“Indonesia, Retak Cakrawala dan Doa-Doa Padi”

Oleh : Nurul Jannah*)

Di bawah gemuruh klakson dan desah angin ladang,
Indonesia berdiri: retak cakrawala bertaut dengan doa-doa padi.

Kota menjilat langit dengan gedung-gedung yang menyombongkan tinggi,
desa menyapu bumi dengan rumput basah dan azan yang menggetarkan sunyi.

Di setiap retak itu, aku mendengar Engkau, ya Rabb,
mendengar bumi merintih dan sekaligus bersyukur dalam satu nafas panjang.
Kota dan desa bukan dua sisi terpisah.
Mereka adalah dua nadi yang memompa kehidupan ke satu tubuh, Indonesia.

Ketika malam menelan lampu-lampu jalan,
dan kunang-kunang menyulut desa dengan cahaya kecil,
aku sadar, kemegahan tidak hanya bertakhta di beton,
tetapi juga dalam keringat petani
yang menunduk menciumi tanah seperti mencium rahmat dari langit.

Di sela bising pasar dan lengang pematang,
kita belajar bahwa negeri ini hidup karena kontrasnya.
Karena anak kota bermimpi menanam padi,
dan anak desa bermimpi menyalakan lampu-lampu kota.

Wahai Indonesia, meski cakrawalamu merekah oleh luka-luka zaman,
kau tetap menyalakan harapan dari seribu doa padi yang tak pernah padam.

Dari riuh jalan raya hingga sunyi pematang,
kami bersumpah, tak akan membiarkanmu runtuh oleh badai apa pun.

Karena di setiap tetes keringat dan setiap helaan napas, namamu terpatri bukan hanya di peta, melainkan di dada setiap jiwa yang mencintaimu.

Dan jika badai mencoba memadamkanmu,
kami akan menjadi pelita yang tak tunduk angin,
menjaga terangmu sampai akhir zaman.❤‍🔥🌹🌷

Jakarta, 21 November 2025

Nurul Jannah adalah seorang dosen lingkungan di IPB University, lulusan doktor lingkungan dari Hiroshima University, penulis produktif, dan penggerak literasi*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *