BENCANA banjir bandang yang melanda kawasan Gurun Laweh, Kecamatan Nanggalo, sebulan lalu, tak hanya meninggalkan lumpur dan kerusakan. Di SMA Negeri 12 Padang, peristiwa memilukan itu justru menumbuhkan empati dan semangat berbagi.
Sekolah yang pernah diterjang banjir bercampur lumpur setinggi pinggang orang dewasa itu kini memilih melangkah keluar dari rasa duka.
Tepat satu bulan pascabencana, pada 27 Desember, guru dan siswa SMAN 12 Padang menyalurkan bantuan kepada masyarakat sekitar sekolah yang juga terdampak, mulai dari Gurun Laweh, Kampung Apa Lubuk Minturun, hingga Komplek Kubu Indah, Tabing Banda Gadang.
“Warga sekolah kami merasakan langsung betapa beratnya dampak banjir bandang. Karena itu, setelah kondisi mulai pulih, muncul niat untuk berbagi dan meringankan beban masyarakat sekitar yang senasib,” kata Kepala SMAN 12 Padang, Dr. Ikhwansyah, M.Kom.
Sekolah yang berlokasi di Gurun Laweh itu sebelumnya mengalami kerusakan cukup parah. Selain seluruh bangunan sekolah terendam lumpur, merusak hampir semua mobiler sekolah, pagar bagian barat sekolah juga roboh. Aktivitas belajar mengajar sempat lumpuh. Ujian semester bahkan terpaksa ditunda.
Namun, bantuan dari berbagai relawan menjadi titik balik. Tenaga, peralatan, dan paket makanan datang silih berganti membantu proses pembersihan sekolah. Perlahan, SMAN 12 Padang kembali bangkit.
“Alhamdulillah, meskipun dengan fasilitas seadanya, sekolah sudah bisa digunakan kembali, termasuk untuk pelaksanaan ujian akhir semester,” ujar Ikhwansyah.
Dari pengalaman pahit itu, lahir kepedulian yang tulus. Bantuan yang disalurkan berupa paket sembako, buku tulis, dan biskuit. Seluruhnya berasal dari donasi siswa SMAN 12 Padang, termasuk siswa yang rumahnya tidak terdampak banjir.
Koordinator kegiatan, Musniwati, M.Pd, menyebut aksi ini sebagai bagian dari pembelajaran karakter bagi siswa.
“Kami ingin menanamkan nilai empati dan kepedulian. Anak-anak belajar bahwa meski pernah menjadi korban, mereka tetap bisa bangkit dan membantu orang lain,” kata Musniwati.
Penyaluran bantuan dilakukan langsung oleh guru dan perwakilan siswa ke rumah-rumah warga terdampak. Tidak ada seremonial besar, hanya sapaan hangat dan uluran tangan sederhana yang penuh makna.
Di tengah sisa-sisa luka bencana, SMAN 12 Padang menunjukkan bahwa sekolah bukan sekadar tempat belajar akademik. Dari ruang kelas yang sempat terendam lumpur, tumbuh pelajaran tentang kemanusiaan—belajar dari luka, lalu bangkit untuk berbagi. (hendri parjiga)




