DI tanah suci, setiap langkah adalah sejarah, setiap jejak adalah ibadah. Namun di antara berbagai tujuan ziarah yang padat, ada satu tempat yang sering terlewat, padahal di sanalah denyut awal peradaban Islam bergetar untuk pertama kalinya: Masjid Quba — masjid pertama yang dibangun Rasulullah Muhammad SAW.
Bagi jutaan umat Islam, kesempatan menginjakkan kaki di Quba bukan sekadar wisata rohani. Ia adalah pertemuan dengan akar, dengan fondasi spiritual yang membentuk wajah umat hingga hari ini.
Di sinilah Nabi Muhammad memulai transformasi besar dari kaum tertindas di Makkah menjadi masyarakat berperadaban di Madinah. Dan di sinilah beliau memulai dengan meletakkan batu pertama sebuah masjid — simbol bahwa masyarakat yang kuat selalu dimulai dari hubungan yang kokoh dengan Allah.

Yang menakjubkan, Rasulullah Muhammad SAW sendiri tidak pernah melupakan Quba. Beliau mendatanginya setiap hari Sabtu, berjalan kaki atau menunggang, hanya untuk salat dua rakaat.
Bayangkan, pemimpin negara Madinah yang kesibukannya tak tertandingi, tetap menyempatkan diri untuk kembali ke masjid pertama yang ia bangun. Dalam tradisi itu tersimpan pesan kuat: kita selalu perlu kembali ke sumber kekuatan kita.
Hari ini, banyak jamaah lebih bersemangat berfoto di Roudhah, sibuk mengejar spot terbaik di Masjidil Haram, tapi melewatkan Quba, seolah ia hanya masjid pinggiran kota. Padahal Rasulullah SAW telah menjanjikan sebuah keutamaan yang jarang beliau sampaikan untuk masjid lain: “Salat di Masjid Quba dengan wudhu yang sempurna bernilai pahala seperti satu umrah.”
Satu umrah. Satu ibadah besar yang memerlukan biaya, tenaga, dan waktu. Allah memberi kesempatan yang begitu murah, dekat, dan mudah — tetapi sering justru kita abaikan.
Maka, wahai jamaah yang sedang berada di Tanah Haram atau yang sedang bersiap berangkat, jangan ulangi kelalaian ini. Jadikan Masjid Quba sebagai salah satu momen paling penting dalam perjalanan suci Anda. Datanglah, meski hanya sesaat. Rasakan angin yang dahulu menyapu wajah Rasulullah SAW.
Lihatlah tempat di mana umat ini pertama kali berdiri. Dan tunaikanlah dua rakaat yang nilainya mampu menenun kekuatan rohani dalam diri kita, lebih dari yang kita bayangkan.
Shalat di Masjid Quba bukan sekadar ibadah rutin. Ia adalah pengakuan bahwa kita bagian dari sejarah besar. Ia adalah komitmen bahwa kita ingin melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad SAW. . Dan ia adalah pengingat bahwa fondasi umat ini selalu dimulai dari masjid.
Bila Rasulullah saja kembali ke Quba setiap pekan, mengapa kita yang datang jauh-jauh dari negeri lain justru membiarkannya berlalu begitu saja?
Jangan pulang sebelum salat di Masjid Quba.
Jangan lewatkan kesempatan meraih pahala umrah. Jangan tinggalkan warisan spiritual yang Nabi wariskan dengan penuh cinta.
Karena kadang, dua rakaat di masjid kecil yang sederhana dapat mengubah perjalanan hidup seseorang lebih dalam daripada seribu langkah tanpa arah. []
Makkah, 21/11/2025
Wartawan Utama, Penulis Esai, Penulis Buku, Seniman dan Sastrawan.*)




