PSP Padang, Antara Cinta Bola dan Bayang-bayang Politik

Oleh Robbi Malvinas S.Pd*

PSP Padang.
Nama yang dulu harum, kini seperti tinggal gema. Klub yang lahir pada tahun 1928, pernah berdiri sejajar dengan Persib Bandung, Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, hingga PSM Makassar.

Klub-klub besar itu dulu adalah lawan sepadan PSP di kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia. Bahkan, lawan-lawan PSP kala itu tak jarang berasal dari klub luar negeri maupun tim nasional Indonesia.

Namun waktu bergulir, dan sejarah berubah arah.

Ketika penggunaan dana APBD dilarang untuk klub sepak bola, PSP seperti kehilangan napas panjangnya. Satu per satu daya saing melemah. Berbagai perubahan sistem liga pun datang silih berganti, hingga akhirnya PSP kini berada di kasta Liga 4— level yang jauh dari kejayaan masa silam.

“Untuk kembali ke Liga 3 saja, butuh dana sekitar tiga miliar rupiah,” kata Ridwan, pengamat sepak bola Sumatera Barat. “Dana itu untuk membangun tim pelatih yang berkualitas, pemain berprestasi, dan manajemen yang kuat. Tapi semua itu tak akan berarti tanpa investor yang benar-benar serius.”

Kata “investor” menjadi kunci di setiap obrolan tentang PSP.

Bukan sembarang investor— tapi sosok “gila bola”, yang mau menanamkan semangat dan profesionalisme, bukan kepentingan sesaat. Karena tanpa itu, PSP dikhawatirkan hanya akan jadi kendaraan politik bagi mereka yang haus panggung.

“PSP ini bukan alat politik,” kata Sonny, salah seorang suporter setia. “Ini warisan kebanggaan orang Minang. Kami ingin klub ini dikelola dengan hati dan tanggung jawab.”

Kini, harapan itu menggantung di udara Ranah Minang.

PSP Padang masih punya sejarah, punya basis suporter yang setia, dan punya identitas yang kuat. Yang belum dimiliki hanyalah sosok yang benar-benar mau memeluk klub ini dengan kesungguhan.

Barangkali, doa para pendukungnya sederhana saja:

Semoga Allah SWT mengirimkan sosok itu— sang investor yang akan menyalakan kembali obor kebanggaan bernama PSP Padang. (*)

Penulis adalah Pengurus PSP Padang 2010 – 2021, Pengurus Klub Sepakbola sejak Tahun 2000 – 2025 *)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *