Oleh: Hilwa Hafizhah Satria*)
Pendahuluan
Generasi Z atau Gen Z merupakan kelompok generasi yang lahir sekitar tahun 1997 hingga 2012. Mereka adalah generasi yang sejak kecil sudah akrab dengan teknologi digital dan internet, sehingga sering disebut sebagai digital natives.
Lingkungan tempat mereka tumbuh benar-benar berbeda dibandingkan generasi sebelumnya, karena hampir seluruh aktivitas sehari-hari kini terhubung dengan perangkat digital, mulai dari smartphone, komputer, hingga berbagai platform media sosial.
Keberadaan teknologi yang berkembang sangat cepat telah membentuk pola pikir, kebiasaan, dan gaya hidup mereka secara signifikan. (Putra, M.R, 2021)
Di era modern yang serba instan, Gen Z terbiasa melakukan berbagai hal dengan cepat, praktis, dan efisien. Proses belajar tidak lagi bergantung pada buku cetak semata, tetapi sudah beralih ke metode digital seperti video pembelajaran, platform e-learning, dan sumber informasi online yang tak terbatas.
Dalam dunia kerja, mereka lebih fleksibel dan cenderung menyukai pekerjaan yang memberi ruang kreativitas serta memungkinkan kerja jarak jauh. Cara mereka berkomunikasi pun berubah; pesan singkat, panggilan video, dan interaksi melalui media sosial telah menggantikan banyak bentuk komunikasi langsung yang sebelumnya umum dilakukan oleh generasi terdahulu.
Bahkan dalam mencari hiburan, Gen Z lebih memilih aplikasi streaming, konten kreator, dan gim online sebagai bagian dari rutinitas mereka. (Utami, N.S., 2022).
Namun, kehidupan digital yang serba cepat ini tidak hanya membawa kemudahan, tetapi juga menghadirkan tantangan baru bagi generasi Z.
Pembahasan
Gaya hidup Gen Z dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Pertama, dalam aspek teknologi, Gen Z dikenal sangat melek digital. Sejak kecil, mereka telah terbiasa menggunakan gawai, media sosial, serta berbagai platform daring untuk belajar, bekerja, maupun bersosialisasi.
Akses informasi yang cepat membuat mereka memiliki wawasan yang luas dan terbuka terhadap perubahan. Namun, di sisi lain, ketergantungan terhadap teknologi juga menyebabkan berkurangnya interaksi sosial langsung serta meningkatnya risiko kecanduan digital.
Selain itu, dalam aspek pendidikan, Gen Z cenderung memilih cara belajar yang fleksibel dan kreatif. Mereka tidak hanya mengandalkan guru atau dosen di kelas, tetapi juga mencari sumber belajar melalui internet, video pembelajaran, hingga platform edukasi daring.
Hal ini menunjukkan bahwa Gen Z memiliki semangat belajar mandiri yang tinggi, meskipun terkadang konsentrasi mereka mudah terpecah karena paparan konten digital yang beragam.(Hidayat, R., 2020)
Dalam dunia kerja, Gen Z lebih tertarik pada pekerjaan yang memberikan kebebasan waktu dan ruang, seperti freelancer, content creator, atau wirausaha digital. Mereka lebih menghargai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan daripada sekadar mengejar gaji tinggi.
Keinginan untuk hidup bebas dan bermakna menjadikan mereka generasi yang penuh inovasi, meski terkadang dianggap kurang sabar dan cepat bosan terhadap rutinitas.
Sementara dalam kehidupan sosial, media sosial memainkan peran besar dalam membentuk identitas dan hubungan antarindividu. Gen Z menggunakan media sosial tidak hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga sebagai wadah berekspresi dan membangun citra diri.
Mereka aktif menyuarakan isu-isu sosial seperti lingkungan, keadilan, dan kesetaraan gender. Namun, di sisi lain, tekanan untuk tampil sempurna di dunia maya sering membuat sebagian dari mereka merasa cemas, tertekan, bahkan kehilangan jati diri. (Nugroho, A., 2023)
Dunia yang serba cepat juga menuntut Gen Z untuk berpikir dan bertindak dengan gesit. Perubahan tren, teknologi, dan informasi yang terus berganti menuntut mereka agar selalu beradaptasi. Kecepatan ini menumbuhkan kemampuan multitasking, tetapi juga membuat mereka rentan kelelahan mental (burnout).
Oleh sebab itu, banyak pakar psikologi menganjurkan agar Gen Z mulai menata ulang keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata, dengan meluangkan waktu untuk aktivitas fisik, interaksi sosial langsung, serta refleksi diri.
Meskipun hidup di tengah tantangan besar, Gen Z juga membawa banyak nilai positif. Mereka dikenal sebagai generasi yang terbuka, toleran, dan peduli terhadap isu kemanusiaan. Mereka tidak segan beradaptasi dengan budaya baru, menghargai perbedaan, serta memiliki semangat tinggi untuk berkontribusi pada perubahan sosial.
Jika diarahkan dengan baik, Gen Z dapat menjadi kekuatan utama dalam membangun masyarakat yang lebih maju, beretika, dan berwawasan global. (Rahmawati, D., 2021)
Penutup
Gaya hidup Gen Z di dunia serba cepat merupakan cerminan dari dinamika zaman yang penuh inovasi dan tantangan. Kehidupan digital yang melekat pada keseharian mereka membawa banyak kemudahan, namun juga memerlukan kemampuan untuk menyeimbangkan antara dunia maya dan dunia nyata.
Untuk itu, dibutuhkan kesadaran, bimbingan, serta pendidikan karakter agar generasi ini tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual.
Dengan keseimbangan tersebut, Gen Z akan mampu menjadikan dunia yang cepat ini sebagai ladang kreativitas dan peluang. Mereka bukan hanya penikmat kemajuan, melainkan juga penggerak perubahan menuju masa depan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan masyarakat luas. []
Daftar Pustaka
Putra, M. R. (2021).Generasi Z dan Tantangan Dunia Digital. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, R. (2020). Perubahan Sosial di Era Digital: Perspektif Generasi Z. Bandung: Alfabeta.
Utami, N. S. (2022). Gaya Hidup Generasi Z: Antara Kebebasan dan Tantangan. Yogyakarta: Deepublish.
Nugroho, A. (2023). Psikologi Generasi Z: Tantangan Kesehatan Mental di Era Modern. Malang: UMM Press.
Rahmawati, D. (2021). Mengenal Generasi Z dan Potensinya di Masa Depan. Surabaya: Airlangga University Press.
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam STAI PIQ Sumatera Barat*)
