Mensyukuri Kemerdekaan RI 80 Tahun dan Merawatnya Menurut Al-Quran

Oleh : H.  Abdel Haq, S.Ag, MA*)

Bangsa Indonesia pantas bersyukur kepada Allah Swt Tuhan Yang Maha Esa, pada tanggal 17 Agustus 2025, genaplah  80 tahun usia kemerdekaan Indonesia. Setelah terlepas dari belenggu penjajahan kolonial Belanda selama 3,5 abad dan 3,5 tahun digilir Jepang sebagai kaum tertindas.

Tiga setengah abad berada dibawah kendali Belanda dan tiga setengah tahun dalam genggaman Jepang. Itu bukanlah, waktu yang singkat. Apalagi, hidup dibawah tekanan dan ancaman yang sangat kejam, tentu kondisi rakyat Indonesia pada waktu itu, betul-betul sangat merana dan nestapa.

Namun demikian, para pejuang kemerdekaan Indonesia yang telah beberapa dekade, berupaya maksimal untuk bisa keluar dari lilitan bangsa penjajah, nampaknya belum cukup maksimal hasilnya. Karena perjuangan dalam mengusir penjajah, belum terkoordinir dengan baik. Perjuangan yang dilakukan masih bersifat kedaerahan, sporadis, terpencar-pencar di seluruh nusantara.

Kapan Indonesia Bangkit ?

Bangsa Indonesia bangkit, setelah berdirinya Boedi Oetomo oleh Dr. Wahidin Soerohoesodo, Dr.Soetomo dan para mahasiswa STOVIA pada saat itu. Setelah lahirnya Boedi Oetomo pada tahun 1908, maka bermunculan pulalah organisasi pergerakan lainnya.

Seperti : Serikat Islam (1912), Persyarikatan Muhammadiyah (1912), Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) pada tahun 1912. Pada tahun 1913 berdiri pula Paguyuban Pasundan, pada tahun 1914 berdiri pula Komite Nasionalis Jawa. Tahun 1915 muncul Jong Java. Tahun 1916 lahir pula Perhimpunan Pegawai Pegadaian Bumi Putera. Tahun 1917 berdiri Jong Sumatera Bond dan pada tahun 1926 lahir Nahdhatul Ulama.

Setelah banyaknya lahir organisasi pergerakan, maka semakin terasa penguatannya dan semakin menyadari betapa pentingnya sebuah persatuan kesatuan, untuk memupuk cinta tanah air, semangat patriotisme untuk segera mengakhiri penjajah di bumi nusantara.

Pada tanggal 28 Oktober 1928 dilangsungkan Kongres Pemuda ke-2, yang berlangsung dari tgl 27 s/d 28 Oktober 1928 di Batavia, sekarang Jakarta.

Melalui Ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, yang isi kesepakatannya :

“Bertanah air satu, tanah air Indonesia

Berbangsa satu, bangsa Indonesia

Berbahasa satu, bahasa Indonesia”.

Inilah Tonggak Awal Kemerdekaan bangsa Indonesia.

Walaupun perjuangan, perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah telah dimulai oleh : Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, Tuanku Umar,  Cut Nyak Dien, Thomas Matulessy, R.A. Kartini, Tan Malaka, Rohana Kudus dan banyak lagi para pahlawan nusantara lainnya.

Pergelokan, perlawanan dilanjutkan oleh para pejuang dan pahlawan nasional Indonesia yang telah terdidik. Seperti : Jenderal Sudirman, Ir. Soekarno, Drs.  Mohammad Hatta, H. Agus Salim, Sutan Syahrir, Mr. Mohammad Yamin, HOS Cokroaminoto, Ki Hajar Dewantara, Dr. KRT Rajiman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadi Kusumo, Mr. Soepomo bersama anggota BPUPKI dan PPKI lainnya.

Alhamdulillah, perjuangan dan perlawanan yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan telah sampai pada titik klimak, diawali dengan menyerahnya sekutu kepada Jepang, begitu juga dengan pengaruh kemerdekaan Amerika Serikat dan Revolusi Industri di Perancis, ikut mewarnai dan memicu kemerdekaan Indonesia.

Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasalah bangsa Indonesia bisa merdeka. Karena secara kasat mata kaum penjajah yang memiliki persenjataan lengkap dan canggih di waktu itu. Secara rasional dan akal sehat, tidak akan mampu bangsa Indonesia mengalahkan mereka.

Hanya dengan tekad yang bulat, semangat patriotisme, persatuan kesatuan yang utuh. Dengan bersenjatakan apa adanya, senapan, bedil, parang, pedang dan bambu runcing dengan pekikan takbir “Allahu Akbar” akhirnya bangsa Indonesia mampu mengusir penjajah  Belanda dan Jepang.

Dengan penuh keberanian Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru dunia.

Setelah proklamasi dikumandangkan, bukan berarti tugas para pejuang dan pahlawan kemerdekaan Indonesia selesai. Ini baru tahapan awal memasuki pintu gerbang dari kemerdekaan itu sendiri. Tugas dan tanggung jawab pasca meraih kemerdekaan, sangat berat dan luas.

Tujuan yang akan dicapai dan diraih pasca kemerdekaan, telah ditetapkan pula oleh para pendiri bangsa, the founding father yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, sebagai berikut :

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

2. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi.

4. Mewujudkan keadilan sosial.

Begitu hebat dan dahsyatnya tujuan kemerdekaan Indonesia, yang telah berdaulat penuh sejak 80 tahun yang lalu. Tentu, harus disikapi dengan baik oleh warga negara. Sebagai anak bangsa yang beriman, bertakwa kepada Allah Swt, harus mengisinya dengan berbagai macam aktivitas, kegiatan yang bermanfaat.

Setidaknya ada beberapa pesan Al-Quran dalam merawat dan melestarikan kemerdekaan Indonesia, sebagai berikut :

1. Mensyukuri nikmat kemerdekaan, dalam pengertian agar anak bangsa mampu merasakan betapa pentingnya sebuah kemerdekaan bagi sebuah bangsa. Dengan kemerdekaan itu bangsa Indonesia, bisa menentukan nasib sendiri, tanpa dibayang-bayangi oleh kekuatan asing.

Apalagi dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, sangat jelas dan gamblang tujuan direbutnya kemerdekaan, bukan sekedar mengusir penjajah. Tetapi bagaimana mengelola negara Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Justeru itu, para pemimpin formal dan informal harus mampu menghargai hasil pengurbanan para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia. Yang telah mengurbankan apa pun yang dimilikinya. Harta dan jiwa mereka dipertaruhkan untuk meraih kemerdekaan.

Justeru itu, pemimpin formal dan informal wajib menjalankan amanah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai konsekuensi, tanggung jawab yang diembannya.

Inilah yang disebut dengan mensyukuri nikmat Allah Swt. Seperti dijelaskan Allah Swt dalam surah Ibrahim ayat 7 :

“Wa idz ta-adz dzana rabbukum lain syakartum la-aziidannakum wa lain kafartum inna ‘adzaabiy lasyadiidun”.

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”. Q.S 14.7.

Seandainya para pemimpin formal dan informal, melalaikan tugas fungsinya, tidak melaksanakan kewajiban dalam mengisi kemerdekaan. Mereka itulah yang dimaksud Allah Swt kafir atau mengingkari nikmat-Nya. Bagi mereka yang ingkar dilaknati Allah Swt dengan azab yang berat.

2. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Hal ini sesuai dan sejalan sekali dengan sila pertama :

“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Agar penyelenggara negara di Republik Indonesia, berupaya 9meningkatkan keberadaan iman dan taqwanya kepada Allah Swt. Dengan keimanan dan ketaqwaan yang dimiliki rakyat Indonesia, akan berdampak positif terhadap integritas, peningkatan kinerja, prilaku, sikap, karakter dan tanggung jawab dalam menjalankan amanah dan roda pemerintahan.

Insya Allah, akan terjauh dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme serta terjauh dari penyalahgunaan jabatan.

Jika aparatur negara dan segenap anak bangsa telah memiliki keimanan dan ketaqwaan yang tinggi dalam menjalankan amanah yang dibebankan kepadanya.

Dalam hal ini, Allah Swt telah menjanjikan akan memberikan keberkahan dari langit dan bumi. Seperti dijelaskan Allah Swt dalam surah Al-A’raf ayat 96.

“Wa lau anna ahlal quraa aamanuu wat taqau lafatahnaa ‘alaihim barakaatim minassamaa-i wal ardhi walaakin kadz-dzabuu fa akhadz naahum bimaa kaanuu yaksibuuun”.

Artinya : “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”. Q.S 7.96.

Tetapi, sangat disayangkan ada pula para pelaksana negara tergelincir, keluar dari komitmen awal, tidak lagi menepati janji sebagai aparatur yang amanah.

 Mereka telah mendustakan ayat-ayat Al-Quran, mereka telah membelakangi Al-Quran, melanggar regulasi, mereka menurutkan hawa nafsu dan kemauan yang tak terkendali. Lalu Allah azab dan siksa mereka sesuai dengan kesalahan yang mereka kerjakan.

3. Meningkatkan persatuan dan kesatuan. Persatuan dan kesatuan merupakan salah satu syarat utama untuk terlaksananya berbagai pembangunan di sebuah negara. Apabila persatuan dan kesatuan terusik, akan berdampak negatif terhadap jalannya pemerintahan dan berakibat buruk dalam merealisasikan tujuan pembangunan yang berkelanjutan.

Justeru itulah para pejuang kemerdekaan, sangat menyadari betapa penting dan urgennya upaya mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini.

Begitu lah pentingnya dan sakralnya Ikrar Sumpah Pemuda yang dicetuskan pemuda dalam Kongres Pemuda ke-2, tgl 28 Oktober 1928. Bahwa rakyat Indonesia Bertanah air satu,  tanah air Indonesia. Berbangsa satu, bangsa Indonesia dan Berbahasa satu Bahasa Indonesia.

Seandainya bangsa Indonesia tidak mau bersatu, dipastikan juga tidak akan  mendapatkan rahmat dari Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa. Bolehjadi, Indonesia belum akan merdeka, sampai saat ini.

Pantas sekali para pendiri bangsa, menyadari bahwa kemerdekaan itu, pada dasarnya adalah berkat rahmat Allah Swt Tuhan Yang Maha Kuasa dan didorongkan  oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, dengan ini rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Dalam hal ini Allah Swt memerintahkan untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan.

“Wa’tashimuu bi hablillaahi jamii’aw walaa tafarraquu”,

Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali ( agama ) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” Q.S 3.102.

Sementara itu pada ayat yang lain Allah Swt memerintahkan pula agar umat Islam patuh kepada Allah dan Rasul-Nya dan melarang berselisih.

Sebagaimana firman-Nya :

“wa athii’ullaaha wa rasuulahuu wa laa tanaza’uu fatafsyaluu wa tadzhaba riihukum washbiruu, innallaaha ma’ash shaabiriin”.

Artinya : “Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar”. Q.S 8.46.

4. Jangan pernah berkhianat dalam bentuk apapun. Salah satu cara untuk merawat kemerdekaan Indonesia yang sudah 80 tahun, yang jika diibaratkan kepada usia manusia, sudah termasuk lansia tua ini. Yaitu, jangan pernah mengkhianati hasil perjuangan para pahlawan kemerdekaan. Apakah itu, dengan menyia-nyiakan amanah, tanggung jawab yang dibebankan oleh rakyat, melakukan kecurangan dan mementingkan diri sendiri, kelompok dari pada kepentingan umum, ini juga termasuk pengkhianatan terhadap bangsa dan negara.

Bahkan, memilih pemimpin yang tidak berkualitas, dengan cara-cara ilegal, menghalalkan segala cara juga bagian dari bentuk pengkhianatan nyata. Melakukan tindakan penyalahgunaan wewenang, melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme pun adalah termasuk rumpun pengkhianatan.

Dalam hal ini Allah Swt  dan Rasulullah Muhammad SAW melarang keras umatnya berkhianat.

“Yaa ayyuhalladziina aamanuu laa takhuunullaaha war rasuula wa takhuunuu amaanaatikum wa antum ta’lamuun”.

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan ( juga ) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. Q.S 8.27.

Sementara itu Rasulullah Muhammad SAW dalam sebuah hadisnya menyatakan :

“idzaa wussidal amru ilaa ghairi ahlihii fantazhiris sa’ah”.

Artinya : “apabila menyerahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran”. H.R. Bukhari.

Sungguh banyak firman Allah Swt dan Sabda Rasulullah Muhammad yang membicarakan tentang amanah, tanggung jawab dan kepemimpinan yang harus dipertanggungjawabkan di dunia dan di akhirat kelak.

5. Para pemimpin jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah. Sudah merupakan tabiat, kebiasaan dan bahkan sudah merupakan kewajiban bagi seorang pemimpin untuk menyiapkan generasi yang kuat dan berkualitas.

Sebagai seorang pemimpin dalam pengertian yang luas, bertanggung jawab penuh untuk menyiapkan kader-kader, generasi muda yang handal untuk menerima estafet kepemimpinan di masa datang. Bagaimana pun juga seorang pemimpin mempunyai keterbatasan. Apakah, keterbatasan yang menyangkut dengan faktor usia, kemampuan memenej, mengelola semua aset yang menjadi tanggung jawabnya.

Apalagi, bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, dikelilingi oleh lautan luas, pegunungan yang menjulang tinggi, memiliki sumber daya alam yang dahsyat. Memiliki aset tambang yang luar biasa, emas, perak, aneka logam, batu bara, bouksit, nikel, perkebunan sawit yang menghijau, terkenal dengan penghasil rempah-rempah sejak dahulu kala.

Negara Indonesia yang kaya raya ini, tentu harus diurus oleh mereka yang berintegritas, punya komitmen kuat, memiliki kepemimpinan yang teruji dan memiliki kemampuan prima dalam memenej dan mengelola semua aset yang ada. Termasuk menyiapkan generasi mendatang yang kuat, memiliki power yang hebat, kepemimpinan yang berkualitas dunia akhirat.

Apabila, pemimpin hari ini lalai dan lupa menyiapkan generasi hebat, bermartabat, yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan, memiliki keimanan dan ketaqwaan yang handal serta mempunyai berbagai keterampilan.

Maka, suatu saat bangsa dan negara Indonesia yang saat ini telah berusia 80 tahun, boleh jadi akan bisa bubar,  sebagaimana yang pernah kita dengar, wa na’uzubillahi min dzaalik.

Insya Allah, bangsa dan negara Indonesia akan tetap jaya. Dengan syarat para pemimpin saat ini, harus mampu meninggalkan legacy, warisan kepemimpinan yang berkualitas. Jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah dalam pengertian luas.

Sebagaimana firman Allah Swt :

“Wal yakhsyalladziina law tarakuu min khalfihim dzurriyatan dhi’aafan khaafuu “alaihim, fal yattaqullaaha wal yaquuluu qaulan sadiidaa”.

Artinya : “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”. Q.S 4.9.

Demikianlah beberapa hal yang harus dilakukan oleh anak bangsa, dalam rangka merawat dan melestarikan kemerdekaan Indonesia, menuju Indonesia Emas tahun 2045. Dengan tetap mensyukuri nikmat kemerdekaan, peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt, menjaga dan meningkatkan semangat persatuan dan kesatuan, jangan berkhianat dan yang terakhir harus mampu menyiapkan kader-kader pemimpin di masa datang.

“SELAMAT HUT RI KE-80, BERSATU BERDAULAT, RAKYAT SEJAHTERA, INDONESIA MAJU”.

Penulis adalah Jurnalis, Aktivis Dakwah Pendidikan Sosial dan terakhir Kakan Kemenag Dharmasraya*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *