Sedekah Dusun Desa Dangku: Melestarikan Adat dan Menyuburkan Rahmatan Lil‘Alamin

Oleh : Shintalya Azis*)

Di tengah perubahan zaman yang serba cepat, ketika tradisi perlahan tergeser oleh modernitas, masyarakat Desa Dangku tetap setia menjaga akar budaya mereka.

Setiap tahun, mereka menggelar Sedekah Dusun, sebuah perayaan sederhana namun sarat makna yang mengikat hati warga dalam doa, kebersamaan, dan rasa syukur kepada Sang Pencipta.

Harmoni di Bawah Langit Desa Dangku

Di tengah gempuran zaman yang serba modern, tradisi leluhur masih terpelihara hangat di Desa Dangku, Kecamatan Empat Petulai Dangku, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

Salah satu warisan yang tetap dijaga adalah Sedekah Dusun: Sebuah ritual syukur yang menyatukan iman, budaya, dan kebersamaan warga dalam harmoni yang indah.

Bagi masyarakat Desa Dangku, Sedekah Dusun bukan sekadar acara tahunan, melainkan ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT atas limpahan rezeki dan keselamatan.

Melalui doa bersama dan jamuan kepada seluruh masyarakat, mereka diajak untuk menyadari kembali pentingnya berbagi dan menjaga keseimbangan dengan alam.

Kehangatan di Balik Zikir dan Silaturahmi

Pukul dua siang kami tiba di Desa Dangku, memenuhi undangan Bapak Kepala Desa untuk menghadiri acara Sedekah Dusun. Suasana desa sudah tampak ramai namun tertib, terlihat anak-anak berlarian riang di pelataran masjid di sebelah kantor kepala desa, tempat doa bersama tengah berlangsung.

Lantunan zikir, tasbih, dan tahmid menggema lembut, menggetarkan hati setiap yang hadir. Di bawah langit biru tanpa awan, suasana cerah seolah menjadi tanda restu semesta atas berlangsungnya acara penuh makna itu.

Usai doa bersama, kegiatan dilanjutkan dengan santap siang dan ramah tamah.

Bapak Kepala Desa Dangku, Suharto Koris, tampak berwibawa namun tetap ramah menyapa setiap tamu. Di sela percakapan, beliau berbagi pandangan tentang pentingnya peran pemimpin desa dalam mengayomi masyarakat dan menumbuhkan semangat generasi muda.

“Tugas kami sebagai orang tua adalah membimbing dan menghantarkan anak-anak muda menuju kesuksesan di masa depan,” tutur beliau dengan tegas dan penuh keyakinan.

Sosok Pak Kades tampil hangat dan visioner, sementara sang istri memancarkan keanggunan dan kelembutan, menyapa tamu dengan keramahan khas desa.

Suasana semakin akrab dengan kehadiran para kepala desa dari desa lainnya seperti Muara Niru, Kahuripan Selatan, Siku, Pangkalan Babat dan pejabat Kecamatan Empat Petulai Dangku.

Canda dan tawa bersahut-sahutan, menciptakan keakraban yang tulus, menjadikan Sedekah Dusun tak sekadar ritual, tetapi perayaan silaturahmi dan kebersamaan.

Refleksi Sedekah Dusun: Rahmat untuk Alam dan Sesama

Lebih dari sekadar tradisi, Sedekah Dusun merupakan wujud kepedulian kolektif masyarakat desa memanjatkan doa agar desanya senantiasa diberi ketenteraman dan kelimpahan, serta mendoakan para pemimpin dan leluhur desa.

Doa-doa yang dipanjatkan tak hanya rasa syukur yang ditujukan untuk manusia, tetapi juga untuk kesuburan bumi, keselamatan dan keseimbangan alam semesta.

Nilai-nilai seperti gotong royong, kebersamaan, dan rasa syukur hidup dalam setiap prosesi yang di balik kesederhanaannya, tersimpan makna mendalam tentang bagaimana manusia seharusnya hidup berdampingan; tidak serakah terhadap alam dan peduli terhadap sesama.

Inilah makna sejati dari rahmatan lil‘alamin; rahmat bagi seluruh alam. Pesan universal bahwa kebaikan tidak boleh berhenti pada manusia, melainkan harus menyentuh seluruh ciptaan Tuhan.

Melalui Sedekah Dusun, adat dan iman bertaut mesra, melahirkan harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Tradisi ini bukan hanya warisan nenek moyang, tetapi juga penanda jati diri bangsa yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan kasih sayang tanpa batas. []

Shintalya Azis; penulis yang gemar menulis tentang kehidupan, budaya, dan kisah-kisah kecil yang menginspirasi.*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *