SOLOK, FOKUSSUMBAR.COM – Produk olahan khas Danau Singkarak terus menunjukkan eksistensinya di dunia kuliner. Salah satunya adalah Ikan Bilih Goreng ESI, hasil karya tangan terampil Esi, pelaku usaha asal kabupaten Solok yang telah memproduksi ikan bilih sejak tahun 2013.
Berkat ketekunan dan konsistensinya menjaga kualitas, kini produknya menjadi salah satu oleh-oleh khas yang digemari hingga ke luar provinsi.
Esi menceritakan, usahanya dimulai dari skala kecil di rumah. Dengan modal kecil dan dukungan keluarga, ia perlahan mengembangkan produksi hingga mendapatkan kepercayaan konsumen.
“Awalnya saya hanya ingin memanfaatkan ikan bilih yang banyak terdapat di Singkarak. Lama-lama, permintaan makin banyak, akhirnya saya serius mengurus izin usaha dan memperbaiki kemasannya,” ujarnya.
Tahun 2020 menjadi titik penting dalam perjalanan usahanya. Saat itu, Ikan Bilih Goreng ESI resmi mengantongi berbagai izin, seperti Nomor Induk Berusaha (NIB), izin edar PIRT, serta sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dengan kelengkapan izin tersebut, produk ESI makin mudah diterima di berbagai pasar.
Proses produksi dilakukan dengan cermat dan higienis. Ikan bilih segar dibeli langsung dari petani sekitar Danau Singkarak, kemudian dibersihkan satu per satu menggunakan pisau kecil untuk membuang kotoran di bagian perut.
Setelah itu, ikan di goreng dengan minyak kemasan berkualitas sebelum dikemas rapat menggunakan aluminium foil agar tahan hingga tiga bulan.
“Semua proses kami kerjakan sendiri. Saya dibantu karyawan, suami dan anak-anak. Mereka bagian penting dari usaha ini,” tutur Esi sambil tersenyum.
Produk Ikan Bilih Goreng ESI tersedia dalam dua varian rasa, yaitu original dan crispy, dengan berat kemasan 100 gram, 200 gram, dan 250 gram. Harganya masing-masing Rp35 ribu, Rp65 ribu, dan Rp80 ribu.
Selain gurih dan renyah, ikan bilih juga dikenal tinggi kalsium dan zink. Keunggulan lainnya, ikan ini tidak memiliki tulang tengah sehingga aman dikonsumsi oleh anak-anak dan lansia.
Untuk pemasaran, Esi memanfaatkan media sosial, terutama akun Facebook pribadinya, “Esi Kurniawati”. Berkat promosi digital tersebut, produknya kini sudah menjangkau pasar di Kota Padang, Payakumbuh, Jakarta, Bekasi, Surabaya dan Kalimantan.
“Kalau menjaga rasa dan kualitas, orang pasti ingat dan pesan lagi. Itulah yang membuat saya terus semangat membangun usaha ini,” kata Esi menutup pembicaraan. (em)



