Tujuh Karateka dari Sarawak: Mengulang Nostalgia, Mengukir Emas di Padang

Dari kiri, Sensei Henddy Adrian Luthan, Awangku Muhamad Fauzi dan Dayangku Nurdiyana, (Foto Hendri Parjiga/ Fokussumbar.com)

JUMAT sore yang teduh, angin sepoi membawa aroma laut yang samar, bersisian dengan riuh sorak dari GOR Universitas Negeri Padang. Di dalamnya, sejarah kecil namun hangat tercipta. Tim Amura Karate Sarawak, Malaysia, tampil gemilang pada hari pertama Kejuaraan Karate Wali Kota Padang Open 2025.

Tak banyak yang mereka bawa, hanya tujuh atlet. Namun dari tangan-tangan muda itulah mekar delapan emas dan tiga perak. Prestasi yang lahir dari disiplin, perjalanan jauh, dan tekad untuk kembali bernostalgia di kota yang pernah menjadi bagian dari hidup mereka.

Tidak sia-sia rombongan kecil dari Sarawak itu datang lebih awal ke Kota Padang. Sejak Rabu, 5 November, mereka sudah menjejakkan kaki di ibu kota Sumatera Barat. Pagi hingga senja, mereka berlatih di dojo milik Sensei Teguh S. Harianto, tempat yang langsung menyambut mereka seperti sahabat lama.

“Alhamdulillah, hari pertama atlet kami sukses meraih delapan emas dan tiga perak. Kerja keras mereka terbayar. Kedatangan awal memberi waktu adaptasi yang sangat berharga,” ujar pelatih Amura Karate Sarawak, Awangku Muhamad Fauzi, didampingi Dayangku Nurdiyana, di sela-sela pengalungan medali.

Awangku dan Dayangku bukan nama asing di Padang. Bagi keduanya, kota ini bukan sekadar lokasi pertandingan, melainkan tempat mereka pernah menempuh perjalanan panjang sebagai atlet.

Nostalgia Dua Karateka

Tahun 2014 terulang kembali di memori Awangku. Kala itu, bersama Dayangku dan sejumlah karateka muda Malaysia lainnya, mereka menetap cukup lama di Padang demi persiapan SUKMA, Sukan Malaysia, ajang bergengsi setara PON di Indonesia.

“Waktu itu saya dan Dayang masih atlet. Kami dilatih Sensei Henddy Adrian Luthan dan Sensei Teguh disini. Alhamdulillah, kami meraih medali kata beregu di Sukan Malaysia,” kenang Awangku, tersenyum pada masa yang meninggalkan bekas manis.

Dayang menambahkan, “Padang itu seperti kampung kedua. Perkembangan karatenya luar biasa pesat. Banyak atlet hebat dan pelatih lahir di sini.”

Suara Dua Guru dari Ranah Minang

Dua sosok yang pernah menempa mereka kini kembali melihat ‘anak-anak’ lama itu membawa pulang prestasi.

Sensei Teguh S. Harianto mengenang hubungan itu dengan hangat.

“Mereka bukan sekadar tamu, mereka bagian dari keluarga besar karate Padang. Semangat dan kedisiplinan mereka tetap sama seperti dulu,” ucapnya.

Sementara Sensei Henddy Adrian Luthan menambahkan dengan bangga, “Melihat Awangku dan Dayangku sekarang melatih dan membawa atlet-atlet muda ke Padang, rasanya seperti melihat generasi yang kami bentuk dulu tumbuh dan kembali memberi inspirasi.”

Denyut Besar Kejuaraan Wali Kota Padang Open

Kejuaraan Karate Wali Kota Padang Open 2025 bukan turnamen kecil. Sebanyak 1.946 karateka dari seluruh Sumatera dan Malaysia tumpah ruah di kampus UNP, menjadikannya salah satu event karate terbesar di Sumatera tahun ini.

Turnamen ini sejak awal dirancang sebagai ruang bertemu, tempat bakat muda diuji, pengalaman dibagikan, dan persahabatan lintas negara dirayakan.

Bagi Amura Karate Sarawak, kejuaraan ini bukan sekadar medan tempur, tetapi panggung untuk mengulang jejak, memperkuat jaringan, dan menegaskan bahwa karate menyatukan lebih banyak hati daripada yang disangka.

Pada Sabtu, hari kedua pertandingan, mereka bertekad menambah koleksi medali. Namun bagi mereka, emas sesungguhnya bukan hanya yang digantungkan di leher, melainkan keramahan Padang, sambutan para sensei, dan hangatnya ingatan masa lalu.

Karena bagi Awangku dan Dayangku, kembali ke Padang seperti pulang. Dan bagi Padang, kedatangan mereka adalah bukti bahwa karate bukan hanya olahraga, tapi bahasa persahabatan yang melintasi batas negara. (hendri parjiga)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *