Oleh : Dedi Vitra Johor*)
Pernahkah anda bertanya, kenapa banyak orang pintar justru berhenti di tengah jalan?
Mereka punya ide brilian, modal cukup, bahkan jaringan luas, tapi akhirnya tenggelam tanpa jejak.
Sementara ada orang lain, yang mungkin biasa-biasa saja, tidak terlalu menonjol, tapi perlahan melewati semua rintangan dan akhirnya berhasil.
Kuncinya satu: ketekunan. Dalam dunia bisnis maupun kehidupan, sering kali bukan kecerdasan yang menentukan siapa yang berhasil, tapi siapa yang tidak berhenti berjalan ketika lelah.
Orang yang tekun paham, bahwa hasil besar bukan datang karena keberuntungan, tapi karena langkah kecil yang dijaga setiap hari.
Ketekunan adalah bahan bakar dari impian besar. Tanpanya, semangat akan cepat padam. Dengan ketekunan, bahkan yang mustahil bisa perlahan menjadi mungkin.
Di dunia ini, banyak orang punya bakat, tapi hanya sedikit yang punya ketekunan.
Bakat bisa memberi anda keunggulan awal, tapi tanpa ketekunan, bakat itu hanya seperti mobil tanpa bahan bakar indah digarasi, tapi tak pernah melaju di tengah jalan.
Coba anda perhatikan berapa banyak rekan kerja, sahabat, atau pesaing bisnis yang sangat berbakat, tapi akhirnya hilang karena tak konsisten? Sebaliknya, orang yang mungkin tidak terlalu istimewa justru terus bertumbuh karena satu hal: mereka tidak berhenti.
Ketekunan adalah bentuk kesetiaan terhadap proses.Ia menuntut kesabaran, ketabahan, dan keyakinan bahwa setiap langkah, sekecil apapun, sedang mengantarkan anda ke tujuan.
Seorang pelari maraton paham hal ini: kemenangan bukan soal siapa yang paling cepat di awal, tapi siapa yang mampu menjaga ritme hingga garis akhir.Begitu juga dalam bisnis anda tak perlu menjadi yang tercepat, cukup menjadi yang paling tahan lama.
“Ketekunan adalah seni menunda kepuasan demi hasil yang layak.” — Dedi Vitra Johor
Dalam dunia usaha, hasil besar jarang lahir dari langkah instan.
Ia tumbuh dari keputusan-keputusan kecil yang diulang terus, bahkan saat tidak ada yang melihat.
Bagi seorang pengusaha sejati, ketekunan adalah bentuk tanggung jawab terhadap visi.
Saya sendiri, dalam perjalanan membangun ASB Indonesia dan kemudian Hore Gold Group, belajar bahwa bisnis tidak bisa dibangun dengan semangat sesaat.
Ada hari-hari di mana anda bangun pagi dengan semangat tinggi, tapi ada juga hari di mana semua terasa berat.Namun justru di titik itulah ketekunan diuji.
Pengusaha sejati bukan yang tidak pernah gagal — justru mereka adalah orang yang paling sering jatuh, tapi paling cepat bangkit.Ketekunan membuat anda tahan banting dan tetap waras di tengah badai.
Dalam kepemimpinan, ketekunan juga menjadi contoh yang menular.
Ketika tim melihat anda tidak mudah menyerah, mereka pun belajar untuk bertahan.
Ketekunan seorang pemimpin menular menjadi semangat organisasi.
“Pemimpin besar bukan yang punya karisma luar biasa, tapi yang tak pernah berhenti berjuang di saat semua menyerah.”
Ketekunan bukan teori ia adalah bukti hidup.Dan dua tokoh ini membuktikan, bahwa kegigihan bisa mengubah nasib seseorang dari titik nol menjadi legenda.
Nama Chairul Tanjung kini identik dengan kerajaan bisnis besar: CT Corp yang membawahi Trans TV, Transmart, Bank Mega, hingga Trans Studio.Namun sedikit yang tahu, perjalanan pria yang dijuluki “Si Anak Singkong” ini penuh liku dan kegigihan luar biasa.
Chairul bukan lahir dari keluarga konglomerat.Ia anak dari wartawan sederhana yang hidup pas-pasan di Jakarta. Saat kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi UI, ia bahkan sempat berdagang kecil-kecilan menjual kaos, fotokopi, hingga membuka usaha alat kesehatan. Namun banyak bisnisnya gagal di awal.
Yang membedakan Chairul dengan banyak orang lain bukan keberuntungan, tapi ketekunan untuk terus mencoba.Ia bangkit dari kegagalan satu demi satu, memperbaiki cara, dan terus belajar dari kesalahan. Bahkan saat krisis moneter 1998 melanda, ketika banyak bisnis besar tumbang, Chairul tetap berdiri karena satu hal: ia tidak pernah berhenti belajar dan beradaptasi.
Hari ini, CT Corp bukan hanya simbol kekayaan, tapi bukti nyata bahwa ketekunan bisa mengubah anak biasa menjadi pengusaha luar biasa.Ia tidak lahir dari privilese, tapi dari keberanian untuk tidak menyerah ketika semua terasa berat.
Kisah klasik ini tak pernah basi, karena di dalamnya terkandung pelajaran tentang ketekunan di usia senja. Colonel Harland Sanders baru memulai bisnis ayam gorengnya di usia 65 tahun.
Ketika banyak orang sudah menyerah dan pensiun, ia justru mulai lagi dari nol.
Dengan resep ayam goreng khasnya, Sanders mendatangi restoran demi restoran untuk menawarkan kerja sama. Namun, ia ditolak bukan sekali-dua kali, melainkan lebih dari 1.000 kali. Bayangkan jika ia menyerah di penolakan ke-100, dunia mungkin tak akan mengenal Kentucky Fried Chicken (KFC).
Sanders paham bahwa gagal itu bagian dari proses, bukan akhir dari cerita.
Ia terus berjalan dengan ketekunan luar biasa, hingga akhirnya satu restoran bersedia mencoba resepnya.
Itulah titik balik yang mengubah hidupnya dari pensiunan biasa menjadi pendiri waralaba global.
Ketekunan Sanders menunjukkan bahwa usia bukan batas untuk bermimpi, selama anda tidak berhenti berusaha.
Dan bahwa setiap penolakan hanyalah batu loncatan menuju keberhasilan berikutnya.
“Kegigihan akan mengalahkan keberuntungan. Karena keberuntungan hanya datang kepada mereka yang terus melangkah.” — Dedi Vitra Johor
Ketekunan tidak hanya berlaku di dunia bisnis. ia adalah fondasi dalam hidup pribadi anda.
Ketekunan adalah kesediaan untuk tetap berjalan meski hasil belum tampak. Banyak orang berhenti karena merasa “tidak ada hasil.”
Padahal, benih yang baru ditanam takkan langsung berbuah. Butuh waktu, butuh air, butuh perawatan. Begitu juga dengan hidup dan bisnis anda.
Orang yang tekun tidak bergantung pada motivasi. Mereka tahu bahwa motivasi bisa hilang, tapi disiplin dan ketekunan bisa dijaga. Mereka tidak menunggu mood datang untuk bekerja mereka bekerja, dan dari situ mood muncul.
Namun, ketekunan juga perlu arah. Banyak orang mengaku tekun, tapi sebenarnya hanya keras kepala dalam hal yang salah.
Ketekunan sejati selalu disertai evaluasi. Anda boleh gagal seribu kali, tapi pastikan anda belajar sesuatu setiap kali jatuh. Ketekunan tanpa refleksi hanyalah kelelahan yang disamarkan sebagai perjuangan.
Dalam bisnis, pemimpin yang tekun tahu kapan harus bertahan dan kapan harus berputar arah.
Mereka tidak terjebak dalam ego, karena bagi mereka, tujuan lebih penting daripada cara.
Ketekunan bukan tindakan sesekali. ia adalah pola pikir permanen.
Ia harus hidup di setiap level organisasi, dari pemimpin hingga staf paling bawah. Karena hanya dengan budaya tekun, organisasi bisa bertahan di tengah perubahan cepat seperti sekarang.
Perusahaan yang bertahan bukanlah yang paling besar, tapi yang paling adaptif. Dan adaptasi selalu lahir dari ketekunan untuk terus belajar dan memperbaiki diri.
Dalam kehidupan pribadi pun sama. Orang yang tekun tidak mudah tergoda oleh hasil instan.
Mereka tahu, proses adalah guru yang paling jujur. Anda bisa menipu orang lain dengan citra, tapi anda tak bisa menipu proses.
Sebagaimana pepatah Jepang mengatakan:
“Fall seven times, stand up eight.” – Peribahasa Jepang
Artinya, jatuh tujuh kali bukan masalah, selama anda bangkit untuk kedelapan kalinya. Hidup ini bukan lomba cepat, tapi perjalanan panjang.
Banyak orang berlari cepat di awal, tapi kehabisan tenaga di tengah jalan. Yang tekun mungkin berjalan pelan, tapi merekalah yang akhirnya tiba di tujuan.
Jadi, jika hari ini anda sedang lelah, bukan berarti anda gagal.
Itu hanya tanda bahwa anda sedang berproses.
Dan percayalah, setiap tetes keringat dan setiap langkah kecil sedang menyiapkan hasil besar.
Ketekunan bukan hanya kebiasaan bekerja keras, tapi bentuk penghormatan terhadap waktu, proses, dan mimpi anda sendiri.
Karena pada akhirnya, bukan yang paling pintar yang bertahan — tapi yang paling tekun menjaga langkahnya.
Dahzyat
DVJ
Pengusaha | Motivator*)
Ref: Di olah dari berbagai sumber.



