Oleh : Bustami Narda*)
APABILA kita runtut kembali ke belakang, nisacaya akan semakin tampaklah dengan jelas bahwa selama ini dari era ke era, dari zaman ke zaman, dari periode ke periode kepemimpinan pejabat daerahnya, Lubuk Ulang Aling hanyalah bagaikan ayam mati kelaparan dalam lumbung padi, itik mati kehausan dalam air.
Karena apa? Tak lain adalah karena alam Lubuk Ulang Aling yang kaya raya ini menjadi santapan orang-orang tertentu, pihak-pihak tertentu dan oknum-oknum tertentu dari luar.
Sudah banyak sekali contoh yang bisa dijadikan fakta untuk membuktikan semua ini.
Tentu kita belum lupa dengan PT. Geominex, perusahaan tambang emas asal China yang orang-orangnya banyak tak bisa berbahasa Indonesia, yang pernah mengeruk emas di perut bumi Lubuk Ulang Aling beberapa tahun lalu.
Apa yang didapatkan Lubuk Ulang Aling dari keberadaan perusahaan yang telah mengambil kekayaan alamnya berupa emas yang tidak sedikit itu?
Sama sekali tidak ada. Dibangunkan kah pajaknya untuk jalan di Lubuk Ulang Aling? Tidak. Bahkan, karyawannya pun diambilkan dari orang luar Lubuk Ulang Aling.
Yang didapatkan oleh Lubuk Ulang Aling hanyalah, adanya sejumlah rakyat yang melarikan diri ke hutan karena takut ditangkap aparat ketika melakukan demo ke perusahaan tersebut, setelah mereka tak tahan menyaksikan kurenahnya. Bahkan ada beberapa warga yang sampai di penjara gara-gara perusahaan itu.
Siapa yang mengeruk keuntungan dari kehadiran perusahaan ini orang atau pihak luar dari Lubuk Ulang Aling? Tentu warga Lubuk Ulang Aling sampai kini masih mengingatnya.
Masyarakat Lubuk Ulang Aling hanya dapat permasalahannya saja. Jalan tanah tetap juga jalan tanah. Pajaknya hanya untuk mengaspal jalan daerah lain. Sungguh memiriskan.
Beranjak dari sini, ada beberapa hal yang perlu jadi perhatian Lubuk Ulang Aling ke depan, baik oleh para tokohnya, para ninik mamak pemangku adatnya, generasi muda terdidiknya, alim ulama dan bundo kandungnya, sebagai berikut:
Pertama, perkuatlah persatuan dan kesatuan masyarakat tiga Nagari ini dalam satu wujud cita-cita demi kebangkitan Lubuk Ulang Aling.
Kedua, waspadai orang luar pengadu domba demi kepentingan politik, bisnis dan keuntungan pribadinya.
Ketiga, lakukanlah secara bersama-sama oleh para ninik mamak, alim ulama, pemerintahan Nagari, tokoh masyarakat, pemuda dan bundo kanduang, pemberantasan penyakit masyarakat berupa mabuk-mabukan, narkoba, judi online (Judol) dan judi lainnya, seta premanisme.
Dengan inilah yang paling mudah orang luar masuk ke Lubuk Ulang Aling untuk merusak persatuan dan kesatuan di Lubuk Ulang Aling.
Keempat, siapa pun yang dapat kepercayaan rakyat jadi pemimpin di Lubuk Ulang Aling untuk Pemerintahan Nagari atau mewakili rakyat Lubuk Ulang Aling di DPRD, jadilah orang yang amanah. Jangan sekali-kali berkhianat terhadap sumpah yang sudah diucapkan disaat akan memegang jabatan yang dipercayakan rakyat.
Kelimat, telihat kepada pengalaman selama ini, warga masyarakat Lubuk Ulang Aling-lah lagi secara bersama-sama yang bisa diharapkan untuk mengangkat derajat kehidupan masyarakat Lubuk Ulang Aling ke depan.
Masyarakat Lubuk Ulang Aling tidak bisa berharap banyak pada orang di luar Lubuk Ulang Aling. Sudah terlalu banyak pengalaman selama ini membuktikan.
Masyarakat Lubuk Ulang Aling tidak boleh patah semangat, jangan putus asa, teruslah berjuang untuk kebangkitan Lubuk Ulang Aling! Kebangkitan itu kini sudah di depan mata.
Yakinlah, sebentar lagi Allah SWT akan memberikannya. Lubuk Ulang Aling punya modal kekayaan alam yang berlimpah, baik emas, ikan, maupun yang lainnya, yang tidak dipunyai daerah lain. Jangan biarkan lagi orang lain mengambilnya. Hayok bersatu! (*)
Penulis adalah wartawan senior*)



