat cocok bagi anak yang memiliki semangat religius, disiplin tinggi, dan kesiapan mental. Tetapi bagi anak dengan karakter berbeda, jalur pendidikan lain mungkin lebih sesuai.
Intinya, pendidikan terbaik adalah yang mampu menumbuhkan potensi anak secara utuh, baik secara intelektual, spiritual, maupun emosional. Memilih pesantren seharusnya bukan sekadar mengikuti tren, melainkan hasil pertimbangan matang antara orang tua, anak, dan lembaga pendidikan itu sendiri. []
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Bahri. Pesantren Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: Prasasti. 2003).
Hanum, Azizah. Iqab Dalam Tradisi Pesantren: Sebuah Upaya Pembentukan Akhlaq Al-Karimah Santri Teori dan Aplikasinya. (Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi. 2022).
Mulkhan, Abdul Munir. Nalar Spiritual Pendidikan: Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Tiara Wacana. 2002).
Musthofa. Humanisasi Pendidikan Pesantren. ( Depok: PT Rajagrafindo Persada. 2020).
Yasid, Abu. Paradigma Baru Pesantren: Menuju Pendidikan Islam Transformatif. (Yogyakarta: IRCiSoD. 2018).
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI PIQ*)




